Sering kita mengangan-angan tentang liberal, kemudian muncul kesimpulan bahwa liberal adalah sebuah paham keagamaan yang menjunjung tinggi kebebasan dan mengutamakan pendekatan nalar. Bahkan tak jarang yang mengatakan bahwa liberal adalah wajah baru Muktazilah. Sebuah mazhab teologi Islam yang sempat menjadi mazhab resmi dinasti Bani Umayyah.
Kesimpulan demikian mungkin diserap dari makna logistik kata liberal. Liberal artinya bebas. Seakan-akan aliran ini selalu berpihak netral. Tidak mendukung bahkan tidak menentang, karena semua orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan sebuah pikiran. Seakan-akan demikian.
Akan tetapi, bagi pengkaji liberal, tentu menganggap kebebasan yang seperti ini memang sengaja dikesankan. Para aktivis liberal sadar bahwa tipologi masyarakat Indonesia cendrung untuk selalu membela dan mengasihi pihak minoritas dan tertindas. Dengan modal kebebasan yang ‘sok’ netral inilah kemudian mereka cepat dapat menarik simpati masyarakat. Meskipun sebenarnya kebebasan versi liberal adalah kebebasan palsu. Ini masih belum banyak disadari masyarakat.
Kesimpulan ini berdasarkan cara mereka berpihak. Dengan mengetahui hal ini, setidaknya kita akan sadar bahwa kebebasan yang selama ini sering mereka gaungkan sebenarnya bukan benar-benar kebebasan. Buktinya mereka selalu akrab dengan Syiah dan sangat anti Wahabi. Seharusnya jika mereka memang benar-benar menganut paham kebebasan tentu mereka akan merangkul Syiah sekaligus Wahabi. Akan tetapi, fakta bahwa mereka selalu menentang Wahabi menjadi bukti akan keterbatasan kebebasan versi mereka. Mereka tidak menghargai hak Wahabi untuk ikut andil mewarnai dunia pemikiran Islam.
Baca Juga: Mewaspadai Gerakan Islam Liberal
Selain itu, kebohongan kebebasan ini semakin jelas dengan cara mereka memaknai agama. Mereka yakin bahwa semua agama adalah jalan menuju tuhan yang sama. Artinya, mereka yakin bahwa semua agama sama-sama berada dalam kebenaran. Paham ini sebenarnya memaksa pemeluk agama tertentu untuk melepas kepercayaan mereka dan –lagi-lagi- memaksa untuk turut meyakini kebenaran agama lain. Gampangnya, aktivis liberal memaksa semua orang untuk mengakui keyakinan mereka bahwa semua agama sama-sama benar.
Dari pemaparan singkat ini tak terlalu berlebihan jika penulis mengatakan bahwa paham kebebasan ala liberal adalah bebas yang dipaksa-paksakan.
Abdoellah Tsani/Annajahsidogiri.id