Zaman sekarang, pemikiran yang menyimpang bermunculan semakin deras, baik di dunia maya ataupun dunia nyata. Tentunya, untuk penyebaran akidah yang menyimpang memakan biaya yang tidak sedikit. Konon, ada beberapa oknum yang ikut serta mendanai segala aktivitas yang bersangkutan dengan penyebar-luasan akidah yang tidak sesuai dengan paham Aswaja.
Realita yang ada, akidah yang menyimpang banyak mempengaruhi pondasi akidah masyarakat awam. Akibatnya, akidah mereka menjadi keruh, dan butuh pemulihan. Satu-satunya cara untuk mengatasi fenomena ini adalah dengan mengkaji kembali kitab salaf yang menjelaskan konsep dasar paham Aswaja. Tujuannya, menjernihkan kembali pikiran dan memulihkan akidah mereka menjadi gemilang. Salah satu kitab yang menjelaskan konsep dasar paham Aswaja adalah kitab Matan as-Sanusi, karya Syekh Muhammad bin Yusuf as-Sanusi.
Baca Juga; Hujjatu Ahlusunnah Wal Jamaah; Dalil Penguat Amaliah Aswaja
Kitab ini cukup relevan bagi semua kalangan, terutama bagi pemuda-pemudi yang baru saja terjun ke dalam dunia perkitaban kuning. Lafadz yang tidak asing dan mudah dipaham, menjadi ciri khas yang terkandung dalam kitab ini. Oleh karena itu, kitab ini seringkali dikaji di berbagai pesantren nusantara.
Pada awal pembahasan, Syekh Muhammad bin Yusuf memaparkan macam-macam hukum akal. Penjelasan terkait ialah definisi wajib, jaiz, dan mustahil yang secara akal. Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Yusuf menerangkan sifat-sifat yang wajib bagi Allah ﷻ.
Tentang sifat wajib bagi Allah ﷻ, pengarang membaginya menjadi dua; pertama, sifat nafsiyyah, kedua, sifat Salbiyyah. Hanya satu sifat wajib bagi Allah ﷻ yang tergolong Nafsiyyah. Sedangkan sifat yang tergolong salbiyyah ada lima sifat.
Pembahasan selanjutnya, pengarang membagi lagi sifat wajib bagi Allah menjadi dua bagian; yaitu sifat ma’nawiyyah dan sifat ma’ani. Masing-masing dari sifat ma’nawiyyah dan ma’ani, ada enam sifat. Jadi, total semua sifat wajib bagi Allah ﷻ yang tertera terdapat dua puluh sifat.
Setelah sifat wajib, pengarang melanjutkan dengan penjelasan sifat yang mustahil serta sifat yang jaiz bagi Allah ﷻ. Sebagaimana sifat wajib bagi Allah ﷻ ada dua puluh, sifat yang mustahil bagi Allah ﷻ juga begitu, ada dua puluh. Sedangkan untuk sifat yang jaiz bagi Allah ﷻ hanya satu.
Terkait sifat-sifat Allah ﷻ, pengarang melanjutkan pembahasan pada bab selanjutnya dengan menyebutkan bukti atas penetapan semua sifat Allah ﷻ di atas. Bukti yang tertulis, adalah alur logika yang sangat logis, di samping dalil dari al-Quran maupun hadist.
Baca Juga; Membongkar Mitos: Al-Ghazali dan Klaim Kemunduran Sains Islam (2/2)
Tidak cukup dengan sifat Allah ﷻ, pengarang juga menyebutkan sifat yang wajib, sifat jaiz, dan sifat mustahil bagi rasul. Ada empat sifat wajib bagi rasul yang ditulis oleh pengarang, yaitu shidiq, amanah, fathonah, serta tabligh. Sifat mustahil bagi para rasul adalah kebalikan dari empat sifat wajib. Rasul juga memiliki sifat jaiz sebagaimana Allah ﷻ, tetapi, sifat jaiz bagi para rasul lebih banyak dari pada sifat jaiz bagi Allah ﷻ. Setelahnya, pengarang menyebutkan bukti atas penetapan semua sifat rasul.
Pada bagian penutup, pengarang menjelaskan makna yang terkandung dalam kedua kalimat syahadat yang merupakan rukun islam pertama. Juga, dijelaskan bahwa makna kedua kalimat syahadat mencakup semua sifat-sifat yang wajib, jaiz, dan mustahil bagi Allah ﷻ dan rasul-Nya.
Fakhrul Islam | AnnajahSidogiri. id