Wahai saudariku, para muslimah sejati. Jika hingga saat ini, di usiamu yang sudah melewati masa sweet seventen, kamu masih ragu untuk segera melepas status lajangmu, barangkali itu adalah hal yang wajar. Bukan hanya muslimah yang kadang merasakan keraguan semacam ini, bahkan kaum Adam yang fitrahnya memang lebih kuat, sering dihinggapi ketidak percayaan diri untuk segera mengarungi bahtera rumah tangga.
Bagi kaum lelaki, menikah di usia matang mungkin tidak menjadi soal. Toh semakin matang usia seorang lelaki, ia akan semakin menarik di hati wanita. Karena sejatinya, semua wanita menginginkan lelaki kuat yang mampu menghadirkan rasa aman di hatinya. Akan tetapi, menunda-nunda sebuah pernikahan bukanlah hal baik bagi seorang wanita, sebab semakin dewasa, kesegaran seorang wanita akan semakin sirna. Jika sudah demikian, para lelaki perlu berpikir berulangkali untuk menjadikanya bidadari di dunia hingga ke akhirat.
Baca Juga: KB, Rekontruksi yang Penuh Tipudaya
Dalam UU pemerintah, no 01 tahun 1974, batas minimum usia menikah bagi seoranag wanita adalah 16 tahun, namun banyak kalangan yang menggugat pemerintah untuk menaikkan batas minumum ini hingga usia 19 tahun. kalangan ini sebenarnya berkaca pada Biro Sensus Amerika Serikat yang menyatakan, idealnya usia menikah bagi wanita adalah umur 27 tahun. Namun ternyata, Islam sangat menganjurkan untuk segera menikah bagi kaula muda yang sudah punya kemampuan untuk menikah. Hal ini sesuai dengan anjuran Rasulullah r untuk para pemuda agar segera menikah demi terpeliharanya pandangan dan kemaluan dari hal yang berbau maksiat. Sebab di masa-masa puber, terkadang para remaja tidak dapat mengontrol obsesi yang timbul di hatinya. Tak terkecuali obsesi tidak baik yang timbul dari dorongan biologis yang kadang berada dalam puncaknya.
Pada masa-masa pubertas inilah setan-setan berusaha mengerahkan segenap keahliannya untuk menjerumuskan para remaja pada liang neraka yang pedih. Dalam sebuah hadis, Rasulullah r bersabda:
أَيُّمَا شَابٌّ تَزَوَّجَ فِي حَدَاثَةِ سِنِّهِ عَجَّ شَيْطَانُهُ : يَا وَيْلَهُ يَا وَيْلَهُ عَصَمَ مِنِّي دِينَهُ
Ketika pemuda menikah di masa mudanya, maka setan akan menjerit, “celakalah aku, Celakalah aku! Dia telah memelihara separuh agamanya dariku.”
Maka tidaklah mengherankan, jika ternyata Islam sangan mendorong para pemuda untuk segera menikah di usia dini. Tujuannya agar hasrat biologis yang kadang memuncak dapat segera terbendung. Dengan demikian, penghambaannya kepada Sang Maha Raja dapat dilaksakan dengan konsentrasi penuh. Hal ini juga sebagai latihan agar di usia senjanya, ia sudah terbiasa dengan hal-hal baik di maksud. Dan tidak mengherankan pula, bahwa Islam menyiapkan pahala yang luar biasa bagi para remaja yang giat beribadah di masa pubertasnya yang penuh godaan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah r menjamin seseorang yang giat beribadah di masa mudanya, ia akan mendapat tempat teduh di hari yang tidak ada tempat teduh selain tempat teduh dari Allah. (H.R Baihaqi)
Baca Juga: Nikah atau Ibadah?
Jika demikian Wahai Saudariku, maka tak perlulah kau meragu untuk segera menikah. Apa lagi di zaman yang sudah tak karuan seperti sekarang, di mana kemaksiatan berada dalam genggaman, menikah dini sepertinya sudah menjadi keniscayaan. Jika di waktu yang sama wanita seusiamu sibuk memajang foto super menor di akun media sosialnya, demi mendapat like dan komen terbaik. Maka kamu tak perlu latah melakukan demikian. Sebab di sisimu sudah ada pangeran yang siap 24 jam memberimu like dan komen atas penampilanmu. Betapa kelakuan mereka itu lebih dekat terhadap dosa, namun penampilan terbaikmu di depan suamimu justru mengundang berjuta pahala. Ketika itulah kasih sayang Sang Maha Penyayang turun di tengah-tengah keluarga mungilmu. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah r yang artinya:
“Apabila sepasang suami istri saling berpandangan, maka Allah memandang mereka dengan pandangan kasih sayang. Ketika si suami memegang tangan istrinya, maka bergugurlah dosa-dosa keduanya dari sela-sela jemari mereka.”
Oleh Sebabnya, tak perlulah kau sangsikan betapa pentingnya menikah dini bagi seorang muslimah. Sebab sesuatu yang awalnya merupakan dosa besar ketika dilakukan sebelum menikah, justru berpahala besar jika dilakukan setelah menikah. Sungguh, betapa mulyanya sebuah pernikahan, sehingga bagi mereka yang telah menikah, Rasulullah r mengibaratkan ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Tinggal separuhnya lagi disempurnakan dengan katakwaan kepada Allah. (H.R Baihaqi)
Jika sudah demikian, surga seakan sudah jelas berada di ambang matamu. Sungguh aroma surga dapat tercium dengan jelas dari tindak-tandukmu. Begitu istimewanya dirimu di dalam Islam. Saat para lelaki bersusah payah mencari “surganya” di luar rumah, sedangkan dirimu tak perlu jauh-jauh untuk memperolehnya. Cukup kau penuhi kewajibanmu sebagai muslimah; shalat lima waktu, puasa Ramadan, memelihara kemaluanmu dan mentaati suamimu, kau sudah diperkenankan untuk memasuki surga dari pintu mana saja kau suka. Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa pada waktunya, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka ia akan memasuki surga dari pintu mana saja ia suka.” (H.R Ibnu Hibban)
Baca Juga: Siti Nurbaya di Abad Milenium
Namun, jika ternyata keindahan yang pernah kau bayangkan tidak kau temukan ketika menikah, misalnya suamimu tidak sebaik yang kau kira, maka tak perlulah kau bergundah-gulana, tak perlu kiranya kau menyesali pernikahanmu yang agung. Sebab jika kau dapat memanfaatkan keadaan dengan baik, maka petaka itu ternyata dapat menjadi jalanmu menuju surga. Kegundahanmu di dunia, akan dibayar dengan surga di kehidupanmu selanjutnya. Kau hanya perlu bersabar atas sikap suamimu yang tak sesuai harapkan, maka kau akan memperoleh pahala laiknya pahala Siti Asiah, istri Firaun yang dibakar karena mempertahankan keimanannnya, begitulah penjelasan Rasulullah r dalam sebuah hadis.
Wanita yang demikian ini adalah tipikal wanita surgawi. Wanita yang begitu tabah menerima kekurangan suaminya. Ia sadar betul bahwa suaminya juga manusia biasa yang tak luput dari kekurangan dan dosa. Suatu ketika, Rasulullah r bertanya kepada para sahabatnya, “Apakah kalian ingin tahu siapa istri kalian di surga?” Sahabat menjawab, “Iya wahai Rasulullah.” beliau melanjutkan, “Dia adalah wanita yang penuh kasih sayang dan subur. Ketika ia di marahi dan disakiti, atau suaminya memarahinya (karena suatu hal) ia senantiasa berkata, kedua tanganku ini ada dalam kekuasaanmu. Maka aku tidak akan memakai celak dengan memejamkan mata hingga kau memaafkanku.”
Maka, beruntunglah dirimu jika segera menikah di usiamu yang masih dini. Sebab kau telah berhasil membuat tameng agar setan tak mencemari kehormatanmu sebagi wanita surgawi dambaan setiap lelaki. Menikah dini? Why not!
Baqir Madani | AnnajahSidogiri.id