Salah satu keyakinan masyarakat Jawa adalah setiap malam Jumat, arwah ahli kubur datang ke rumah untuk meminta doa. Keyakinan ini tergambar dalam satu syair berbahasa Jawa yang cukup terkenal bagi masyarakat Jawa.
Redaksi syair itu adalah, “Saben malem jumat ahli kubur mulih nang umah. Kanggo njaluk dungo wacan quran najan sak kalimat. Lamun ora dikirimi banjur bali mbrebes mili. Bali nang kuburan mangku tangan tetangisan.”
Baca Juga: Mitos Nasi Orang Mati
Jika kita indonesiakan syair tadi, kurang lebih menjadi begini, “Tiap malam Jumat ahli kubur pulang ke rumah. Untuk meminta doa bacaan al-Quran meskipun satu kalimat. Apabila tidak dikirim, maka ahli kubur bisa berderai air mata. Mereka kembali ke kuburan dalam keadaan memangku tangan sambil menangis.”
Berkat kecepatan teknologi, lantunan syair ini juga sempat menghiasi story WhatsApp orang-orang.
Bagaimana Islam Memandang Kepercayaan Ini?
Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam I’ânatuth-Thâlibin juz I, hlm. 140 menampilkan salah satu hadis yang menjelaskan bahwa arwah orang mukmin setiap malam Jumat akan datang ke langit dunia dan singgah di hadapan rumahnya. Dengan suara sedih, dia akan memanggil-manggil sebanyak seribu kali, sambil meminta untuk didoakan oleh keluarganya.
“Wahai keluaraga, sanak famili, dan anak-anak kami. Wahai orang-orang yang sedang menempati rumah kami, memakai pakaian kami, dan membagi harta kami. Apakah ada yang ingat kepada kami dan memikirkan pengembaraan jauh kami? Sedang kami ada di penjara lama dan benteng yang tinngi. Rahmatilah kami, nisacaya kalian akan dirahmati oleh Allah. Janganlah kalian pelit pada kami, sebelum kalian menjadi seperti kami.”
Jika keluarga tidak ada yang mendoakan, maka arwah akan pergi dengan rasa kecewa.
Hadis ini juga ditampikan oleh Syekh Ahmad bin al-Hijazi dalam kitabnya, Tuhfâtul-Habîb ala Syarhil-Khatîb juz 6, hlm. 167.
Dengan adanya hadis yang telah kami jelaskan, menunjukkan bahwa mitos yang memang banyak diyakini oleh masyarakat Jawa memang benar adanya dan memiliki landasan hadis. Dan, masyarakat tidak perlu khawatir, jika meyakininya bisa menjerumuskan pada bid’ah sayyiah (bid’ah yang jelek).
Terlepas dari mitos itu, memang sudah seharusnya orang muslim mendoakan baik keluarganya yang sudah wafat. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nihâyatuz-Zain hlm. 281 mengutip hadis yang menjelaskan bahwa, mayit di dalam kuburan sama seperti orang yang tenggelam. Mereka mengharap doa dari anak, sanak famili, dan teman semasa hidupnya. Jika ada salah satu dari mereka yang mendoakan, maka doa itu bagi si mayit lebih berharga dari pada dunia dan isinya. Wallâhu a’lam.
Badruttamam | Annajahsidogiri.id