Pertanyaan:
Dalam kehidupan ini, terdapat kebahagiaan dan kesedihan. Semuanya merupakan takdir Allah Yang Mahakuasa. Pertanyaannya, bagaimana dengan pernyataan Allah pasti menakdirkan yang terbaik?
Shofia | 08324433xxxx
Jawaban:
Pertama, wajib mengimani keberadaan takdir, baik takdir baik maupun buruk. Hal ini selaras dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan redaksi hadis:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah bersabda ‘Tidaklah beriman seorang hamba sehingga ia beriman pada takdir; baik maupun buruk.”
Kedua, jikalau Allah menakdirkan sesuatu yang baik (khairihi) maka itu memang pantas bagi Allah. Namun jika Allah menakdirkan keburukan (syarrihi) maka itu hak Allah. Sebab, Allah memiliki sifat “Melakukan ataupun meninggalkan perkara yang mungkin“. Jadi, semua itu adalah takdir Allah.
Jika meninjau pada hikmahnya, tak ada takdir buruk di sisi Allah. Hadratussyaikh K.H. Ahmad Nawawi bin Abdul Jalil dalam kitab al-Ma’man minadh-Dhalalah juz dua halaman 131 menyampaikan hal ini:
وَأَماَّ السَيِّئَةُ فَهُوَ إِنَّمَا يَخْلُقُهَا لِحِكْمَةٍ وَهِيَ بِاعْتِبَارِ تِلْكَ الْحِكْمَةِ مِنْ اِحْسَانِهِ فَإِنَّ الرَبَّ لاَ يَفْعَلُ قَطُّ بَلْ فَعَلَهُ كُلَّهُ حَسَنٌ وَخَيْرٌ وَلِهَذَا كَانَ النَبِيُّ يَقُوْلُ فِيْ الاِسْتِفْتَاحِ: وَاْلخَيْرُ كُلَّهُ فِيْ يَدِكَ وَالشَرُّ لَيْسَ اِلَيْكَ, أَيْ فَإِنَّكَ لَا تَخْلُقُ شَرًّا مَحْضًا بَلْ كُلُّ مَا تَخْلُقُ فَفِيْهِ حِكْمَةٌ هُوَ بِاعْتِبَارِهَا خَيْرٌ
“Takdir Allah terhadap keburukan sebenarnya karena ada hikmah tersembunyi di dalamnya. Meninjau dari hal itu maka takdir buruk termasuk baik. Sebab semua yang Allah lakukan adalah kebaikan. Oleh karena itu, Nabi selalu berdoa ketika istiftah, ‘Semua kebaikan adalah milik-Mu sedangkan keburukan bukanlah milik-Mu.’ Demikian itu sebab Allah sama sekali tidak menciptakan kejelekan, melainkan ada hikmah di balik itu”
Ghazali | Annajahsidogiri.id