Pada artikel sebelumnya, kami mengutip penjelasan Syaikh Ahmad bin Ali bin Hajar abu al-Fadl al-‘Asqalani bahwa bidah adalah suatu hal yang baru dan tidak memiliki landasan dalam syarak. perkara baru Adapun namun memiliki landasan syarak maka tidak dikategorikan bidah.
Baca Juga: Tahlilan Memiliki Landasan Syariat (#1)
Sekarang kita berlanjut pada pertanyaan inti, apakah tahlilan dan yasinan memiliki landasan syarak? Jawabannya, tentu memiliki landasan syarak. Sebab tahlilan merupakan kompilasi dari beberapa racikan amaliah yang sangat dianjurkan oleh Nabi. Yakni diantaranya, beberapa ayat pembuka dan penutup surah al-Baqarah, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, surah Yasin, shalawat dan istighfar. Sedangkan semua amaliah-amaliah tersebut sangat dianjurkan oleh Nabi. Berikut kami tampilkan hadis-hadis amaliah yang berada dalam tradaisi tahlil secara terperinci.
Hadis tentang ayat pembuka dan penutup surah al-Baqarah
يَا بُنَيَّ إذَا أنَا مِتُّ فّأَلْحِدْنِيْ فَإِذَا وَضَعْتَنِيْ فِيْ لَحْدِيْ فَقُلْ بِسْم ِاللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا ثُمَّ اِقْرّأْ عِنْدَ رَأْسِيْ بِفاتِحَةِ اْلبَقَرَةٍ وَخَاتِمَتِهَا فَإنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ ذَلِكَ
“Hai anakku. Jika aku telah mati dan kau meletakkanku di liang lahad, maka bacalah Bismillahi wa ‘ala millati Rasulillah. Lantas tutuplah dengan tanah. Setelah itu bacalah di sisi kepalaku pembuka dan penutup surah al-Baqarah. Sebab aku mendengar Rasulullah bersabda demikian. ”
Hadis tentang Tasbih, Tahmid, Takbir, dan Tahlil
عَنْ اَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ وَاَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ اِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى مِنَ الْكَلاَمِ أَرْبَعاً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ فَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِشْرِينَ حَسَنَةً حُطَّ عَنْهُ عِشْرِينَ سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَتْ لَهُ ثَلاَثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ ثَلاَثُونَ سَيِّئَةً
“Dari Abi Sa’id al-Khudriy dan Abi Hurairah, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memilih empat perkataan, yakni Subhanallah, Alhamdulillah, La ila ha illallah, dan Allahu Akbar. Barang siapa mengucapkan Subhanallah maka dicatat untuknya dua puluh kebaikan serta dihapus darinya dua puluh kejelekan. dan barang siapa mengucapkan Allahu Akbar maka akan dicatat demikian pula. Barang siapa mengucapkan La ila ha illallah maka akan dicatat demikian pula. Barangsiapa yang mengucap Alhamdulillahi Rabbil-‘Alamin dari hatinya maka akan dicatat untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapus darinya tiga puluh kejelekan.” HR. Ahmad.
Hadis tentang Surah Yasin
اِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس مَنْ قَرَءَ يس كَتَبَ الله لَهُ بِقِرَائَتِهَا قِرَائَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ
“Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hati. Adapun hatinya Quran adalah surah Yasin. Barang siapa membaca Yasin maka Allah akan mencatat untuknya sebab bacaannya seperti membaca Quran sepuluh kali.” HR. Tirmidzi.
Hadis tentang Shalawat
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat padanya sebanyak sepuluh kali, menghapus darinya sepuluh dosa dan mengangkat derajatnya sepuluh derajat.” HR. An-Nisa’i.
Hadis tentang istighfar
مَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ مَالٌ يَتَصَدَّقُ بِهِ فَلْيَسْتَغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ
“Barangsiapa yang tidak memiliki harta untuk bersedekah maka istighfar-lah untuk orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebab hal itu termasuk sedekah.” HR. Baihaqi.
Dengan dicantumkannya hadis-hadis di atas maka kita tahu bahwa amaliah-amaliah yang ada dalam bacaan tradisi tahlil memiliki landasan yang warid dari Rasul. Dan juga jelas bahwa pahala dari amaliah-amaliah tersebut sampai pada mayit. Hal itu disampaikan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmuk Fatawa-nya,
وَسُئِلَ عَنْ قِرَاءَةِ أَهْلِ الْبَيْتِ: تَصِلُ إِلَيْهِ؟ وَالتَّسْبِيْحُ وَالتَّحْمِيْدُ، وَالتَّهْلِيْلُ وَالتَّكْبِيْرُ، إِذَا أَهْدَاهُ إِلَى المَيِّتِ يَصِلُ إِلَيْهِ ثَوَابُهَا أَمْ لَا؟
“Ibnu Taimiyah ditanyakan tentang bacaan yang dikirimkan pada mayit, apakah pahalanya sampai atau tidak? Seperti tasbih, tahmid, tahlil dan takbir yang dihadiahkan pada mayit, apakah semua itu pahalanya sampai pada mayit?”
فَأَجَابَ: يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ قِرَاءَةُ أَهْلِهِ، وتَسْبِيْحِهِمْ، وَتَكْبِيْرِهِمْ، وَسَائِرِ ذِكْرِهِمْ لِلَّهِ تَعَالَى، إِذَا أَهْدُوْهُ إِلَى الْمَيِّتِ، وَصَلَ إِلَيْهِ. وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Ibnu Taimiyah menjawab bahwa bacaan untuk keluarga mayit, baik berupa tasbih, takbir dan zikir-zikir lainnya, ketika dihadiahkan pada mayit maka pahala bacaan tersebut akan sampai.”
Dari awal, kami telah memaparkan amaliah-amaliah dalam tradisi tahlil secara konkrit. Pun, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang sering dijadikan rujukan oleh kalangan Wahabi membenarkan sampainya pahala tahlil, tasbih dan tahmid pada mayit. Lantas, alasan apa lagi untuk menolak tradisi tahlil?
Ghazali | Annajahsidogiri.id