Orang Kristen: Nabi Muhammad yang kalian yakini sebagai juru selamat ternyata dia masih membutuhkan shalawat, buktinya dalam surah al-Ahzab: 56 disebutkan,
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Makna dari ayat ini jelas, bahwa Nabi kalian masih butuh shalawat dan dia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri tanpa bantuan shalawat itu. Jika menyelamatkan dirinya saja tidak bisa, bagaimana kalian menganggap dia sebagai juru selamat?
Kedua, kalau kita telaah surah al-Ahqaf:9, teranglah bahwa Nabi kalian tidak tahu apa yang akan terjadi pada kalian nanti di hari kiamat. Dalam surah itu dijelaskan,
قُلۡ مَا كُنۡتُ بِدۡعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَاۤ اَدۡرِىۡ مَا يُفۡعَلُ بِىۡ وَلَا بِكُمۡؕ اِنۡ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوۡحٰٓى اِلَىَّ وَمَاۤ اَنَا اِلَّا نَذِيۡرٌ مُّبِيۡنٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad tidak tahu apa yang akan diperbuat oleh Allah terhadap dirinya nanti di hari kiamat.
Muslim: Baik, saya akan menjawab terkait surah al-Ahzab:56 cukup dengan satu poin saja. Kata shalawat dengan redaksi (يصلون) adalah lafal yang musytarak (memiliki makna lebih dari satu). Dalam hal ini Imam al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li al-Ahkam al-Quran berkata,
والصلاة من الله رحمته ورضوانه، ومن الملائكة الدعاء والاستغفار، ومن الأمة الدعاء والتعظيم لأمره
“Makna shalawat Allah kepada Nabi ialah memberi rahmat dan keridhaan-Nya, dan makna shalawat malaikat ialah doa dan memintakan ampunan. Sedangkan makna shalawat umat adalah doa dan pengagungan untuk Nabi Muhammad SAW.”
Dari penjelasaan ini dapat kita pahami bahwa Allah akan selalu rida dan memberikan rahmat kepada beliau, dan kita dianjurkan untuk selalu mengagungkannya. Nah, ketika Allah saja ridha dan memberikan rahmat serta kita sebagai umat diperintah untuk mengagungkan beliau. Pantaskah anda mengtakan beliau belum tentu selamat?
Mengenai surah al-Ahqaf: 9, tatkala ayat itu diturunkan oleh Allah, orang-orang musyrik, Yahudi dan para kaum munafik bergembira dan berkata, “Bagaimana kita akan mengikuti seseorang yang ia sendiri tidak tahu akan selamat atau tidak nanti di akhirat?” Lalu Allah menurunkan surah al-Fath : 2, sebagai jawaban atas ejekan mereka,
لِّيَـغۡفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنۡ ذَنۡۢبِكَ وَ مَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهٗ عَلَيۡكَ وَيَهۡدِيَكَ صِرَاطًا مُّسۡتَقِيۡمًا
Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas kesalahanmu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan membimbingmu ke jalan yang lurus. (QS. al-Fath: 2)
Ayat ini sangat jelas dan tegas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang telah Allah jaga dari kesalahan dan selalu mendapatkan bimbingan dari Allah di setiap langkah menuju jalan kebenaran.
Ketika ayat ini turun, para shahabat berkata kepada Nabi, “Berbahagialah wahai Rasulullah, Allah telah menjelaskan bagaiamana keadaanmu nanti di akhirat. Lalu kami penasaran bagaiamana dengan keadaan kami nanti?”. Lantas Allah menurunkan surah al-Fath: 5,
لِّيُدۡخِلَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا وَيُكَفِّرَ عَنۡهُمۡ سَيِّاٰتِهِمۡؕ وَكَانَ ذٰ لِكَ عِنۡدَ اللّٰهِ فَوۡزًا عَظِيۡمًا
Agar Dia (Allah) memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar. (QS. al-AlFath: 5)
Poin dari ayat di atas memberikan penjelasan tegas, bahwa orang-orang yang beriman dan mengikuti Nabi Muhammad SAW akan Allah selamatkan dan surga sebagai tempat kembalinya. Riwayat ini dijelaskan oleh imam al-Qurtubi dalam kitab al-Jami’ li al-Ahkam al-Quran.