Belakangan ini, muncul anggapan bahwa hijab merupakan budaya yang ketinggalan zaman. Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengungkapkan fakta dalam kitabnya Adabul-Islam fi Nizhamil Usrah (101) mengenai pemikiran bodoh yang menganggap hijab merupakah suatu kemunduran berpikir, yang dapat menghalangi seseorang untuk maju.
Sebenarnya, hijab merupakan pembeda antara wanita muslimah dengan para perempuan jahiliah. Selain tidak berhijab, perempuan jahiliah diperlakukan layaknya hewan ternak; yang tidak memiliki hak kehidupan, dan sama sekali tidak memiliki kehormatan. Mereka juga diperlakukan layaknya benda biasa, yang bisa diwariskan dan diperjual-belikan. Perempuan kala itu diharamkan melakukan apa pun, selain merapikan rumah, dan merawat anak.
Masih dalam kitab yang sama, Sayid Muhammad juga mengungkap beberapa negara yang memperlakukan wanita secara tidak manusiawi. Termasuk orang India yang menganggap wanita jauh lebih hina daripada wabah; wanita dianggap kotoran sehingga tidak boleh makan daging.
Di Prancis sendiri, pada abad keenam, ilmuan di sana mengadakan diskusi dengan tema, “Apakah wanita itu manusia, atau bukan?” Sungguh aneh, bukan?
Bandingkan dengan perlakuan Islam kepada wanita. Islam menghilangkan ketidakadilan dan kezaliman terhadap wanita. Sayid Muhammad berkata, “Islam merupakan agama pertama kali yang memproklamasikan bahwa wanita merupakan sebuah unsur dari banyaknya manusia.” Hal ini terlukis jelas dengan ayat:
ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَآءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالْاَرْحَامَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”
(QS. An-Nisa’ [4]:1)
Islam juga sangat memperhatikan sekaligus memerintahkan berbuat baik kepada istri, sebagaimana sabda nabi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ … رواه الترمذي وغيره
Dari Abu Hurairah bahwa Rasûlullâh telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.”
(HR. At-Tirmidzi)
Hijab bukanlah budaya yang ketinggalan zaman. Hijab merupakan sebagian ajaran Islam yang memuliakan perempuan. Dalam kitab yang sama, beliau mengutip pandangan sebagin ilmuan barat, yang artinya, “Hijab dalam Islam, sama-sekali tidak mengurangi kepercayaan wanita, melainkan merupakan alat penjaga terhadap anggota tubuh yang memang mestinya dimuliakan.”
Islam datang dengan rahmat; mengasihi segala isi alam. Setiap ajarannya memiliki hikmah yang bermanfaat bagi para pengamalnya, termasuk hijab.
Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id
Comments 0