Allah telah menakdirkan sejak awal titik penciptaan, sampai titik akhir dari seluruh makhluk. Allah telah menakdirkannya jauh sebelum semua itu diciptakan, yaitu saat azali. Apapun awal dan akhir mulanya, semua itu tak pernah meleset dari takdir Allah. Status perindividual pun sudah tercatat rapi tanpa sangsi, baik tinggi atau pendek, hitam atau putih, Islam atau pun kafir. Rasulullah bersabda:
BACA: Enam Pilar Rukun Iman
قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم (إِن خلق احدكم يجمع فِي بطن امهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَة ثمَّ علقَة مثل ذَلِك ثمَّ مُضْغَة مثل ذَلِك ثمَّ يبْعَث الله اليه ملكا يكْتب عَلَيْهِ رزقه واجله وشقي ام سعيد وَالَّذِي لَا إِلَه غَيره إِن الرجل ليعْمَل عمل اهل النَّار حَتَّى مَا يكون بَينه وَبَينهَا الا ذِرَاع فَيَسْبق عَلَيْهِ الْكتاب فَيعْمل بِعَمَل أهل الْجنَّة فَيَمُوت فيدخلها وَإِن الرجل ليعْمَل بِعَمَل اهل الْجنَّة حَتَّى مَا يكون بَينه وَبَينهَا الا ذِرَاع فَيعْمل بِعَمَل اهل النَّار فَيَمُوت فيدخلها)
‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bercerita kepada kami, dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan: ”Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah (mani), kemudian menjadi ‘alaqah (gumpalan darah) selama itu juga, kemudian menjadi mudghah (gumpalan daging) selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan ruh kepadanya, dan dia (malaikat tadi) diperintah untuk menulis 4 kalimat (perkara): tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan (apakah) dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia.
Demi Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab (catatan takdirnya) sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia masuk ke dalamnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Penjelasan Hadis
Hadis di atas menunjukkan bahwa, sejak sebelum dilahirkannya manusia telah ditulis apa-apa yang akan terjadi pada dirinya.
Dari sini, muncullah pertanyaan jika memang semua itu Allah, yang menakdirkan, seperti masalah agama; Islam atau kafir, maka secara otomatis rida pada kekafiran berarti rida pada takdir Allah. Begitukah? Bila hal ini dibenarkan, maka akan berdampak bahaya pada iman kita, kalau orang kafir atau orang yang bermaksiat tau tentang hal ini maka ia akan berdalih semua itu adalah takdir Allah, dan ini sangat berbahaya.
Sebelum jauh membahas hal itu, alangkah lebih baiknya kalau tahu, apa itu qada dan qadar; qada’ adalah kehendak Allah terhadap sesuatu sebelum diciptakan. Sedangkan qadar adalah terciptanya sesuatu yang telah Allah kehendaki (sesuai qada). Semua itu sejalan dengan sifat Allah: Ilmu.
Syaikh Ibrahim al-Bajuri, di dalam kitabnya; Tuhfatul-Murid, bahwa kemaksiatan dan kekafiran memiliki 2 sisi; sisi pertama, murni dari Allah. sisi kedua, pekerjaan diri sendiri. Pertama, Allah sementara itu menakdirkan pada seseorang status tertentu, contohnya kafir, dan pada waktu lain masuk Islam. Maka itulah takdir yang harus di ridai. Kedua, pekerjaan seseorang, yang sengaja dilakaukan olehnya. Sangat salah, jika ada orang rida pada sisi yang kedua ini.
Maka tidak ada lagi orang yang berkata, “Saya tidak berdosa, sebab ini adalah takdir Allah!”. Wallahu a’lam
Iszul Fahmi | Annajahsidogiri.id