Teman-teman, pemirsa rubrik #SerialAkidahAwam! yang budiman. Pada syatr pertama dari bait nadzom kitab akidah awam yang ke lima belas, masih menjelaskan tentang para nabi yang wajib diimani secara perinci. Kini, penulis akan menjelaskan tentang kenabian Nabi Hud.
Nabi Hud merupakan nabi ke empat yang diutus ke muka bumi sekaligus rasul pertama yang diutus untuk menyampaikan ajaran Islam kepada penyembah berhala setelah peristiwa banjir bandang yang melanda kaum Nabi Nuh. Secara silsilah beliau adalah Hud bin Abdullah bin Rabah bin al-Khalud bin Ad, nasab beliau sambung kepada Sam bin Nuh. Dalam redaksi al-Quran Nabi Nuh disebut sebanyak tujuh kali. Antara lain dalam surah Al-A’raf, Asy-syuara’, bahkan terdapat surah tersendiri yang menggunakan nama beliau yaitu surah Hud.
Baca Juga; Allah Adalah Dzat, Bukan Roh
Allah ﷻ mengutus Nabi Hud untuk menyampaikan wahyu kepada kaum Ad, julukan sebuah kaum yang merupakan keturunan dari satu leluhur yang bernama Ad. Selain berwatak keras kepala dan sombong, tubuh kaum Ad berukuran besar dan perkasa melebihi postur tubuh Nabi Hud[1]. Sehingga, mereka sering mengolok-olok nabi Hud ketika berdakwah. Postur tubuh kaum Ad sangatlah tinggi. Konon tinggi postur tubuh kaum Ad mencapai 70 sampai 100 dzira’. Sehingga banyak pegunungan yang bergetar ketika mereka berjalan di atas bumi.
Syekh Ramadan al-Buti pernah menjelaskan dalam karya beliau yang berjudul Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyat bahwa Nabi Hud tergolong nabi sekaligus rasul yang wajib diimani oleh umat Islam secara terperinci.
Salah satu dalil al-Quran yang menjadi landasan bahwa Nabi Hud adalah utusan Allah ﷻ adalah ayat berikut;
كَذَّبَتْ عَادُ ِۨالْمُرْسَلِيْنَ. اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ هُوْدٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ. اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ.
“(Kaum) ‘Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka, Hud, berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul tepercaya (yang diutus) kepadamu.” (QS. Asy-Syu‘arā’ [26]:123-125)
Ketika menafsiri lafaz rasûlun amîn di atas, Imam Ahmad bin Muhammmad ash-Shawi menjelaskan bahwa Nabi Hud adalah utusan Allah ﷻ yang terpercaya. Artinya, Nabi Hud adalah utusan Allah ﷻ yang diperintah untuk menyampaikan wahyu dari Allah ﷻ, tanpa menambah dan tanpa mengurangi dari wahyu yang telah Allah ﷻ sampaikan kepadanya.
Baca Juga; Esensial kenabian Idris dan Nuh
Mukjizat Nabi Hud antara lain ialah mampu mendatangkan musim kemarau selama tiga tahun berkat doa beliau. Sehingga banyak tanaman kaum Ad kekurangan air yang berakibat kekeringan dan kurangnya bahan pangan. Bencana ini menjadi peringatan bagi kaum Ad atas kekufurannya terhadap wahyu yang disampaikan oleh Nabi Hud.
Selain mukjizat di atas, Allah ﷻ menurunkan bencana berupa badai besar selama tujuh hari tujuh malam disertai suara guntur yang dahsyat, sehingga banyak gunung-gunung, bukit, dan perumahan yang dihuni oleh kaum Ad hancur lebur tak tersisa. Hal ini juga merupakan mukjizat yang menjadi bukti akan kebenaran utusan Allah ﷻ yang bernama Hud[2].
Dengan keseluruhan penjelasan di atas, berupa mukjizat serta ayat al-Quran, jelas kepada kita akan kebenaran Nabi Hud sebagai rasul serta nabi Allah ﷻ yang wajib diimani secara perinci oleh umat Islam.
Fakhrul Islam |AnnajahSidogiri.id
[1] Ash-Shabuni, Muhammad Ali, an-Nubuwah wa al-Anbiya’, Dar al-Qalam damaskus, cetakan keempat, Hal. 302-305
[2] Al-Baghdadi, Ahmad bin Ali bin Tsabit, Tarikh al-Anbiya’, Dar al-Kutub al-Islamiyah Beirut, cetakan kedua, Hal. 51-54