Perhitungan amal atau yang dikenal dengan istilah hisab adalah salah satu perkara ghaibiyyat dalam ilmu akidah, di mana satu-satunya cara untuk mengimaninya hanyalah dengan melihat pada nash yang termaktub di dalam al-Quran dan hadis. Hal inilah yang kemudian mengharuskan kita untuk memahami nash-nash yang ada, karena dengan cara itulah kita dapat meyakini keberadaan hisab tersebut. Tanpa berlama-lama, kajian berikut akan menjelaskan secara gamblang terkait definisi, teknis pelaksanaan, dan hikmah yang ada di balik hisab ini.
Di dalam kitab Tuhfatul-Murîd ila jauharatit-Tauhîd (hlm. 190), as-Syekh Ibrahim bin Muhammad al-Baijuri memberikan penjelasan bahwa hisab adalah perhitungan Allah ﷻ terhadap setiap amal yang dilakukan oleh manusia. Semua itu akan dihisab setelah Allah ﷻ mengambil buku catatan amal perbuatan manusia semasa ada di dunia. Sehingga, apa pun yang dilakukan dan dimilikinya sewaktu di dunia, tidak akan terlepas dari hisab Allah ﷻ.
Senada dengan hal ini, al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Qurthubi menjelaskan secara gamblang pembahasan hisab melalui ayat berikut:
أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۚ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari yang telah mereka usahakan; dan Allah sangatlah cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 202)
Melalui ayat di atas, kita dapat mengetahui dua hal. Pertama, ayat tersebut menegaskan bahwa ada dua kelompok yang akan menjalani hisab di hari kiamat kelak, yakni: orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir. Orang yang beriman kepada Allah ﷻ semasa hidupnya, pasti akan mudah melewati ujian hisab ini. Sedangkan, orang-orang kafir akan kesusahan meloloskan diri dari hisab tersebut. Kedua, ayat tersebut juga menjelaskan terkait pelaksanaan hisab, di mana Allah ﷻ akan menghitung setiap amal perbuatan manusia dengan satu kali perhitungan. Hal ini sesuai dengan firman Allah ﷻ demikian:
مَّا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَٰحِدَةٍ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.” (QS. Al-Lukman: 28)
Dari ayat barusan, dapat diketahui bahwa teknis pelaksanaan hisab satu kali bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Allah ﷻ. Karena, Allah ﷻ telah menciptakan dan akan membangkitkan manusia sebagaimana menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja. Oleh karenanya, tidak heran kalau Allah ﷻ mampu menghisab semua perbuatan manusia dengan sekaligus (Tafsir al-Jami’ li Ahkamil-Quran juz. 2 hlm.434-436)
Terlepas dari hal itu, al-Imam Muhammad bin Ibrahim al-Baijuri mengungkapkan hikmah yang ada di balik penghisaban amal perbuatan manusia ini. Di dalam kitab Tuhfatul-Murîd ila jauharatit-Tauhîd-nya(hlm. 190) beliau membagi hikmah tersebut dalam dua pembagian: a) Sebagai kesenangan untuk setiap amal perbuatan baik yang telah dilakukan. b) Sebagai pembalasan untuk segala perilaku buruk yang telah dilakukan.
Wal-Hashil, dengan dalil-dalil beserta penjelasan yang telah penulis bentangkan di muka, tentu kita sudah dapat menyimpulkan bahwa manusia akan selamat dari penghisaban amal ini apabila melakukan amal perbuatan baik semasa hidupnya. Demi menyelamatkan diri kita dalam penghisaban kelak, alangkah baiknya jika kita mengikuti perkataan yang disampaikan oleh Sayidina Umar berikut:
حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا
“Siapkanlah diri kalian sebelum amal kalian diperhitungkan.”
M. Roviul Bada |Annajahsidogiri.id