Tidak seperti di masa-masa awal, Islam setelah beberapa tahun dari dilantiknya Nabi Muhammad saw menjadi seorang nabi sudah sangat berkembang. Orang Islam sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang baik menurut kacamata Islam. Ada begitu banyak sahabat ‘âlim yang menjadi konsultan pertanyaan tiap kemusykilan yang dihadapi oleh umat waktu itu.
Kondisi berbeda ini kemudian menurut ulama yang membuat Rasulullah saw melegalkan ziarah kubur, yang pada masa-masa awal Islam dilarang karena khawatir menyebabkan kemusyrikan. Rasulullah saw bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْر،ِ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِيْ الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
“Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Maka sekarang, berziarahlah ke kuburan, karena hal itu bisa menumbuhkan sifat zuhud pada dunia dan mengingatkan pada akhirat” (HR. Ibnu Hiban)
Baca juga: Hukum Hadiah Pahala Kepada Ahli Kubur
Tentu perkembangan Islam tidak berhenti sampai di situ. Setelah Rasulullah saw wafat, Islam tersebar ke banyak tempat. Ada banyak sekali orang non-Arab yang mulai belajar dan memahami Islam dengan tekun. Dari ketekunan belajar ini kemudian muncul banyak sekali orang yang pakar agama Islam. Kebudayaan Islam juga sudah menjadi keseharian prilaku umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Dengan demikian, siapa pun yang masih anti pada ziarah kubur berarti ketinggalan zaman. Mereka seperti tidak bisa move on untuk mengait-ngaitkan ziarah kubur dan kesyirikan yang sudah selesai di bahas oleh Rasulullah saw seribu empat ratus tahun yang lalu. Jika tuduhan mereka ziarah kubur adalah perbuatan syirik, maka bagaimana mereka memahami hadis Rasulullah saw yang memerintahkan untuk berziarah kubur karena bisa menumbuhkan sifat zuhud dan mengingat kematian? Lagi pula fakta mengatakan orang datang ke kuburan hanya untuk ziarah. Bukan yang lain.
Kita sudah selesai dengan pengait-ngaitan syirik dengan ziarah kubur. Orang-orang Islam sudah sangat pintar untuk hanya membedakan ziarah kubur dan menyembah kuburan, untuk membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Wallahu a’lam.
Badruttamam | Annajahsidogiri.id