Saat membincang Ahlusunah Waljamaah, sebagian kalangan bingung tentang identitas asli ahlusunah itu sendiri. Sebab, golongan mengklaim diri mereka sebagai satu-satunya Ahlusunah Waljamaah (firqah an-Najiah). Oleh karenanya, di sini kami uraikan beberapa ciri-ciri Ahlussunah waljamaah;
Pertama, selalu menjaga kebersamaan dan kerukunan. Karena arti kata al-Jamaah sendiri adalah kebersamaan. Sedangkan kebersamaan tidak akan ada kecuali kerukunan terjalin dengan erat, kerukunan tidak akan ada apabila sesama umat Islam saling mencaci dan menghina. Coba kita lihat, betapa banyak golongan yang kemudian yang mencaci dan mengafirkan para Shahabat, sedangkan di sisi lain fanatik buta terhadap ahli bait Rasulullah.
Baca Juga: Hakikat Ahlussunnah wal Jamaah
Ada pula golongan yang mengafirkan serta membidahkan golongan lain yang tidak sepaham dan sependapat dengan mereka. Padahal, bila kita lihat perbedaan yang ada hanyalah masalah furu’iyah (cabang) bukan tentang ushul (pokok) agama sendiri. Maka, dari poin pertama ini kita bisa ambil kesimpulan bahwa golongan yang bisa dikatakan Ahlusunnah merupakan golongan yang tidak memecah belah umat Islam.
Kedua, golongan mayoritas umat Islam. Karena kata al-Jamaah juga mengacu pada arti as-Sawadul-A’dham. Jadi Ahlusunah adalah aliran yang diikuti oleh mayoritas umat Islam. Maka dari itu, apabila kita ingin masuk pada golongan Ahlusunah Waljamaah kita harus mengikuti mayoritas dari kebanyakan umat Islam. Mayoritas umat Islam menjadi golongan yang selamat, karena berlandaskan hadis Nabi SAW:
إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَاِد الأَعْظَمِ
“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as-Sawadul-A’dham.”
Bila kita lihat dari dua sisi di atas, maka hanyalah mazhab Imam al-Asyari dan Imam al-Maturidi yang cocok sebagai Ahlusunah Waljamaah karena mereka selalu moderat dalam pemikiran dan pendapatnya terhadap umat Islam. Mereka menghargai perbedaan bila ‘hanya’ permasalahan furuiyah (cabang) bukan ushuliyah (pokok). Bahkan, Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi tidak mengatakan “Kafir!” kepada pihak lain selama masih masuk ahlul-kiblat (menyembah Allah SWT). Di samping itu, mazhab ini banyak diikuti oleh mayoritas ulama dari kalangan ahli fikih, hadis, tafsir, tasawuf dan lain-lain. Hal ini diperkuat dengan perkataan Syekh Muhammad bin Muhammad az-Zabidi dalam kitab Ithaf Sadatil-Muttaqin;
“Apabila kata Ahlusunah diucapkan maka yang dimaksud adalah orang-orang yang mengikuti Imam al-Asy’ari dan al-Maturidi.” Wallahu a’lam.
Rahmat Mulyadi | Annajahsidogiri.id