Pertanyaan:
Assalamualaikum. Izin bertanya, siapakah yang menulis atau menyusun asmaul-husna dan bagaimana asal-usul adanya bacaan asmaul-husna?
Sail: 082234******
Jawaban:
Telah jamak kita ketahui bahwasanya Allah memiliki nama-nama atau biasa kita kenal dengan asmaul-husna, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-A’rāf ayat ayat 180:
وَللهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوْهُ بِهَا (الاعراف [٠٧]:180)
“Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Asmaul-husna). Maka, bermohonlah kepada-Nya menggunakan (Asmaul-husna) itu.” [Q.S. Al-A’rāf [07]:180]
Diceritakan sebab turunnya ayat di atas, dari Muqatil mengatakan bahwa seorang laki-laki berdoa sesudah salat dengan mengucapkan “Wahai ar-Rahman (yang Maha Penyayang)”. Maka berkatalah sebagian orang musyrikin “Sesungguhnya Muhammad dan pengikutnya mengatakan bahwa mereka menyembah Tuhan yang Maha Esa, tetapi mengapa laki-laki itu berdoa kepada dua tuhan (Allah dan ar-Rahman).” Kemudian turunlah ayat di atas menjelaskan kesalahpahaman tersebut.[1]
Dan sudah tidak asing lagi bagi kita bahwa asmaul-husna berjumlah 99 nama, seperti yang disabdakan oleh baginda Nabi dalam Sahih-Bukhari[2], sebagaimana hadis yang termaktub dalam kitab Sunan Turmidzi riwayat Abu Hurairah berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدٍ مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّةَ، هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ المَلِكُ القُدُّوسُ السَّلَامُ المُؤْمِنُ المُهَيْمِنُ العَزِيزُ الجَبَّارُ المُتَكَبِّرُ الخَالِقُ البَارِئُ المُصَوِّرُ الغَفَّارُ القَهَّارُ الوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الفَتَّاحُ العَلِيمُ القَابِضُ البَاسِطُ الخَافِضُ الرَّافِعُ المُعِزُّ المُذِلُّ السَّمِيعُ البَصِيرُ الحَكَمُ العَدْلُ اللَّطِيفُ الخَبِيرُ الحَلِيمُ العَظِيمُ الغَفُورُ الشَّكُورُ العَلِيُّ الكَبِيرُ الحَفِيظُ المُقِيتُ الحَسِيبُ الجَلِيلُ الكَرِيمُ الرَّقِيبُ المُجِيبُ الوَاسِعُ الحَكِيمُ الوَدُودُ المَجِيدُ البَاعِثُ الشَّهِيدُ الحَقُّ الوَكِيلُ القَوِيُّ المَتِينُ الوَلِيُّ الحَمِيدُ المُحْصِي المُبْدِئُ المُعِيدُ المُحْيِي المُمِيتُ الحَيُّ القَيُّومُ الوَاجِدُ المَاجِدُ الوَاحِدُ الصَّمَدُ القَادِرُ المُقْتَدِرُ المُقَدِّمُ المُؤَخِّرُ الأَوَّلُ الآخِرُ الظَّاهِرُ البَاطِنُ الوَالِيَ المُتَعَالِي البَرُّ التَّوَّابُ المُنْتَقِمُ العَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ المُلْكِ ذُو الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، المُقْسِطُ الجَامِعُ الغَنِيُّ المُغْنِي المَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الهَادِي البَدِيعُ البَاقِي الوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ.
“Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu: Bahwasanya Rasulullahﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa yang menjaganya maka ia akan masuk surga. Allah yang tiada Tuhan selain Dia, الرَّحْمـٰنُ Yang Maha Pengasih, الرَّحِيْمُ Yang Maha Penyayang, الْمَلِكُ Yang Maha Merajai/Memerintah, الْقُدُّوْسُ Yang Mahasuci, السَّلاَمُ Yang Maha Memberi Kesejahteraan الْمُؤْمِنُ Yang Maha Memberi Keamanan الْمُهَيْمِنُ Yang Maha Pemelihara, الْعَزِيْزُ Yang Memiliki Mutlak Kegagahan, الْجَبَّارُ Yang Maha Perkasa, الْمُتَكَبِّرُ Yang Maha Megah, الْخَالِقُ Yang Maha Pencipta, الْبَارِئُ Yang Maha Melepaskan, الْمُصَوِّرُ Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya), الْغَفَّارُ Yang Maha Pengampun, الْقَهَّارُ Yang Maha Memaksa, الْوَهَّابُ Yang Maha Pemberi Karunia, الرَّزَّاقُ Yang Maha Pemberi Rezeki, الْفَتَّاحُ Yang Maha Pembuka Rahmat, الْعَلِيْمُ Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu), الْقَابِضُ Yang Maha Menyempitkan (makhluknya), الْبَاسِطُ Yang Maha Melapangkan (makhluknya), الْخَافِضُ Yang Maha Merendahkan (makhluknya), الرَّافِعُ Yang Maha Meninggikan (makhluknya), الْمُعِزُّ Yang Maha Memuliakan (makhluknya), الْمُذِلُّ Yang Maha Menghinakan (makhluknya), السَّمِيْعُ Yang Maha Mendengar, الْبَصِيْرُ Yang Maha Melihat, الْحَكَمُ Yang Maha Menetapkan, الْعَدْلُ Yang Mahaadil, اللَّطِيْفُ Yang Mahalembut,الْخَبِيْرُ Yang Maha Mengetahui Rahasia, الْحَلِيْمُ Yang Maha Penyantun, الْعَظِيْمُ Yang Mahaagung, الْغَفُوْرُ Yang Maha Pengampun, الشَّكُوْرُ Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai), العَلِيُّ Yang Maha Tinggi, الْكَبِيْرُ Yang Maha Besar, الْحَفِيْظُ Yang Maha Menjaga, الْمُقِيْتُ Yang Maha Pemberi Kecukupan, الْحَسِيْبُ Yang Maha Membuat Perhitungan, الْجَلِيْلُ Yang Mahamulia, الْكَرِيْمُ Yang Maha Pemurah,الرَّقِيْبُ Yang Maha Mengawasi, المُجِيبُYang Maha Mengabulkan, الْوَاسِعُ Yang Maha Luas, الْحَكِيْمُ Yang Maha Bijaksana, الْوَدُوْدُ Yang Maha Pencinta, الْمَجِيْدُ Yang Maha Mulia, الْبَاعِثُ Yang Maha Membangkitkan, الشَّهِيْدُ Yang Maha Menyaksikan, الْحَقُّ Yang Maha Benar, الْوَكِيْلُ Yang Maha Memelihara, الْقَوِيُّ Yang Mahakuat, الْمَتِيْنُ Yang Mahakokoh, الْوَلِيُّ Yang Maha Melindungi. الْحَمِيْدُ Yang Maha Terpuji. الْمُحْصِيْ Yang Maha Mengalkulasi, الْمُبْدِئُ Yang Maha Memulai, الْمُعِيْدُ Yang Maha Mengembalikan Kehidupan, الْمُحْيِYang Maha Menghidupkan, الْمُمِيْتُ Yang Maha Mematikan. الْحَيُّ Yang Mahahidup, الْقَيُّوْمُ Yang Mahamandiri, الْوَاجِدُ Yang Maha Penemu, الْمَاجِدُ Yang Mahamulia, الْوَاحِدُ Yang Maha Tunggal, الْأَحَدُ Yang Maha Esa, الصَّمَدُ Yang Maha Dibutuhkan, الْقَادِرُ Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan,الْمُقْتَدِرُ Yang Maha Berkuasa, الْمُقَدِّمُ Yang Maha Mendahulukan,الْمُؤَخِّرُ Yang Maha Mengakhirkan, الْاَوَّلُ Yang Mahaawal, الْآخِرُ Yang Mahaakhir, الظَّاهِرُ Yang Mahanyata, الْبَاطِنُ Yang Maha Ghaib, الْوَالِي Yang Maha Memerintah, الْمُتَعَالِي Yang Maha Tinggi, الْبَرُّ Yang Maha Penderma, التَّوَّابُ Yang Maha Penerima Tobat, الْمُنْتَقِمُ Yang Maha Penuntut Balas, الْعَفُوُّ Yang Maha Pemaaf, الرَّؤُوْفُ Yang Maha Pengasi,مَالِكُ الْمُلْكِ Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta), ذُوْ الْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan, الْمُقْسِطُ YangMahaadil, الْجَامِعُ Yang Maha Mengumpulkan, الْغَنِيُّ Yang Maha Berkecukupan, الْمُغْنِيْ Yang Maha Memberi Kekayaan, الْمَانِعُ Yang Maha Mencegah,الضَّارُ Yang Maha Memberi Derita, النَّافِعُ Yang Maha Memberi Manfaat, النُّوْرُ Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya),الْهَادِيْ Yang Maha Pemberi Petunjuk, الْبَدِيْعُ Yang Maha Pencipta, الْبَاقِيْ Yang Mahakekal, الْوَارِثُ Yang Maha Pewaris, الرَّشِيْدُ Yang Mahapandai, الصَّبُوْرُ Yang Mahasabar.” (HR. Imam Tirmidzi)
Baca Juga: Metode Tepat Untuk Kelompok Moderat
Perlu dipahami bahwa asmaul-husna artinya adalah nama-nama Allah ﷻ yang paling baik, paling luas, dan paling dalam pengertiannya. Sedangkan tentang jumlah 99 itu bukanlah berarti pembatasan nama Allah, karena Allah adalah Tuhan alam semesta. Tentu, Allah wajib memiliki semua sifat kesempurnaan serta Maha Bersih dari segala bentuk kekurangan. Oleh karena itu, sifat-sifat kesempurnaan Allah tidak terbatas, sedangkan penyandaran nama dan sifat bagi Allah itu bertujuan untuk memudahkan hamba dalam mengenal Tuhannya. Imam Nawawi berkomentar tentang kesepakatan ulama mengenai hadis tadi bahwasanya murad (maksud) dalam hadis di atas adalah ikhbar (memberi informasi) tentang masuk surganya orang yang menghafal nama-nama itu, bukan tentang pembatasan nama-nama Allah[3].
Dalam kitab Syarhu Asmail-Husnâ karya Syekh Shadruddin al-Qaunawi (W. 673 H)[4] dijelaskan bahwa dalam Al-Qur’an Allah menamai dirinya sendiri lebih dari jumlah tersebut. Di antaranya ada yang berupa dhamir seperti “هُوَ, نَحْنُ, dan انا”, di antaranya lagi berupa nama-nama kiasan (kināyah) dan pengganti (niyābah), contoh yang kiasan seperti “الْخَالِق” (sang pencipta), dan yang pengganti seperti “الوَاقِي” (Yang memelihara) dalam ayat “وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيْلَ تَقِيَكُمُ الْحَرَّ” (Dan Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas)”.
Oleh karenanya, benar jika yang kita maksudkan jumlah 99 nama itu cuma asmaul-husna. Sebab itu yang warid dari Nabi sebagaimana pemaparan hadis di atas. Sedangkan untuk nama Allah secara keseluruhan itu tiada batas. Bahkan, setiap nama yang melambangkan suatu yang patut untuk disandarkan pada-Nya itu juga bisa menjadi nama bagi Allah ﷻ.
Abiagbar | Annajahsidogiri.id
[1] Syekh Muhammad Amin al-Harari Tafsir hadaaiqur-ruh war-raihan fii rawaabii ‘uluumi-quran Juz.10 Hlm.231 Dar tuuqun-najaah Beirut-lebanon
[2] HR.Bukhari: [No.2585] Bābu mā yajūzu minal-isytirāt wats-tsanayā fil-iqrār
[3] Imam Suyuthi dalam Kitab Qûtul-Mugtadzî ‘alâ Jâmi’it-Turmudzi (4/69) Cet. Dar al-kutub al-ilmiyah Beirut-Lebanon 2013 M./1434 H.
[4] Hlm.13-14 Cet. Books-Publisher Lebanon-Beirut, Edisi 1, 2012 M./1433 H.