Dalam kitab Fiqhus-Sīrāh an-Nabawiyyah (hlm. 70-71), Syekh Saʿīd Ramaḍan al-Būthī menjelaskan bahwa Ka’bah dalam perjalanan sejarahnya—sebelum menjadi kiblat umat Islam—merupakan bangunan yang menjadi kebanggaan bangsa Arab. Sebagaimana maklum diketahui, bahwa keberadaan Ka’bah menjadi pusat ibadah umat Islam sebab doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim setelah melaksanakan perintah Allah ﷻ untuk membangun baitullah. Awal mulanya, Nabi Ibrahim diperintah untuk menghancurkan berhala-berhala yang terpampang di sekitar Ka’bah. Kemudian, Nabi Ibrahim pun diperintah agar membangun tempat ibadah untuk menyiarkan agama Allah ﷻ (Islam) dan tidak menyembah tuhan selain-Nya. Hingga kini, tempat ini menjadi pusat kiblat umat Islam dalam melaksanakan ibadah.
Dari sini, anggapan kaum Nasrani yang mengatakan bahwa umat Islam menyembah batu sangat tidak berdasar, karena kiblat umat Islam mengarah ke Ka’bah bukan tanpa alasan, melainkan untuk menyiarkan agama yang diridai oleh Allah ﷻ. Hal ini terbukti dalam kitab suci al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 142, Allah ﷻ berfirman:
سَيَقُولُ ٱلسُّفَهَآءُ مِنَ ٱلنَّاسِ مَا وَلَّىٰهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ ٱلَّتِى كَانُوا۟ عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata, ‘Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul-Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat ke sana?’ Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus’.”
Baca Juga: Kumandang Syair Sebelum Shalat
Dalam menafsiri ayat tadi, Syekh Muhammad bin Mutawālli asy-Sya’rāwī menjelaskan bahwa menghadap ke arah kiblat, baik ke Ka’bah atau ke Baitulmaqdis itu merupakan ujian keimanan untuk segenap orang mukmin. Apabila ia menaati perintah Allah ﷻ, maka akan mendapat pahala. Sebaliknya, jika melanggar perintah maka mendapat dosa.
Dengan demikian, anggapan bahwa umat Islam menyembah batu pun terbantahkan. Memang Ka’bah dibangun dari batu bata yang takkan memberikan manfaat maupun petaka, tapi karena Allah ﷻ yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap ke arah Ka’bah, maka seketika Ka’bah pun menjadi mulia. Sejak itu hingga hari kiamat kelak, Ka’bah akan tetap menjadi kiblat umat Islam.
Hikmah Salat Menghadap Kiblat
Terdapat beberapa hikmah mengapa salat harus menghadap kiblat. Terkait hal ini Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsīr Mafātīhul-Ghaīb-nya (juz, IV hlm. 105) membagi hikmah tersebut sebagai berikut: a) Maksud utama dalam melaksanakan salat adalah khusyuk. Sedangkan khusyuk takkan terlaksana dengan baik bila tidak dibarengi dengan diam tanpa ada gerakan. Pun demikian, diam saja juga tidak akan maksimal kecuali jika menghadap ke satu arah.
Oleh karena itu, menghadap kiblat menjadi jawaban untuk seseorang bisa khusyuk, b) Harus menghadap ke kiblat karena Allah ﷻ sangat suka bila orang-orang Mukmin menjaga kebersamaan dalam satu tempat, sebagaimana yang tertuang dalam Surah Ali Imran [03]: 103. Jika ada segelintir orang Mukmin yang tidak menghadap ke arah kiblat, maka dikhawatirkan mukmin lain akan menduganya telah menyimpang dari ajaran yang benar. Waallāhu a’lam bîsh-Shawwāb.
M. Roviul Bada | Tauiyah