Mencintai Rasulullah SAW telah meniscayakan kita untuk mengikuti segala aspek kehidupannya, baik terkait beragama, bernegara dan kebudayaan. Allah SWT menjadikan nabi terakhir dari kalangan Arab yang diutus untuk semesta alam. Hal ini berbeda dengan para nabi lain yang hanya diutus dalam ruang lingkup yang lebih sempit, seperti nabi musa kepada Bani Israil. Lantas, apa yang bisa dibuat dalil bagi orang yang benci Arab jika Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
Bangsa arab adalah bangsa dengan pemikiran yang steril. Jahiliah Arab tidak terlalu parah dibandingkan bangsa-bangsa lain seperti Persia dan Romawi. Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW dari kalangan Arab yang berdakwah dengan bahasa mereka.
Baca Juga: Kondisi Jazirah Arab Masa Pra-Islam (2/Selesai)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Mencintai Arab adalah bagian yang tak terpisahkan dari iman kita kepada Rasulullah. Mencintai Rasulullah berarti mencintai bangsa Arab, mencintai penampilan Arab, mencintai al-Quran dan hadis Rasulullah yang berbahasa Arab. Bahkan Allah SWT tidak hanya menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa agama Islam, tapi juga menjadi bahasa yang digunakan penghuni surga di akhirat. Oleh karena itu, kita kita wajib mencintai Arab. dari Ibn Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda :
أَحِبُّوا الْعَرَبَ لِثَلَاثٍ لِأَنِّيْ عَرَبِيٌّ ، والْقُرْآنَ عَرَبِيٌّ ، وَكَلَامَ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ
“Cintailah arab karena 3 hal, karena saya orang arab, karena al-Quran berbahasa arab, dan bahasa penduduk surga adalah bahasa arab.”
Namun demikian, islam tidak mencegah kita, bahkan menganjurkan kita untuk mengikuti adat istiadat lokal dan kebudayaan negara, selama kandungannya tidak bertentangan dengan syariat. Ibn Muflih, ulama terkemuka mazhab Hanbali mengatakan:
لَا يَنْبَغِي الْخُرُوْجَ مِنْ عَادَاتِ النَّاسِ إِلَّا فِي الْحَرَامِ
“Tidak sepantasnya keluar dari tradisi manusia kecuali dalam perkara haram.” (Ibnu Muflih, al-Adab al-Syar’iyyah, juz 2, halaman 114)
Dari sini jelas, bahwa mencintai Arab adalah sebuah keniscayaan umat beriman, selagi yang menjadi motivasi bangkitnya cinta tersebut adalah iman terhadap sosok Rasulullah yang berasal dari bangsa Arab. Oleh karena itu, tidak sepatutnya bagi orang beriman bersikap sinis melihat penampilan Arab dan orang berbahasa Arab, sebab dalam beragama mereka mau tidak mau harus menjadikan Arab sebagai bagian kehidupannya, seperti shalat misalnya, yang harus berbahasa Arab. Tidak ayal jika kemudian Rasulullah SAW berpesan kepada Salman al-Farisi yang berdarah Persia untuk mencintai bangsa Arab, dan membenci Arab adalah bentuk kelancangan yang menyakiti hati Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ سَلْمَانَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَا سَلْمَانُ ! لاَ تَبْغَضْنِي فَتُفَارِقَ دِينَكَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ! كَيْفَ أَبْغَضُكَ وَبِكَ هَدَانَا اللَّهُ ؟ قَالَ : تَبْغَضُ العَرَبَ فَتَبْغَضُنِي رواه الترمذي
“Wahai Salman, janganlah engkau membenciku, dengan begitu maka engkau akan meninggalkan agamamu’. Aku bertanya,’Wahai Rasulullah, bagaimana aku membenci engkau sedangkan melalui engkau Allah memberi petunjuk kepada kami?’ Rasulullah bersabda, ’ketika engkau membenci Arab, maka engkau membenciku’”. (HR At Tirmidzi)
Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga menjadikan cinta Arab sebagai tanda iman seseorang, dan benci Arab sebagai bentuk benih kemunafikan. Rasulullah SAW bersabda :
آيَةُ الْإِيْمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ، وَ آيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ. (متفق عليه)
“Tanda iman adalah mencintai sahabt Anshar, Tanda kemunafikan adlah membenci sahabat Anshar.” (Muttafaq alaih)
Perlu kita ketahui pula, bahwa apa yang dikoar-koarkan kaum liberalis sebagai budaya Arab adalah tidak benar. Mereka hanya ingin menipu publik untuk berpegang teguh pada budaya lokal, lalu meninggalkan budaya Arab yang sebenarnya bukan budaya tapi bagian dari syariat. Mereka memberi alasan bahwa budaya arab harus dihindari karena termasuk bagian atribut kaum radikalis. Seharusnya, jika yang dikritik adalah radikalisme-nya, maka yang dihindari adalah berlebih-lebihan mereka dalam beragama dan menegakkan khilafah secara membabi buta, bukan cadar, celana cingkrang, jenggot, dan bahasa Arab yang tak lain bagian dari syariat Islam.
Mereka melakukan hal itu tak lain sebagai propaganda menjauhkan umat dari syariat Islam atau Ta’thîl as-Syarî’ah. Hal itu sangatlah jelas, ketika mereka sinis melihat budaya Arab, tapi tidak pernah mempermasalahkan budaya Barat. Koar-koar tentang cadar, padahal tidak pernah mempermasalahkan rok mini yang begitu jelas haram dalam agama. Inilah kira-kira benih ‘kemunafikan’ orang-orang yang benci Arab yang diwanti-wanti Rasulullah SAW. Wallâhu a’lam
Penulis: Bachrulwidad | Aktivis ACS Semester II