Indonesia memang erat dengan keberagaman tradisi, mulai dari tradisi kemasyarakatan hingga keagamaan. Di masyarakat kerap kali ditemukan tradisi-tradisi yang jika tidak dilaksanakan mereka akan memiliki anggapan yang tidak-tidak. Misalnya, jika tali pocong mayat yang dikebumikan tidak dilepas maka anggapan masyarakat arwah si mayat akan gentayangan ke rumah-rumah. Apakah persepsi yang sedemikian dapat dibenarkan? Mari kita diskusikan lebih lanjut.
Melepas tali pocong hukumnya tidak wajib. Akan tetapi, berhukum makruh bila tidak dilepas, karena syariat tidak menyukai akan keberadaan sesuatu yang diikat dalam kuburan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Syekh khatib as-Syirbini dalam kitab mughnil-muhtâj:
(فَإِذَا وُضِعَ) الْمَيِّتُ (فِيْ قَبْرِهِ نُزِعَ الشِّدَادُ) لِزَوَالِ الْمُقْتَضِيْ؛ لِأَنَّهُ يُكْرَهُ أَنْ يَكُوْنَ عَلَيْهِ فِيْ الْقَبْرِ شَيْئٌ مَعْقُوْدٌ.
Baca Juga: Mitos Nasi Orang Mati
Sedangkan untuk menanggapi persepsi di atas, perlu diketahui bahwa roh mayat yang sudah dikebumikan otomatis akan berpindah ke alam baru, yakni alam barzakh. Di sana, cakupan ruang interaksi bagi mereka lebih luas daripada alam dunia. Mereka bisa mengetahui segala hal yang terjadi pada keluarganya atas izin Allah ﷻ dan mereka juga bisa jalan-jalan ke dunia untuk mengunjungi keluarganya. Bahkan, sebagian riwayat menjelaskan bahwa para roh leluhur yang sudah wafat berkunjung ke rumah sanak familinya tiap Kamis.
meski demikian, ruh yang datang ke alam dunia tidak bisa menjelma sehingga bisa dilihat dengan panca indra manusia. Berdasarkan hadis Rasulullah:
وَلَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَّةَ وَلَا صَفَرَ(رواه البخاري ومسلم)
Arti ‘hammah’ dalam hadis di atas adalah mitos Arab berupa burung yang diyakini sebagai jelmaan roh orang mati yang baru dikebumikan. Burung tersebut biasanya akan terbang mengelilingi rumah si mayat selama beberapa hari. Rasulullah menegaskan terkait ketiadaan eksistensi hal-hal yang disebutkan dalam konteks hadis di atas dengan shigat nafi yang berfaedah meniadaan.
Rubrik konsultasi bisa dibaca di sini
Jika memang sedemikian, penampakan-penampakan arwah gentayangan yang sering terjadi, seperti kuntilanak, itu bukan roh mayat yang sudah dikubur (baik tali pocongnya sudah dilepas maupun belum), melainkan setan yang berkamuflase dan menyerupai tubuh mayat. Syekh Ismail Zain dalam kitab Qurrotul-‘Ain berkomentar dalam hal ini, ketika beliau ditanya tentang keberadaan jerangkong (semacam makhluk halus yang diyakini sebagai roh mayat fasik) :
وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَعْتَقِدَ مِثْلَ هَذَا
“Sebaiknya seorang muslim tidak berkeyakinan seperti ini (bahwa roh mayat datang kembali dan gentayangan)” (hlm.20)
Sebetulnya, tidak ada arwah mayat yang bisa menampakkan dirinya kepada penduduk dunia. Semua itu adalah manipulasi jin yang hendak menyebarkan fitnah pada orang yang baru wafat. Agar tetangga si mayit berprasangka buruk kepada si mayat. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk berdoa agar terhindar dari segala fitnah, baik sebelum, ketika, dan setelah kematian.
A Daniyal Mawardi | Annajahsidogiri.id