Kemujuan adalah cita – cita semua bangsa. Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan sebuah kemajuan mulai dari memberlakukan pajak negara, melakukan hubungan bilateral antar negara atau mengirim para cendikiawan keberbagai negara yang sudah maju. Bahkan tidak jarang sebagaian negara berkembang memberikan kesempatan negara maju untuk mengolah hasil bumi dengan harapan mendapatkan bantuan dari negara maju tersebut. seperti Indonesia yang membuka peluang untuk negara maju untuk mengolah hasil bumi dengan harapan Indonesia menjadi negara maju.
Cara – cara di atas tidak bisa kita salahkan karena itu adalah kebijakan pemerintah yang sudah dipertimbangkan oleh para mentri yang bersangkutan. Namun sangat aneh jika ada orang yang mengatakan “Untuk membuat sebuah negara itu maju, maka harus dipisahkan dengan nilai agama, karena agamalah yang membuat suatu negara mundur”.
Pernyataan di atas mungkin muncul karena melihat kemajuan barat yang dicapai setelah memisahkan otoritas agama Kristen dari negara. Karena jika menilik sejarah dari sekularisme maka sangat erat hubungannya dengan kerancuan ajaran agama Kristen sendiri. Karena pada abad 18 barat mengalami masa kelam (The Dark Age) saat para filosofi dan saintis dipaksa tunduk norma agama Kristen yang tidak masuk akal. Jika mereka mengkrtik norma tersebut maka para kristiani gereja akan memasukkan mereka ke penjara bahkan membunuh mereka, mengingat gereja adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada waktu itu. Yang pada puncaknya ialah pada revolusi Perancis. para filosofi dan saintis mengumumkan bahwa agama (Kristen) harus dipisahkan dari negara dan ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan Islam yang selalu memberikan perubahan besar pada pemeluknya. Jaziarah arab yang terkenal dengan bangsa Jahiliyah berubah menjadi pusat keilmuan semenjak memeluk Islam. Agama islam tidak pernah bertentangan dengan para ilmuan. Bahkan para ilmuan banyak yang mencetuskan suatu gagasan setelah ia mempelajari islam (al- Quran). Diantara cendikiawan Islam dibidang sains ialah Ibnu Sina, al Idrisi, al Bairuni dll. Sedangkan cendikiawan Islam dibidang filsafat ialah al -Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi dll. Temuan mereka banyak menginspirasi ilmuan barat dalam ilmu filsafat dan sains. Maka tidak benar jika agama terutama agama Islam yang menyebabkan kemunduran sebuah negara.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya ulumiddin menjelaskan bahwa nilai-nilai agama harus ada dalam sebuah negara ataupun kekuasaan sebagai asas dan kendali, karena kekuasaan yang tidak didasari norma agama pasti akan liar dan berakhir pada kehancuran. Begitu juga agama butuh pada negara sebagai penjaga berjalannya aturan syariat, maka keduanya tidak bisa dipisahkan. Sebagaimana penjelasan beliau:
وَالْمِلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ “
“Negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang”.
Sekularisme jelas sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam, karena Islam mengatur segala urusan manusia baik dalam urusan ibadah (ritual) ataupun urusan politik dan hubungan sosial. Jika kikta meyakini bahwa Allah yang menciptakan alam ini, seharusnya kita juga percaya bahwa hukum-hukum yang ditetapkan Allah yang paling efektif dalam mengatur kehidupan.
Jumardi Hasan | Annajahsidogiri.ID