Jika kita berbincang tentang sepak terjang liberalisme, maka tidak asing adanya bagi kita kata sekularisme. Karena sejatinya, keduanya memiliki relasi yang sangat erat yang tidak dapat dipisah baik dalam ranah sejarah mapun ideologi. Sekularisme adalah bagian dari liberalisme begitu pula sebaliknya. Keduanya sama-sama memiliki peran untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran dan syariat Islam itu sendiri. Sebagai awal, akan kami ulas pengertian sekularisme dan sejarahnya.
Baca Juga: Liberalisme Agama: Fenomena Baru di Dunia Liberal
Istilah sekular sendiri berasal dari bahasa latin Saeculum yang memiliki dua konotasi yaitu time dan location. Time (waktu) menunjukan makna sekarang. Sedangkan location (tempat) dinisbahkan kepada dunia. Adapun kata sekularisasi jika kita lihat kamus ilmiah maka artinya adalah hal usaha yang merampas milik gereja atau penduniawian. Sedangkan Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama.
Dalam kamus Webster Dictionary sekularisme didefinisikan sebagai: “A system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith and worship.” (Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk apapun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan)
Syed Muhammad Naquib al-Attas, seorang cendekiawan dan filsuf muslim asal Malaysia dalam bukunya yang berjudul ‘Islam dan Sekularisme’, menjelaskan bahwa sekularisasi didefinisikan sebagai pembebasan manusia, yaitu mula–mula dari agama dan kemudian menjadi metafisika. Hal itu menimbulkan sebuah makna akan terlepasnya dunia dari pengertian–pengertian religious dan religius semu, terhalaunya semua pandangan–pandangan dunia yang tertutup, terpatahkannya semua mitos supernatural dan lambang–lambang suci. Sekularisme lebih condong kepada proses peralihan fungsi–fungsi dan sifat–sifat keagamaan ke arah fungsi–fungsi dan sifat–sifat yang tak bernilai atau yang tidak ada hubungannya dengan keagamaan. Pengertian yang lain menyebutkan sekularisme adalah penduniawian sesuatu yang pada mulanya bersifat atau bernilai keagamaan.
Dalam sejarahnya, sekularisme muncul disebabkan kekangan gereja dan tindakannya menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains. Kemunculan paham ini juga disebabkan tindakan pihak gereja yang mengadakan upacara agama yang dianggap berlawanan dengan nilai pemikiran dan moral; seperti penjualan surat pengampunan dosa, yaitu seseorang boleh membeli surat pengampunan dengan nilai yang tinggi dan mendapat jaminan surga walaupun berbuat kejahatan di dunia.
Dari situlah akhirnya muncul sebuah gerakan Revolusi Eropa yang menentang pihak agama dan gereja. Kejadian itu menemukan puncak momentumnya pada tahun 1785 M yang lebih dikenal dengan nama Renaissance. Prancis adalah negara pertama yang membangun negaranya dengan sistem politik tanpa intervensi agama. Revolusi ini terus berkembang dan menjalar ke seluruh penjuru Eropa dan berhasil melahirkan ribuan pemikir dan saintis yang berani mengutarakan teori yang menentang agama dengan unsur rasional. Seperti muncul paham Darwinisme, Freudisme, Eksistensialisme, Ateismenya dengan idea Nietche yang menganggap Tuhan telah mati dan manusia bebas dalam mengeksploitasi. Akibatnya, agama dipinggirkan dan menjadi bidang yang sangat kecil, terpisah daripada urusan politik, sosial dan sains.
Di samping itu, sejarah yang paling kental tentang munculnya sekularisme adalah disebabkan dari bentuk kekecewaan dan ketidakpercayaan masyarakat Eropa kepada agama kristen saat itu (abad 15), yaitu ketika kristen beberapa abad lamanya menenggelamkan dunia barat ke dalam periode yang kita kenal sebagai the dark age. Padahal pada saat yang sama peradaban Islam saat itu sedang berada di puncak kejayaannya. Dalam perang salib yaitu pertempuran antara umat kristen dan umat Islam, mereka (umat Kristen) mengalami kekalahan secara telak. Namun dari kekalahan itu mereka mendapatkan pelajaran inspirasi pengetahuan dari umat Islam yang sangat berharga. Karena berawal dari sanalah masyarakat Eropa menolak ajaran gereja dan kemudian lahirlah sebuah revolusi yang dikenal dengan Renaissance.
Syekh Yusuf al-Qardhawi juga berpendapat tentang sejarah munculnya sekularisme ini. Menurut beliau, kemunculan sekularisme di barat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya ialah: faktor agama, yaitu berkenaan dengan ajaran bible sendiri. Faktor pemikiran, yaitu pertentangan doktrin gereja dan ilmu pengetahuan yang berkembang pada waktu itu. Faktor psikologis, yaitu yang berhubungan dengan trauma sejarah, ketika gereja berkuasa, Barat berada dalam kemunduran, perpecahan, dan kemandekan ilmu pengetahuan. Faktor sejarah, yaitu yang berhubungan dengan sejarah gereja khususnya ketika gereja berkuasa pada abad pertengahan. Serta faktor realitas kehidupan empiris.
Dalam perjalanannya, paham ini terus menular dan mulai memasuki dunia Islam pada awal kurun ke-20. Turki merupakan negara pertama yang mengamalkan paham ini di bawah pimpinan Mustafa Kemal Attaturk. Seterusnya paham ini menelusuri negara Islam yang lain seperti di Mesir melalui polisi Napoleon, Algeria, Tunisia dan lain-lain yang terikat dengan pemerintahan Prancis. Sedangkan Indonesia dan Malaysia masing-masing dibawa oleh Belanda dan Inggris pada masa penjajahan. Hal ini dapat kita lihat dengan munculnya dualisme yaitu agama satu sisi dan yang bersifat keduniaan satu sisi. Seperti kajian keilmuan yang berasaskan agama tidak boleh bercampur dengan kajian keilmuan yang berasaskan sains dan keduniaan. Begitu pula setiap hal yang berbau agama maka tidak boleh masuk dalam urusan dunia. Wallâhu a’lamu bisshawâb.
Nuris Syamsi Sifyan | AnnajahSidogiri.id
Comments 0