Wahabi seringkali mengecam praktik tawasul yang dilakukan kaum muslim, padahal mereka salah. Sebab Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepadanya dan berjihadlah kepada jalannya, supaya kamu mendapatkan keberuntungan.” (Qs. Al-Maidah; 35)
Ayat ini menunjukan muslim diperintah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai cara. Tawassul kepada Rasulullah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah.
Imam as-Sa’adi dalam Tafsîr as-Sa’adi-nya menjelaskan, “Allah memerintahkan kepada orang mukmin agar sungguh-sungguh berusaha bertakwa kepada-Nya, menjauhi hal-hal yang dapat mendatangkan murka-Nya, seperti maksiat hati, lisan dan badan. Dalam menjalankan itu semua, seorang mukmin harus meminta pertolongan Allah karena Dia adalah Sang Penentu.”
Di dalam surah al-Isra’, Allah berfirman;
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (wasilah) kepada Tuhan. Siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan (rahmat-Nya) dan takut akan azabnya. Sungguh azab Tuhanmu adalah suatu yang harus ditakuti.” (Qs. Al-Isra’; 57)
Pada ayat ini, Allah memuji kaum mukmin yang memenuhi panggilan Allah, dan mau mendekatkan diri kepada-Nya melalui tawassul ketika berdoa.
Kebolehan tawasul kepada Rasulullah juga ditujunjukkan hadis riwayat Usman bin Hanif. Ia berkata, “Sesungguhnya ada seorang laki-laki buta pergi menemui Rasulullah”. Ia lalu berkata, “Berdoalah kepada Allah, agar Dia menyembuhkanku”. Beliau lantas bersabda, “Jika kamu mau, aku akan berdoa untukmu. Tapi jika kamu mau, kamu bisa bersabar, maka itu lebih baik untukmu.” Kemudian laki-laki itu menjawab, “Berdoalah kepada Allah!” Beliau pun lalu memerintahkan laki-laki itu berwudu dengan sempurna. Lalu berdoa dengan doa:
للَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ فَتَقْضِي لِي اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi kasih sayang, wahai Muhammad, sungguh aku menghadap denganmu kepada Tuhanku untuk hajatku ini agar engkau menunaikan kebutuhan untukku, Ya Allah, berilah syafaat kepadanya untukku.” (H.R. at-Tirmidzi, an-Nasai’, dan Ibnu Majjah.)
Hadis ini menunjukkan kesunahan berdoa dengan bertawasul kepada Rasulullah, seperti yang diajarkan beliau kepada shahabat. Jadi, sanggahan Wahabi tidak bisa dibenarkan, sebab Rasulullah saja mengajarkan bentuk doa dengan bertawasul kepadanya.
Vikral Geovani | Annajahsidogiri.id