Syekh Muhammad bin Umar al-Hadhrami seorang tokoh yang telah memberikan dampak signifikan terhadap Islam pada zamannya. Dari kisah sederhana hingga pencapaian gemilang, perjalanan beliau layak untuk dicermati dan dijadikan sumber inspirasi.
Melalui latar belakang keluarga, pendidikan, perjuangan, dan dedikasinya, kita akan mengungkap bagaimana beliau berhasil mengatasi rintangan dan mencapai kesuksesan. Dengan demikian, biografi ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang pentingnya semangat juang dan komitmen dalam meraih impian.
Nama, Nasab dan Kelahiran
Nama lengkap beliau adalah Jamal al-Din Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al-Mubârak bin Abdullah bin Ali al-Himyari al-Hadrami as-Syâfii, atau lebih dikenal dengan sebutan Bahraq. Beliau dilahirkan di Hadhramaut pada malam Nishfu Syaban tahun 869 H.[1]
baca juga: Syiah; bukan Sekedar Ideologi tapi juga Agresi
Asal usul dan perjalanan ilmiah
Beliau dibesarkan di Harq, Hadhramut, disana beliau menghafalkan Quran, sebagian kitab al-Hâwi, dan Mandzûmah al-Barmâwî sebagai dasar beliau dalam disiplin ilmu fiqih, ushûl dan nahwu. Lalu beliau menuju kota Aden dan tinggal bersama Syekh Abdullah bin Ahmad Makhramah, sekaligus belajar kepadanya. Hingga akhirnya ia pergi ke Zabid, dan belajar dari para ulamanya di sana.
Guru ilmu hadis beliau adalah syekh Zain al-Din Muhammad bin Abd al-Latîf as-Sharji. Beliau mengaji kitab Syarh al-Bahjah al-Wardiyah karya Abu Zar’ah kepada syekh Jamal al-Din Muhammad bin Abi Bakr as-Shaigh, serta mempelajari ushul fiqih, tafsir, hadits, dan nahwu. Diceritakan bahwa ketika beliau menunaikan ibadah haji, beliau sempat belajar kepada Syekh al-Sakhawi.
Aqidahnya
Sudah jelas bahwa akidah Syekh Muhammad bin Umar Al-Hadhrami sesuai dengan akidah Ahlusunnah wal Jamaah, sebagaimana tercermin dari pokok bahasan kitab Al-Hussam Al-Maslul beserta isinya, terutama pada bab Sahabat. Beliau juga dikenal sebagai salah satu sufi yang menyanjung Ibnu Arabi Al-Hatami.[2]
Karangan-karangannya
- Al-Asrâr al-Nabawiyah fi Mukhtashar Al-Adzkâr An-Nawawiyah.
- Tabshîrât al-Hadrah al-Syahiyah al-Ahmadiyah bi Sirah al-Hadrah al-Nabawiyah.
- Tuhfah al-Ahbâb.[3]
- Tajridul Maqâshid an Asânid was Syawâhid.
- Tartib as-Sulûk Ila Mulk al-Mulûk.
- Al-Hadiqah al-‘Aniqah Fi Syarh al-‘Urwah al-Wasiqah.
- Al-Hussam al-Maslul ‘Ala Muntaqishi ash-Habir Rasul.
- DLL
Wafat
Beliau wafat di India karena keracunan, tepatnya pada malam 20 Syaban tahun 930 H. Terdapat cerita bahwa Para menteri istana merasa iri kepadanya karena sultan memuliakanya, hingga akhirya meracuni beliau.[4]
Ach. Ubaidullah | Annajahsidogiri.id
[1] Muhammad bin Umar, Al-Hussam Al-Maslûl ‘ala Muntaqishi Ashâbi al-Rasûl, Beirut, Lebanon: Muassatu al-Risâlah Nasyirun, 1429 H/2008 M, hal.72.
[2]Al-Nur Al-Safir, juz. 1, hlm. 310.
[3] Muhammad bin Umar, Al-Hussam Al-Maslul ‘Ala Muntaqishi Ashâbi al-Rasul (Bairut, Lebanon: Muassatu al-Risalah Nasyirun, 1429 H/2008 M), hlm. 74.
[4] Al-Sakhawi, Ad-Dhawu’ al-Lami’, Bairut: Daru al-Maktabati al-Hayah, juz. 8, hlm. 253.