Solusi Optimal Memahami Aqîdatul-Awâm
Teologi (ilmu Tauhid) merupakan disiplin ilmu yang sangat urgen dipahami oleh manusia. Dengan ilmu ini kita bisa mengenal Allah, para utusan-Nya, kitab-kitab-Nya dan seluruh hal yang berkaitan dengan keimanan.
Syekh Ahmad ibnu Ruslan, pengarang nazam Zubad mengatakan, “Ilmu pertama yang wajib diketahui oleh manusia adalah pengetahuan terhadap Allah dengan seyakin-yakinnya.” Dari keterangan ini, dapat kita ambil kesimpulan bahwa ilmu Tauhid sangatlah penting dan didahulukan bagi manusia.
Salah satu kitab yang menerangkan ilmu ini adalah kitab Jalâ`ul-Afhâm. Kitab ini adalah kitab yang menerangkan kitab Aqîdatul–Awâm karya Ahmad Marzuqi al-Maliki al-Makki.
Sebelum kita membahas kitab Jalâ`ul-Afhâm, perlu diketahui bahwa nazam ‘Aqîdatul-‘Awâm —yang sangat familiar di kalangan madrasah-madrasah, baik di kota maupun di desa—adalah nazam yang dikarang berlatar belakang menakjubkan.
Latar Belakang Nazam ‘Aqîdatul-‘Awâm
Diceritakan, bahwa pengarang Syekh Ahmad Marzuki bermimpi melihat baginda Rasulullah. Terlihat juga para sahabat berada di sekililing Rasulullah. Siapa sangka, Rasulullah berkata kepada Syekh Ahmad Marzuqi, “Bacalah nazam Tauhid! Barang siapa yang menghafalnya, maka akan masuk surga, akan meraih semua kebaikan, serta mengikuti al-Qur`an dan Hadis.” Beliau kemudian bertanya, “Seperti apakah nazamnya wahai Rasulullah?”
Mendengar pertanyaan itu, para sahabat yang ada di sekeliling Rasulullah ikut berbicara. Mereka berkata, “Dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah!” Kemudian, Rasulullah membacakan nazam kitab Tauhid yang fenomenal itu, mulai dari awal sampai nazam:
فِيْهَا كَلَامُ الحَكَمِ الْعَلِيْم* وَصُحُفُ الخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ
Syahdan, ketika pengarang ‘Aqîdatul-‘Awâm terbangun dari tidur, beliau masih hafal apa yang diajarkan Rasulullah. Beliau mencoba membaca dari awal. Ternyata, hafalannya utuh dari awal sampai akhir.
Tak lama kemudian, Syekh Marzuqi bermimpi Rasulullah yang kedua kalinya di waktu sahur. Dalam mimpinya, Nabi bersabda, “Bacalah apa yang engkau hafal!” Syekh Marzuqi pun membaca nazam tersebut dari awal hingga akhir. Pengarang kitab ‘Aqîdatul-‘Awâm itu membacanya tepat di hadapan baginda Rasulullah. Para sahabat Rasulullah yang ada di sekeliling Rasulullah juga menyaksikan hal itu. Setiap selesai satu bait dari nazam ‘Aqîdatul-‘Awâm, para sahabat Rasulullah itu mengaminya. Ketika selesai membaca nazam ‘Aqîdatul-‘Awâm, Rasulullah mendoakan Syekh Marzuqi.
Di lain hari, orang-orang meminta Syekh Marzuqi untuk melengkapi nazam ‘Aqîdatul-‘Awâm. Syaikh Marzuqi memenuhi permintaan itu. Beliau menambahi beberapa nazam.
Mengenal Kitab Jalâ`ul-Afhâm
Setelah kita membahas latar belakang dikarangnya kitab tersebut perlu diketahui bahwa kitab Jalâ`ul-Afhâm merupakan kitab yang dikarang oleh al-‘Allamah al-Muhaddits Sayid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani. Kitab ini dihimpun oleh K.H. Muhammad Ihya` Ulumiddin, pengasuh P.P. Nurul Haramain, Pujon, Malang.
Kitab ini disajikan secara rapi dan sistematis. Meiliki konsep yang tidak membingungkan kepada para pembaca. Berikut adalah sistem pemaparan yang disajikan dalam kitab ini:
Pertama, kitab ini diperjelas dengan pasal yang memiliki judul, sehingga hal ini mempermudah pembaca dalam membangun paradigma awal sebelum masuk ke pembahasan. selain judul yang jelas, kitab ini dilengkapi oleh sub judul yang lebih mempermudah pemahaman pembaca.
Kedua, setelah judul dan petikan nazam, kitab ini menampilkan syarh (penjelasan) nazam yang dimaksud. Di dalamnya mencakup definisi, dalil naqli, dan juga penjelaskan terkait lafal.
Ketiga, di samping penjelasan terkait, kitab ini dilengkapi dengan penjelasan mufradât (kosa kata) yang berada dalam nazam.
Kitab ini dikumpulkan oleh kiai Indonesia, yaitu K.H. Ihya’ Ulumiddin, Pengasuh Pondok Pesantren “Nurul Haramain” Pujon, Malang, Jatim. Menurut penuturan beliau, kitab ini dikumpulkan saat berguru pada Sayyid Muhammad al-Maliki di Makkah. Pengumpulan ini atas dasar titah dari sang guru, Sayyid Muhammad. Kiai Ihya’ menghimpunnya dari beberapa kitab yang diajarkan oleh Sayyid Muhammad al-Maliki.
Kitab ini mendapat tashih dan rekomendasi langsung dari Sayyid Muhammad sebelum wafat. Pada bagian akhir di cetakan Hai`ah ash-Shafwah al-Malikiyyah, ada bagian maraji` (refrensi) yang bermuara pada kitab-kitab tafsir, hadis, sejarah, dan cerita yang mu`tabarah (kredibel).
Walhasil, kitab yang satu ini merupakan kitab yang cocok untuk pemula dalam memahami ilmu Tauhid, terutama nazam Aqîdatul–Awâm.
Ridwan Syauqi | Annajahsidogiri.id