Adalah hal yang aksiomatis bahwa sekte Syiah dengan kelompok Ahlusunah wal Jamaah memiliki corak dan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, sampai kapan pun keduanya tidak akan pernah sama dan tak bisa disamakan. Perbedaan dua kelompok ini tidak hanya dalam masalah furu’iyah yang masih bisa ditoleransi. Namun, sampai pada ranah ushuluddin yang erat kaitannya dengan akidah pokok umat Muhammad SAW.
Di antara perbedaan yang paling mencolok adalah pandangan mereka (sekte syiah) terhadap al-Qur’an. Mereka berasumsi bahwa al-Qur’an yang beredar sekarang bukanlah al-Qur’an yang asli iturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam anggapan mereka, al-Qur’an yang asli pasca Nabi SAW wafat berada di tangan Sayyidina Ali. Berikut terus berlanjut kepada para imam-imam Syiah, tidak diturunkan pada selain mereka. Hingga sampai pada imam mereka yang ke-12, Muhammad al-Mahdi al-Muntadzar, yang katanya ia sedang berada dalam persembunyiannya, dan nanti pada akhir zaman ia akan keluar dengan membawa al-Qur’an yang asli.
Baca Juga: Kritik Konsep Ahli Bait dalam Pandangan Syiah
Jadi, sampai sekarang m belum pernah menemukan al-Qur’an yang mereka yakini. Walhasil, mereka pun mengklaim bahwa al-Qur’an yang dipegang oleh umat Islam sekarang telah mengalami distorsi (Tahrif) berupa penambahan dan pengurangan.
Hanya saja di kalangan Syiah sendiri masih terjadi persilangan pendapat tentang tahrif dalam al-Qur’an. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa tahrif memang ada dan merupakan hal yang harus diyakini dalam ajaran Syiah, seperti al-Kulaini, pemilik kitab induk mereka; al-Kafi. Ada pula sebagian mereka yang bertolak belakang dengan pendapat di atas seperti al-Babawaihi dan lainnya, mereka bahkan menganggap pendusta pada kelompok yang berpendapat tahrif dalam al-Qur’an.
Dari sekian banyak pendapat Syiah tentang tahrif dalam al-Qur’an, sebenarnya pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama; bahwa al-Qur’an yang beredar sekarang telah mengalami distorsi (tahrif). Sebab yang berpendapat tahrif tidak terjadi dalam al-Qur’an adalah golongan Syiah kontemporer, yang tengah menjalankan akidah pokoknya yang berupa Taqiyyah. Jadi, adanya pendapat ulama kontemporer ini tidak dapat merusak apa yang telah menjadi kesepakatan ulama salaf Syiah.
Moh. Thoyyib | Annajahsidogiri.id