Dalam dunia literatur, setiap buku memiliki kemampuan unik untuk membawa pembacanya ke dalam pengalaman yang mendalam dan berbeda. Buku tidak hanya sekadar kumpulan kata-kata, tetapi juga jendela yang membuka pandangan kita terhadap realitas, ide, dan emosi.
Dalam resensi kali ini, kita akan menjelajahi karya Kiai & Habaib yang ditulis oleh Tim Paragraf Pondok Pesantren Sidogiri, sebuah buku yang mengajak kita untuk merenung, berimajinasi, dan terkadang bahkan mengguncang pemikiran kita.
Melalui narasi yang kaya dan karakter yang mendalam, buku ini berhasil menciptakan sebuah dunia yang tak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Mari kita telaah lebih dalam tentang tema, alur, dan pesan yang terkandung dalam buku ini.
Buku ini muncul sebagai jawaban dan sikap tegas atas fenomena dilema nasab Baalawi yang sampai sekarang masih hangat-hangatnya diperbincangkan. Ketika kita melihat wacana negatif yang dilemparkan ke publik sudah tidak sehat, penuh dengan emosi negatif, agitasi dan obsesi yang menjebak serta mejerumuskan.
Buku ini dimulai dengan memaparkan fakta mengenai sikap para ulama terhadap Habaib atau Ahlul Bait sejak zaman awal Islam, yaitu pada zaman sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in, hingga ulama pada periode ini. Dari pemaparan ini, kita akan menemukan sikap tegas para ulama terhadap Habaib, pandangan mereka, serta cara mereka bertatakrama kepada Habaib.
Baca juga : Ketika Maulid Nabi Dipertanyakan
Selanjutnya, pada bab berikutnya, buku ini menguraikan pandangan para ulama Nusantara secara khusus terhadap Habaib, termasuk sikap dan akhlak mereka, serta bagaimana mereka menyambungkan sanad keilmuan kepada Habaib.
Pada bagian ketiga, buku ini mengulas keistimewaan Ahlul Bait atau Habaib yang tercantum dalam ayat-ayat al-Qur’an, hadis Nabi ﷺ dan penjelasan para ulama.
Bagian keempat buku ini berfungsi sebagai penyeimbang sekaligus penguat dari bagian ketiga. Pada bagian ketiga, diuraikan bahwa Habaib memiliki keistimewaan yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan Hadis, serta diperkuat oleh pernyataan dan sikap para ulama. Oleh karena itu, pada bagian keempat ini, dibahas bahaya anti tesis terhadap para ulama dan masyayikh yang telah disebutkan.
Terakhir, bagian kelima bertujuan untuk memberikan penguatan tambahan pada tiga bab sebelumnya. Dengan demikian, kita sebagai umat Islam Indonesia semakin yakin bahwa Habaib layak untuk dihormati dan dimuliakan. Mereka bukan hanya keturunan Rasulullah ﷺ, tetapi juga memiliki kontribusi yang sangat signifikan bagi bangsa dan negara republik Indonesia.
Karena itu, dibagian kelima ini disuguhkan sekelumit fakta tentang perjuangan para Habaib di Nusantara, baik dalam rangka melakukan dakwah Islam, menyebarkan Islam ke berbagai pelosok negeri, menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, terlibat dalam perjuangan melawan penjajah, mengupayakan tercapainya kemerdekaan hingga mengisi kemerdekaan dan seterusnya.
Jadi, buku ini adalah upaya kecil untuk membuka kesadaran umat akan bahaya yang mengintai di sekitar mereka, agar mereka tetap pada titian yang benar, yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah ﷺ, berupa menghormati dan mencintai para keluarga dan dzuriah beliau, disamping terus berpegang pada petunjuk dan komando para ulama, baik dari kalangan Habaib ataupun para masyayikh.
Ach. Ubaidullah I AnnajahSidogiri.id