Untuk membendung aliran sekte Syiah, kita perlu berpikir cerdas dengan kepala dingin. Sebab jika kita salah melangkah dalam membendung aliran mereka, maka langkah kita bukannya membendung, tapi justru membuat aliran mereka akan tambah pesat dan menjangkiti pemikiran masyarakat.
Sejauh ini, Syiah menggunakan metode dakwah yang sangat tersusun rapi, apik, terencana, dan sangat matang. Dakwah yang mereka pakai adalah dakwah bawah tanah dengan merangkul masyarakat dari dalam, misalnya dengan memberi sandang pangan, sembako, pendidikan geratis dan lain-lain. Mereka juga membuat program sebagai langkah dakwah dengan memberi beasiswa kepada para ratusan pelajar, lalu merekrut mereka untuk kemudian diberangkatkan ke Qom, Iran. Nanti, dengan sendirinya para pelajar alumunus Qom ini akan menjadi kader-kader Syiah yang paling militan dan getol menyuarakan Syiah.
Menurut penulis, langkah seperti unjuk rasa, pemboikotan, pengusiran dan lain-lain, bukanlah langkah yang baik dalam membendung aliran mereka. Bahkan , langkah semacam itu dapat menarik simpati masyarakat awam yang masih abu-abu tentang Syi’ah. Sebab, jika ada suatu kelompok minoritas yang diunjuk-rasa diboikot atau diusir oleh kelompok mayoritas, maka masyarakat pasti menganggap kelompok minoritas tadi telah terzalimi dan termarginalkan. Meskipun tidak selamanya pasti seperti itu.
Maka, langkah yang paling efektif dalam membendung aliran Syi’ah adalah dengan memberi pemahaman kepada masyarakat luas tentang hakikat Syi’ah, ajaran-ajarannya, dan perbedaannya dengan Ahlussunnah wal-Jamaah. Hal ini bisa kita lakukan dengan menyampaikan langsung kepada masyarakat melalui lisan, atau dengan tulisan di media-media sosial yang terhampar luas di hadapan kita. Mengingat, di negara Indonesia ini, kita bebas menyuarakan opini kita seluas-luasnya.
Allah berfirman dalam al-Qur’an:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl [16] : 125)
Arti “Hikmah” dan “Mau’idzah hasanah” yang tertera dalam ayat di atas hanya bisa diaplikasikan dengan dua media dakwah yang telah penulis paparkan di muka, yaitu dakwah lisan atau dakwah tulisan. Oleh karena itu, bagi yang mempuanyai kelebihan kata-kata yang menarik dan dapat dicerna dengan gamblang oleh masyarakat, maka hendaknya berdakwah dengan lisannya. Sedangkan yang mempunyai kelebihan menulis, maka berdakwaklah dengan ketajaman penanya, guna membendung aliran Syi’ah, dan setidaknya bisa mengimbangi dakwah sesat mereka.
Muhammad Anis Haddad/Annajah.co