Pedoman Beragama Umat Islam di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar yang mayoritasnya mengusung Ahlusunah sebagai paham akidah, serta Syafii sebagai mazhab fikih. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan tumbuhnya paham sesat di tengah umat apabila tidak dijaga dengan ketat.
Di tengah keberagaman aliran yang membahayakan akidah umat Islam di Indonesia, tidak jarang melahirkan pemahaman yang menjadikan masyarakat awam kebingungan dalam menentukan kebenaran. Salah satu kitab yang cocok menjadi pedoman umat guna menjaga akidah Ahlusunah ialah kitab Risâlatu Ahlisunah wal-Jamâah, karya ulama besar Nusantara sekaligus pendiri NU (Nahdhatul Ulama); KH. M. Hasyim Asyari. Di dalamnya berisikan pemahaman mendasar tentang Ahlusunah yang disertai dasar-dasar amaliah kaum Sunni Indonesia.
Pada tahun 1330 H, di Indonesia mulai muncul beragam kelompok dengan paham yang berlawanan. Salah satunya ialah kelompok Salafiyah (Wahabi). Oleh karena itu, K.H. M. Hasyim Asyari secara tegas menentang mereka dengan mengutip perkataan Syaikh Muhammad Bakhit al-Hanafi dalam kitab Tathîrul-Fuâd min Danasil-I’tiqâd:
وَهَذَا الْفَرِيْق قَدْ اِبْتَلَى الْمُسْلِمُوْنَ بِكَثِيْرِ مِنْهُمْ سَلَفًا وَ خَلَفًا فَكَانُوْا وصمة وثلمة فِيْ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَضوْا فَاسِدًا يَجِبُ قَطْعُهُ حَتَّى لَا يعدى البَاقِيْ فَهُوَ كَالْمَجْذُوْمِ يَجِبُ الْفِرَارُ مِنْهُ فَإِنَّهُمْ فَرِيْقٌ يَلْعَبُوْنَ بِدِيْنِهِمْ يَذُمُّوْنَ الْعُلَمَاءَ سَلَفًا وَ خَلَفًا وَ يَقُوْلُوْنَ إِنَّهُمْ غَيْرُ مَعْصُوْمِيْنَ فَلَا يَنْبَغِيْ تَقْلِيْدُهُمْ لَا فَرْقَ فِيْ ذَلِكَ بَيْنَ الْأَحْيَاءِ وَ الْأَمْوَاتِ
“Kelompok ini (Wahabi) telah banyak merasuki kaum muslimin dari masa ke masa. Mereka telah menodai serta merusak citra kaum muslimin. Mereka bak organ rusak yang harus diamputasi agar tidak menjalar ke organ lainnya. Kelompok ini seperti orang yang terjangkit lepra. Mereka gemar mempermainkan Agama. Mereka suka mencela para ulama. Mereka mengatakan bahwa para ulama tidak maksum dan dengan hal tersebut menjadikannya bukti bahwa orang Islam tidak sepatutnya bertaklid kepada ulama. Dalam hal ini mereka tidak membedakan antara ulama yang telah wafat atau masih hidup.”
Baca Juga: Mengenal Ahlusunah Waljamaah ala Mesir
Tidak hanya itu, KH. M. Hasyim Asyari juga menangkal paham sesat Syiah terkait kegemarannya mengkafirkan para sahabat Nabi, termasuk tiga khulafaur-rasyidin. Lantas beliau mengutip perkataan Qadhi Iyadh dalam kitab Asy-Syifâ yang menyebutkan hadis riwayat Abdullah bin Mughaffar tentang kelompok yang suka menjelek-jelekkan para Sahabat Nabi:
اَللهُ اللهُ فِيْ أَصْحَابِيْ لَا تَتَّخِذُوْهُمْ غَرضًا مِنْ بَعْدِيْ فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّيْ أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِغَضْبِيْ أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ أَذَاهُمْ فَقَدْ أَذَانِيْ وَمَنْ أَذَانِيْ فَقَدْ أَذَى اللهَ يُوْشِكُ أَن يَّأْخُذَهُ
“Takutlah kamu kepada Allah, dalam bersikap kepada sahabatku. Janganlah kamu jadikan mereka sebagai sasaran kebencianmu sepeninggalku. Barangsiapa mencintai mereka, maka karena kecintaannya padakulah ia mencintai mereka, barangsiapa membenci mereka maka karena kebenciannya padakulah ia membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka, maka ia telah menyakitiku. Barangsiapa menyakitiku, maka ia telah menyakiti Allah. Barangsiapa menyakiti Allah, niscaya ia akan menerima azabnya.”
Baca Juga: Meneruskan Ide Brilian K.H. Hasyim Asy’ari
KH. M. Hasyim Asyari juga menanggapi serta menjawab secara tegas konsep sesat Hulul dan Ittihad yang dimiliki oleh kelompok Kejawen atau biasa dikenal dengan, “Manunggaling Kawula Gusti”. Dengan mengutip perkataan Sayid Muhammad dalam kitab Syarh Ihya’:
إِنَّ كُلَّ مَقَالَةٍ صَرَّحَتْ بِنَفْيِ الرُّبُوْبِيَّةِ اَوْ الْوَحْدَانِيَّةِ اَوْ عِبَادَةِ غَيْرِ اللهِ اَوْ مَعَ اللهِ فَهِيَ كُفْرٌ كَمَقَالَةِ الدَّهْرِيَّةِ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوْسِي وَالَّذِيْنَ أَشْكَوْا بِعِبَادَةِ اْلأَوْثَانِ اَوِ اْلمَلاَئِكَةِ اَوِ الشَّيَاطِيْنِ اَوِ الشَّمْسِ اَوِ النُّجُوْمِ اَوِ النَّارِ اَوْ اَحَد غَيْر اللهِ وَكَذَلِكَ اَصْحَابِ الحُلُوْلِ وَالتَّنَاسخِ
“Sesungguhnya setiap perkataan yang secara tegas menafikan rububiyyah, menginkari wahdaniyah, mengakui penyembahan kepada selain Allah atau bersama Allah (Manunggal) adalah kufur. Hal tersebut sebagaimana yang terjadi kepada pernyataan kelompok Dahriah, orang-orang Nasrani, Majusi, dan musyrik penyembah berhala, malaikat, setan, matahari, bintang, api atau selain Allah. Begitu juga keyakinan orang terkait adanya hulul dan reinkarnasi.”
Tidak hanya itu, kitab ini juga menjelaskan sembilan tema berbeda secara gamblang tentang dasar-dasar keislaman kaum Sunni. Di antaranya kisah perjalanan orang-orang mati, tanda-tanda hari kiamat, kewajiban bertaklid dan konsep sunah-bidah yang kerap kali menjadi perselisihan di antara umat Islam..
Alhasil, kitab Risâlah Ahlisunah wal-Jamâah ini merupakan kitab yang cocok dijadikan sebagai pedoman dasar bagi umat Islam Indonesia khususnya Jawa, guna menangkal dan membentengi akidah umat dari paham sesat yang bertujuan merongrong kesatuan umat Islam..
Irvan Rizki | Annajahsidogiri.id