Nama lengkap as-Sanusi adalah Imam Muhammad bin Yusuf bin Umar bin Syu’aib as-Sanusi. As-Sanusi merupakan nisbat terhadap suatu kabilah tepatnya daerah Maroko. Beliau juga sering dipanggil al-Hasani, karena penisbatan terhadap al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib dari jalur ibunya. Imam as-Sanusi juga bernisbat pada daerah Tilmisan. Imam as-Sanusi merupakan ulama terkemuka dengan keilmuan multidisipliner (pakar Ilmu Hadis, Ilmu Kalam, Ilmu Qiraah, Ilmu Mantiq, dan lain sebagainya), pribadi yang ahli ibadah, muhaqqiq yang khusyuk, serta memiliki laqob Abu Ya’qub Yusuf.
Baca Juga: KH. M. Hasyim Asy’ari; Rihlah Sang Pendiri NU
Perjalanan studinya beliau mulai dari belajar ilmu agama kepada ayahnya, al-Imam Yusuf bin Umar as-Sanusi. Kemudian belajar kepada ulama terkemuka pada masanya, seperti Nasr al-Zawawi, Muhammad bin Tauzat, dan al-Syarif Abu al-Hajjaj Yusuf al-Hasani dalam bidang Ilmu Qiraah. Beliau juga belajar Ushul Fikih, Teologi, dan Ilmu Logika kepada Imam Muhammad bin Abbas, belajar Fiqhul-Mâliki kepada al-Jallab, serta mengikuti perkuliahan Abu Hasan al-Andalusi dengan materi Ilmu Faraiddanastronomi.
Dalam menjalani kehidupan sufi Imam as-Sanusi dalam bimbingan al-Imam Ibrahim al-Tazi, ulama sufi dengan pribadi saleh dan zuhud. Akhirnya, setelah sekian lama menempuh beratnya pembelajaran Imam as-Sanusi menjadi tokoh panutan pada masanya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, kezuhudan, dan menjalani prilaku wara’.
Setelah selesai menimba pendidikan dalam berbagai studi keilmuan. Imam as-Sanusi melanjutkan sepak terjangnya sebagai pengajar, penulis karangan, dan pendidik masyarakat. Dalam mengajar Imam as-Sanusi enggan mengajarkan ilmu-ilmu kecuali berkaitan dengan akhirat.
Oleh sebab itu, materi pelajaran yang sering beliau sampikan pada murid-muridnya lebih banyak dalam fan studi Ilmu Hadis, Tafsir, dan Teologi. Dalam hal ini Imam as-Sanusi berkata: “Tidak ada ilmu-ilmu zahir yang mengantarkan pada makrifat dan muqârabah kepadaAllah selain Ilmu Tauhid, hanya Ilmu Tauhid lah yang dapat menjadi pintu pembuka seluruh ilmu pengetahuan.
Ketakwaan seorang hamba kepada Allah akan bertambah sesuai dengan kadar pengetahuannya dalam Ilmu Tauhid”. Muridnya, al-Mahalli berkata, ‘Aku mendengar beliau berkata: ‘Hendaknya manusia berjalan dengan pelan dan melihat depannya, agar tidak menginjak hewan apapun diatas permukaan tanah”. Ketika Imam as-Sanusi melihat orang memukul hewan dengan keras, berubahlah raut wajahnya, dan berkata: “Pelanlah wahai orang yang Allah berkahi”.
Imam as-Sanusi melarang para guru memukul muridnya, al-Mahalli berkata, “Aku pernah mendengar beliau berkata: “Allah Ta’ala mempunyai seratus rahmat, dan tidak ada yang meharapkannya kecuali orang yang bersifat merahmati dan menyayangi seluruh makhluk.”
Baca juga: Imam Haramain; Pelita Aswaja dari Tanah Persia
Imam as-Sanusi termasuk ulama produktif dengan meninggalkan sejumlah karangan, terutama dalam bidang teologi, sebagaimana penjelasan al-Mahalli, antara lain ‘Aqîdatu Ahlit-Tauhîd, al-‘Aqidah al-Kubra, Syarhu Ummil-Barahîn dan lain-lain. Dalam bidang hadis Imam as-Sanusi menulis kitab Mukammal Ikmâlil-Ikmal fi Syarhi Shahîhil-Muslim dan kitab Syarhu Shahîhil-Bukhâri.
Menurut Ahmad Baba al-Tubuki dalam kitab Nâhilul-Ibtihâj bit-Tathrîz al-Dibâj, dari sekian banyaknya karya Imam as-Sanusi, kitab Ummul-Barahin adalah karya terpopuler dan menjadi materi kajian para pelajar Suni dunia hingga dewasa ini.
Imam as-Sanusi memiliki banyak murid yang aktif dalam menyebarkan ilmunya dan mempertahankan pemikirannya.
Di antara muridnya adalah Ibn Sha’d, Abu al-Qas az-Zawawi, Ibn Ali Madyan, Ibn al-‘Abbas as-Shaghir, Ibn al-Hajj al-Baidari, Yahya bin Muhammad, Muhammad al-Qala’i, Ibrahim al-Judaiji, Ibn Malukah.
Pada masa hidupnya, beliau terkenal dengan sosok ulama penyabar, tabah, murah senyum, tidak pernah menyimpan rasa dendam, tidak pernah bermuka masam juga cemberut kepada siapapun. Bahkan tidak pernah beliau mengucapkan kepada orang yang memusuhinya dengan nada buruk hingga tak jarang musuhnya menganggap beliau sebagai kawan bukan lawan.
Setelah sekian lama menyebarkan keilmuan Islam di berbagai daerah, ia menderita sakit selama sepuluh hari dan tutup usia pada tahun 895 H/1490 M.
Aris Daniyal | Annajahsidogiri.id