Kata “Ahlusunah wal-Jamaah ” adalah kata yang tak terpisahkan dari agama Islam, sebab data dan fakta yang ada mengatakan bahwa mayoritas kaum muslimin di dunia ini berpaham Ahlusunah wal-Jamaah. Ini adalah fakta yang tak bisa dibantah oleh siapapun. Akan tetapi mungkin kita masih bertanya-tanya, bagaimana hakikat sebenarnya dari Ahlusunah wal-Jamaah ? berikut hasil wawancara Muh Shobir khoiri dari AnnajahSidogiri.ID kepada Habib Umar bin Muhammad As-seggaf Pohjentrek, Pasuruan.
Sebenarnya siapa yang termasuk dalam golongan Ahlusunah wal-Jamaah?
Perlu kita pahami dulu, mereka dari kalangan orang-orang Ahli ilmu. Baik dari kalangan ahli fiqih, ahli tafsir dan Ahli hadist, dari Ulama-ulama’ itulah yang kemudian dijadikan rujukan, sehingga terbentuklah daripada Ahlusunah wal-Jamaah. Jadi, Ahlusunah wal-Jamaah adalah kalangan Ahli ilmu, baik dari kalangan Ahli fiqih, Ahli hadist dan ilmu-ilmu lainnya yang dibutuhkan dalam islam, sehingga terbentuklah Ahlusunah wal-Jamaah .
Lantas, bagaimana ciri-ciri Ahlusunah wal-Jamaah yang membedakan dengan firqah lainnya?
perlu kita pahami terlebih dahulu mengenai makna atau definisi dari Ahlusunah wal-Jamaah . Sehingga, jika sudah mengetahui definisi dari Ahlusunah wal-Jamaah , kita akan bisa membedakan antara Ahlusunah wal-Jamaah dengan firqah selainnya. Ahlusunah wal-Jamaah itu terdiri dari tiga kalimat: 1. Ahlun, 2. Sunnah, 3. Jamâah.
Kalimat Ahlun memiliki 3 arti, ada yang mengatakan itu (Ahlun) adalah penduduk, ada yang mengatakan Ahlun bermakna keluarga dan ada juga yang mengatakan Ahlun bermakna pengikut. Kalau diartikan sebagai penduduk, maka bisa dicontohkan dengan Ahlul-Jannah(penduduk surga). Kalau dikatakan sebagai pengikut, maka bisa dicontohkan dengan Ahlul-kitab(pengikut kitab). Kalau dimaknai dengan keluarga, maka bisa dikatakan Ahlu Baiti (keluargaku). Namun, pendapat yang paling dominan kata Ahlun dimaknai sebagai makna pengikut, yaitu pengikut di dalam sunnah.
Kemudian, definisi dari sunah itu apa? kata sunah di sini memiliki beberapa definisi, tapi saya akan mengambil kutipan yang berkaitan langsung dengan keterangan Ahlusunah wal-Jamaah . [1]Sunah di sini adalah at-Tarîqah (jalan), ada yang memaknai al-I’tiqâd (keyakinan). Di sini definisinya bebas karena kita masih menerangkan Sunnah secara Lughat (bahasa) yakni, jalan apasaja yang ditempuh dalam kehidupan. Tapi kalau secara Syara’, sunah itu adalah:[2]
اِسْمٌ لِلطَّرِيْقَةِ المَرْضِيَّةِ المَشْرُوكَةِ فِي الدِيْنِ شركهَا رَسُولُ اللهِ ﷺ أَوْغَيْرُهُ مِمَّنْ هُوَ عَلَمٌ فِي الدِّينِ كَالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمْ
“Nama untuk jalan yang diridlai yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ atau lainnya dari golongan yang benar-benar faham akan agama, seperti para Sahabat radlîyallâhu ‘anhum.
Sedangkan definisi Sunah secara bahasa :
الطَّرِيقَةُ وَلَوْ غَيْرَ مَرْضِيَّة
“sebuah jalan walaupun tidak baik”
Yang penting jalan atau tujuan yang dilakukan manusia, menurut bahasa itu adalah Sunah, jika dimaknai jalan.Tapi secara syariat, makna sunah adalah sebuah jalan yang diridhai oleh Allah. Konsekuensinya, jalan itu adalah jalan yang pernah ditempuh oleh Nabi Muhammad atau orang-orang yang faham betul dengan urusan agama, seperti para sahabat Nabi, sebab para sahabat adalah orang-orang terdekat dengan Nabi yang mampu mengambil ilmu langsung dari Nabi Muhammad, setelah itu diturunkan kepada para Tabi’in dan seterusnya, hingga Sampai sekarang ini telah menjadi jalan yang lurus juga diridai oleh Allah, serta diambil dari mimman huwa ‘alanun bid-din/orang-orang yang memang paham betul tentang agama dan memiliki sanad yang sambung kepada para sahabat, ilmu itu bersambung pada jalan yang telah ditempuh oleh Nabi. Itu makna daripada sunnah.
Selanjutnya mengenai kata Jamâah. Arti Jamaah dalam kitab lisânul ‘arab :
عَدَدُ كُلِّ شَيْءٍ وَكَثْرَتُهُ
“Jumlah dari segala sesuatu dan banyaknya dari jumlah tersebut”
Jumlah apapun dari sekumpulan yang memiliki jumlah lebih dari tiga, itu sudah dikatakan jamaah. Maka, yang dikatakan Jamaah/rombongan, misalnya rombongan ke Surabaya, maka sudah dikatakan Jamaah. Tapi yang dimaksud di sini adalah bukan segala rombongan, tapi rombongan/sekelompok yang mengikuti pada jalan yang pernah ditempuh oleh Nabi ﷺ atau mimman ‘Alamun bid-din/orang-orang yang sudah pakar dalam bidang agama, yaitu seperti para sahabat dan orang-orang yang hidup setelah para sahabat seperti tabi’in dan seterusnya sampai para ulama yang saat ini kita jumpai. Baik, itu adalah keterangan daripada Ahlussunnah wal Jamaah.
Sehingga, apa yang membedakan antara kalangan Ahlussunnah wal jamaah dengan firqah lain. Yang membedakan adalah Ahlussunnah wal Jamaah ini memiliki satu kebiasaan, yaitu la yukaffir ba’duhum ba’dla/mereka tidak mengkafirkan antara sesama mereka, walaupun perbedaan itu terjadi, tapi perbedaan itu tetap dalam koridor, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Perbedaan dalam Ahlussunnah wal jamaah itu sudah biasa terjadi, tapi ciri-ciri mereka itu tidak gampang mengkafirkan, dan tidak mudah membidah-bidahkan. Maka, kalau anda melihat sekelompok Jamaah yang biasanya gampang mengkafir-kafirkan sesama orang islam, biasa membidah-bidahkan sesama orang islam, nah kelompok itu sudah bukan bagian dari Ahlussunnah wal Jamaah, karena sudah keluar dari koridornya Ahlussunnah wal Jamaah (tidak gampang mengkafirkan dan membidahkan sesama orang islam).
Apakah benar Ahlussunnah wal Jamaah itu dibentuk oleh Imam Al-Asy’ari?
Ya, yang dimaksud Ahlussunnah wal Jamaah kalau di Indonesia, biasanya dikatakan bahwa Ahlussunnah wal Jamaah (NU) itu dibentuk oleh KH. Hasyim Asy’ari. Sebenarnya, Ahlussunnah wal Jamaah itu berawal dari seorang pembaharu, kalau dalam istilah agama adalah Mujaddid. Abul-Hasan Al-Asy’ari yang dikenal dengan Al-Asy’ari, dan satunya adalah Al-Maturidi. Keduanya adalah pembaharu yang kemudian terbentuklah -istilah- Ahlussunnah wal Jamaah, yang kemudian dilanjutkan hingga sampai ke Indonesia, ada pembaharu yang membuat Risalah untuk melanjutkan daripada kelanjutan yang dibentuk oleh Imam Abul-hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi, yang di indonesia ini dikenal dengan KH. Hasyim Asy’ari. Jadi, semua yang mengatakan dirinya adalah Ahlussunnah wal Jamaah, maka dia pasti beri’tiqad (berkeyakinan) sebagaimana I’tiqad yang diyakini oleh Imam Abul-hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Kalau dalam pandangan ilmu Fiqh, Ia mengikuti daripada ulama Madzahib Al-Arba’ah :
Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hanbali (Ahmad bin Hanbal). Kalau dalam Tasawwuf, dia mengikuti daripada Al-Imam Al-Ghazali atau Syaikh Abdul Qadir Al-jilani. Nah itu baru orang-orang yang didefinisikan dengan Ahlussunnah wal Jamaah.
Yang terakhir Habib, Mungkin ada Pesan dari habib untuk kalangan Ahlussunnah wal Jamaah.
Untuk kalangan Ahlussunnah wal Jamaah, yang perlu kita perhatikan adalah kita benar-benar mengaplikasikan Ahlussunnah wal Jamaah ini secara benar dan baik baik deri segi aqidah, syariat dan tasawuf. Jangan sampai kita terpengaruh oleh propaganda dengan hal-hal yang baru yang bisa mengeluarkan kita dari asas qanun Ahlussunnah wal Jamaah, karena al-Ilmu itu bin Naqli la bil Aqli (ilmu itu dengan kita melihat dan memindah daripada apa yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama kita terdahulu). Bukan ilmu tadi itu bil Aqli/bir Ra’yi (dengan akal dan pemikiran kita masing-masing). menurut saya begini, akhirnya menjadi rancu ahlussunnah wal Jamaah ini jika kita lebih mengedapankan akal dan pemikiran kita masing-masing. Orang yang benar-benar Ahlussunnah wal Jamaah secara zahir dan batin, yaitu mengaplikasikan sesuatu yang telah dicontohkan oleh ulama kita yang terdahulu, kita tidak perlu ikut pada kelompok yang suka mengkafir-kafirkan, membidah-bidahkan. sebab ini bukanlah ajaran dari Ahlussunnah wal Jamaah. serta ingat, jangan sampai terjadi perpisahan di kalangan intern Ahlussunnah wal Jamaah. Semoga, Insyaallah ta’ala kita diberikan kekompakan, kesatuan dan persatuan yang kuat, sehingga bisa melanjutkan apa yang telah diajarkan oleh para guru-guru kita untuk memperjuangkan Ahlussunnah wal Jamaah, hidup sebagai Ahlussunnah wal Jamaah wafat pun dengan membawa ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang diridai Allah ﷺ. Yang terakhir, Ahlussunnah wal Jamaah itu adalah yang dikatakan dengan firqah an-Najiah, yaitu firqah yang selamat, maka jaga ini jangan sampai anda keluar. Karena takutnya, anda tidak akan selamat untuk dunia sampai akhirat. Shallallahu ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala Alihi wa Shahbihi wa Sallam wal Hamdulillah Rabbil Alamîn. Wallahu A‘lam bis-showab.
[1] KH. Hasyim Asy’ari, Risâlah Ahlussunnah wal-jamâ’ah.
[2] KH. Hasyim Asy’ari, Risâlah Ahlussunnah wal-jamâ’ah.