Salah satu bentuk garis pembeda Ahlusunah dengan Syiah ialah mencintai para shahabat Nabi SAW, sebab mereka adalah generasi terbaik. Penjelasan ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. قالَ إِبْرَاهِيمُ: وَكَانُوا يَضْرِبُونَنَا علَى الشَّهَادَةِ، وَالعَهْدِ
“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian akan datang sebuah kaum yang persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” Ibrahim berkata, ‘Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji’ (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian).”( HR.Bukhari no. 2458)
Berbeda dengan kelompok Syiah yang secara umum membenci, mencaci, serta mencela para shahabat. Meskipun ada pula sebagian kelompok mereka tidak melakukan hal itu, sebut saja Syiah Zaidiyah. Akan tetapi, sekte Zaidiyah tetap mengutamakan Sayidina Ali dari pada shahabat yang lain khususnya khalifah ar-rasyidun.
Terkait mencela dan mencaci para sahabat, Ahlusunah wal Jamaah menganggap hal ini adalah dosa besar, sehingga Rasulullah Saw mewanti-wanti dengan dalam sebuah hadis:
ُلَا تَسُبُوا أصْحَابِي لاَ تَسُبُوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بيَِدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكٌمْ أَنْفَقَ ِمثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا ماَ أَدْرَكَ مٌدٌّ أَحَدٍهِمْ وَلاَ نَصِيْفَه
“Janganlah kalian mencela para shahabatku, janganlah kalian mencela para shahabatku! Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud niscaya tidak akan menyamai satu mud (sedekah) salah seorang dari mereka atau bahkan setengah mud-nya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Dalam kitab Minhatul-Hamid ( 200), Terdapat sebuah penjelasan yang diuraikan oleh Abu Zar’ah ar-Razi dengan sebagai berikut:
ٌّاِذَا رَاَيْتَ الرَجُلَ يَنْتَقِصُ اَحَدًا مِن اَصْحَابِ رَسُولُ الِلَّهِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ زِنْدِيْقٌ وَذَلِكَ اَنَّ الرَسُولَ حَقُّ وَالقُرْاَنُ حَقٌ وَمَاجَاءَ بِهِ حَق
“Ketahuilah jika seorang mencela shahabat Rasulullah SAW maka status orang tersebut telah menjadi kafir zindik. Demikian ini karena Rasul serta al-Qur’an benar, dan setiap yang datang pada kita dari keduanya pasti benar.”
Baca Juga: Imam Dua Belas; Antara Ahlusunah dan Syiah
Selain itu, di antara bentuk ajaran Ahlusunah wal Jamaah ialah menghormati shahabat tanpa harus mengutamakan Sayidina Ali. Masih menurut keterangan dalam kitab yang sama, bahwa untuk mengutamakan itu sesuai dengan urutan khalifah ar-rasyidun meskipun masih ada perdebatan untuk mendahulukan Sayidina Ustman tenimbang Sayidina Ali, sebagaimana berikut:
اَفْضَلُهُمْ الخُلَفَاءِ الاَرْبَعَةِ وَتَرْتِيْبِهِمْ كَتَرْتِيْبِهم فِيْ الخِلاَفَةِ وَاَفْضَلُهُمْ اَبُوْ بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرٍ بِاتِّفَاقِ ثُمَّ عُثَْمانِ ثُمَّ عَلِيْ عَلَى الخِلاَفِ ثُمَّ اِتَّفَقَ اَهْلُ ٍالسُّنِّةِ اَخَرًا عَلَى تَقْدِيْمِ عْثْمِانِ, وَلِذَا قَالَ النَّاظِم :
وَخَيْرُهُمْ مَنْ وُلِّـيَ الْخِلاَفَـةْ وَأَمْرُهُـمْ فِـي الْفَضْـلِ كالْخِلاَفَـةْ
Di antara semua sahabat, khalifah yang empat adalah yang paling utama. Urutan keutamaan empat khalifah ini sesuai urutan jabatan khilafah mereka. Ulama sepakat yang paling utama adalah Abu Bakar kemudian Umar. Antara Usman dan Ali masih terdapat perbedaan ulama. Ahlusunah pada akhirnya sepakat, Usman lebih utama (dari Ali). Dengan berdalil nazam “sebaik-baik meraka adalah yang memegang khilafah, dan perkara mereka dalam keutamaan seperti khilafah.’’
Walhasil, Ahlussunnah wal jamaah dalam ajarannya tidak mengajarkan mencela dan menghina sahabat. Untuk mengutamakan para sahabat sendiri tidak ada keharusan mendahulukan Sayidina Ali dengan shahabat yang lain Khususnya khalifah ar-rasidun.
Nur Cholis Majid | Annajahsidogiri.id