kata ‘bidah’ bukan lagi kata yang asing untuk didengar ketika diucapkan oleh kaum Wahabi. Tak sampai disitu, bahkan mereka pun melontarkan kata ‘syirik’ tanpa ragu-ragu. Hal ini tak lain karena kejumudan mereka dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an dan hadits. Kebiasaan mereka ini tidak jarang membuat khawatir kaum muslimin dan muslimat dalam melaksanakan ibadah dan juga amaliah. Mereka pun mulai berhenti dan berpikir pada apa yang dikatakan oleh Wahabi, bahwa apa yang mereka kerjakan tidak memiliki dalil al-Qur’an ataupun hadits.
Untuk membantah pendapat-pendapat kaum sebelah, Habib Zainul Abidin al-alawi telah mengumpulkan dalil-dalil Ahlusunah wal Jamaah dalam kitab beliau yang berjudul al-Ajwibah al-ghaliah fi Aqidatil- Firqah an-Najiyah. Kitab ini berisi pertanyaan-pertanyaan seputar akidah ditambah dengan jawabannya dan berisi seputar referensi Ahlusunah wal Jamaah.
Pada beberapa lembar pertama, beliau memulai dengan pembahasan seputar uluhiyat (ketuhanan). Pada bagian ini beliau juga sempat memberi penjelasan tentang sabda Nabi yang berbunyi, “من عرف نفسه عرف ربه “. Beliau menjelaskan bahwa makna dari hadits adalah, ketika seseorang mengenali dirinya sendiri, maka sejatinya dia telah mengenal tuhannya. Artinya, jika seorang manusia melihat pada kelemahan dirinya, ketidakmampuan dalam memberi manfaat ataupun menolak bahaya, maka dia akan tahu bahwa sebenarnya dia memiliki Tuhan yang menciptakannya, Dzat yang menolongnya sehingga mampu berbuat sesuatu. Setelah selesai membahas uluhiyat, beliau meneruskan dengan pembahasan seputar nubuwat, yakni pembahasan yang berkaitan dengan kenabian.
Selanjutnya, al habib mengajak kita untuk memahami tentang pengklasifikasian bidah, bahwa bidah terbagi menjadi bidah hasanah dan bidah qabihah. Hal ini tentu sangat penting untuk dipahami bagi umat Islam agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Mengingat bahwa vonis bidah yang dilakukan oleh kaum sebelah sejauh ini adalah karena kebodohan mereka terhadap pengklasifikasian bidah.
Pengarang melanjutkan pembahasan dengan penjelasan beberapa amaliah yang sering kita lakukan, seperti tawassul, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain. Karena secara keseluruhan, amaliah-amaliah yang disebut di dalam kitab ini masih dipermasalahkan oleh kaum sebelah, pengarang pun menjelaskan tentang hukum mengerjakan amaliah tersebut lengkap disertai dengan dalil-dalilnya.
Dengan pembahasan yang simpel dan penuh wawasan yang luas, Kitab dengan ketebalan 230 halaman ini sangat layak untuk dibaca. Ukurannya yang tidak terlalu besar membuatnya mudah untuk dibawa. Kitab ini menjadi rekomendasi yang sangat tepat untuk ASWAJA pemula. Mengingat banyaknya ajaran dan aliran sesat disekitar kita dan pentingnya menanamkan akidah Ahlusunah wal Jamaah sejak dini.
Lubbil Labib | Annajahsidogiri.id