Allah menciptakan segalanya berpasang-pasang. Ada sedih, ada bahagia, tua-muda, miskin-kaya dan pria-wanita. Semuanya diciptakan untuk melengkapi skenario perjalanan dunia. Di antara dua hal yang berpasang-pasangan ada bagian-bagian yang telah digariskan oleh Allah sang Maha Kuasa. Dimana orang miskin notabene-nya bekerja, dan orang kaya lebih dominan untuk berkuasa.
Jika sudah seperti itu, maka akan menjadi hal yang lucu, jika bagian yang digariskan disalahpahami. Semisal, bagaimana jadinya jika orang miskin tak mau bekerja, maunya berkuasa, atau orang kaya malah ingin menjadi hamba sahaya. Pasti akan ada kesenjangan dalam dinamika kehidupan.
Senada dengan hal itu, adalah rahasia penciptaan manusia. Manusia diciptakan dalam dua unsur, laki-laki dan perempuan. Tentu hal ini bukan sekadar kebetulan. Di balik itu semua, Allah pasti telah menetapkan kodrat-kodrat di antara mereka yang harus mereka penuhi jika ingin hidup tenteram.
Di antara beraneka ragam kodrat-kodrat manusia adalah laki-laki sebagai tulang punggung keluarga, pemimpin dan orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi dalam mahligai rumah tangga. Begitupun wanita yang berperan sebagai pemberi kasih sayang kepada keluarga dan pengayom bagi anak-anaknya. Secara fitrahnya, laki-laki diciptakan dengan postur tubuh yang kekar dan lebih kuat dari wanita. Sedangkan wanita tercipta dengan postur tubuh yang lebih lemah dan lebih gemulai dari laki-laki.
Tidaklah kita berpikir hikmah di balik penciptaan itu? Syekh Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa secara hakikatnya, laki-laki lebih sempurna untuk mengerjakan pekerjaan yang melelahkan dan menguras banyak tenaga, karena laki-laki lebih kuat dari pada perempuan.
Dalam Al-Qur’an, tepatnya di Surah an-Nisa` pun dijelaskan bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin bagi para wanita. Dalam menafsiri ayat ini para mufasir sepakat bahwa laki-laki dibekali pelbagai kelebihan oleh Allah untuk membantu menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Namun, ulama bukan lantas menafikan kelebihan seorang wanita. Allah pun juga memberikan sesuatu khusus kepada wanita secara dominan dibanding laki-laki. Hal itu juga untuk menyukseskan perempuan dalam melaksanakan tugasnya, terlebih dalam hal rumah tangga sebagai seorang istri.
Seiring bergulirnya waktu, bersamaan dengan perkembangan pola pikir manusia, ada beberapa pemikir Islam modern yang memiliki beberapa asumsi berbeda. Mereka menyangsikan apa yang telah dirumuskan ulama mufassir salaf dalam eksistensi penafsirannya, terutama dalam masalah derajat wanita.
Sebagian mereka menganggap bahwa tafsir yang diusung oleh para mufasir salaf kurang relevan jika diukur pada zaman ini, seperti Amina Wadud. Tokoh ini memperkenalkan konsep baru yang sangat bertolak belakang dengan konsep yang selama ini kita yakini. Pasalnya, ia memiliki persepsi bahwa penempatan wanita sebagai pihak terpimpin dan laki-laki sebagai pemimpin hanyalah konsep budaya belaka, bukan hal yang kodrati.
Selain itu, konsep-konsep yang kita yakini selama ini adalah konsep yang terkesan mendiskreditkan perempuan dalam berbagai hal karena konsep yang kita pakai adalah produk yang lahir dari mufassir laki-laki. Hal itu juga sangat memengaruhi produk tafsir yang dipublikasikan. Kesimpulannya, apabila ayat-ayat al-Qur’an tentang perempuan ditafsirkan oleh perempuan maka tidak akan ada penafsiran yang merugikan perempuan sehingga perempuan memiliki hak-hak dan kedudukan yang sama atau sejajar dengan laki-laki.
Jika melihat dan menelisik asumsi tersebut secara obyektif, maka ada beberapa poin yang perlu kita kaji di sini:
Pertama, anggapan ketidakrelevanan tafsir Al-Qur`an oleh mufasir kalsik. Sebagaimana yang telah kita tahu, Al-Qur`an adalah mukjizat paling spektakuler yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad. Pasalnya, setiap informasi yang terkandung dalam Al-Qur`an semuanya terjadi dan bisa dipertanggungjawabkan keaktualannya. Salah satunya teori Big Bang yang mencoba menguak asal- muasal alam semesta. Dalam sebuah sumber, teori yang menjelaskan bahwa alam semesta berasal dari satu titik (Big Bang) mendapatkan persetujuan dari dunia ilmiah. Ternyata peristiwa ini telah digambarkan secara global dalam Al-Qur`an, yaitu :
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”(Qs: Al-Anbiya`[21]:30)
Setelah kita memahami makna lafziah ayat di atas, mari kita telaah tafsir karya Imam Baidlowi yang mengatakan bahwa makna kata رَتْقًا adalah langit dan bumi berasal satu kesatuan kemudian terjadilah فَتَقْ yang ditafsiri dengan pemisahannya dengan gerakan dinamis sehingga terbentuklah cakrawala-cakrawala seperti sekarang.
Kita lihat, betapa menakjubkannya asumsi yang disampaikan Imam Baidlowi dalam karangan Beliau. Orang yang hidup sekitar abad 839-923 M bisa memberikan sebuah narasi ilmiah yang substansinya bisa diterima oleh ilmuan sains masa kini. Subhânallah!
Jika ada bantahan tentang terjadinya kebetulan, maka kita perlu merujuk kembali persepsi ulama lain, yaitu Imam Abu Jakfar bin Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Ghalib dalam kitab Tafsîr al-Khôzin yang menukil pendapat Ibnu Abbas tentang asal muasal penciptaan alam semesta yang berawal dari satu titik.
Hal yang perlu menjadi pertanyaan besar adalah, apakah konsep yang dipublikasi ulama tidak relevan sesuai kodrat manusia atau memang manusia sendiri lah yang berupaya keluar dari kodrat Ilahi yang ditetapkan padanya?
Kedua, adanya klaim pendiskreditan terhadap wanita pada konsep-konsep yang terkandung dalam penafsiran ulama klasik. Perlu kita telah, alasan yang kuat seorang Amina Wadud menklaim hal itu hanya karena terpaku pada satu ayat dan penafsirannya saja, yaitu Surah an-Nisa` ayat 34 yang sebenarnya hanya berkisar pada posisi kepemimpinan. Sebenarnya dalam Al-Qur`an ada banyak ayat yang memiliki esensi tentang bagaimana Islam memuliakan kaum hawa. Pembahasan ini akan kami jelaskan pada part selanjutnya! Insyaallah.
Ridwan Syauqi | Annajahsidogiri.id