Doa merupakan senjata orang mukmin, begitulah sabda nabi dalam sebuah hadis riwayat al-Hakim. Sebagaimana senjata yang bisa dijadikan pengangan untuk menyelamatkan diri dari berbagai macam bahaya, membuat diri tenang tanpa perasaan resah, gundah, dan khawatir akan bahaya. Begitulah doa bagi orang mukmin. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:
الدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّينِ وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
“Doa merupakan senjata orang yang beriman, tiang agama, dan cahaya langit dan bumi.”
Sayangnya, tidak sedikit orang yang acuh tak acuh terhadap doa. Mereka tidak begitu meyakini akan keampuhan doa dan bercoloteh, “Semua telah Allah atur!” Ataupun celoteh, “Doa tidak akan mengubah takdir!”
Apakah memang benar demikian? Apakah memang berdoa sama dengan menetang takdir Allah, sehingga dengan tidak berdoa merupakan rida dengan takdir?
Pertanyaan di atas seringkali melanda orang awam yang baru mendalami atau belajar akidah Aswaja. Maka dari itu perlu kiranya penjelasan yang bisa menenangkan serta menghilangkan kemusykilan yang berbahaya ini.
Perlu dipahami bahwa doa adalah ibadah makhluk pada Rab-nya. Sebab, apabila angan-angan manusia terputus dari selain Allah, lalu dia menampakkan kelemahan dan hanya berdoa kepada Allah, serta hatinya tidak berpaling kepada selain-Nya, maka berarti ia telah mengakui bahwa Allah memiliki kesempurnaan dan mengabulkan doa, dan sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi dekat, serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Inilah hakekat ibadah. Dalam sebuah hadis riwayat an-Nu’man bin Bashir, Rasulullah bersabda:
إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ العِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
Sampai sini dapat kita pahami bahwa berdoa bukan berarti tidak rida dengan takdir yang sudah Allah tetapkan. Lagipula, andaikan berdoa sama halnya dengan tidak rida terhadap ketetapan Allah, niscaya Rasulullah dan para nabi sebelumnya tidak akan melakukannya. Sebab, mereka merupakan manusia yang paling rida dengan ketetapan Allah. Kenyataanya, banyak kita temukan doa-doa yang warid dari Rasulullah yang menunjukkan akan anjuran berdoa.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin berkata:
بَيَانُ أَنَّ الدُّعَاءَ غَيْرُ مُنَاقِضٍ لِلرِّضَا وَلَا يُخْرِجُ صَاحِبَهُ عَنْ مَقَامِ الرِّضَا …فَأَمَّا الدُّعَاءُ فَقَدْ تَعَبَّدَنَا بِهِ وَكَثْرَةُ دَعَوَاتِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَائِرِ اْلأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلاَم عَلَى مَا نَقَلْنَاهُ فِيْ كِتَابِ الدَّعَوَاتِ تَدُلُّ عَلَيْهِ وَلَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ أَعْلَى اْلمَقَامَاتِ مِنَ الرِّضَا وَقَدْ أَثْنَى اللهُ تعالى عَلَى بَعْضِ عِبَادِهِ بِقَوْلِهِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا
“Penjelasan bahwasa doa tidak bertentangan dengan rida (terhadap takdir Allah) dan orang yang berdoa tidak keluar dari makam rida … Adapun doa, maka kita telah beribadah dengan melakukannya. Pun, banyak doa-doa Rasulullah dan para nabi sebelumnya sebagaimana yang telah kami kutip dalam kitab tentang doa-doa, padahal Rasulullah merupakan orang yang memiliki derajat keridaan paling tinggi, begitu juga Allah telah memuji hambanya dalam firmannya (Dan mereka memohon kepada-Ku dalam keadaan senang dan susah).”
Lebih lanjut Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa berdoa untuk memohon ampunan, keterjagaan dari segala kemaksiatan, dan sebab-sebab yang bisa memabantu untuk lebih mendalami dan mengamalkan ajaran agama, sama sekali tidak bersebrangan dengan rida terhadap takdir Allah, bahkan hal tersebut dapat menjadi penerang hati, kunci untuk terbukanya hati dan sebab mendapatkan keistimewaan dari Allah, sebagaimana keterangan berikut:
…وَبِهَذَا يُعْرَفُ أَيْضاً أَنَّ الدُّعَاءَ بِاْلمَغْفِرَةِ وَاْلعِصْمَةِ مِنَ اْلمَعَاصِيْ وَسَائِرِ اْلأَسْبَابِ المُعَيَّنَةِ عَلَى الدِّيْنِ غَيْر مُنَاقِضٍ لِلرِّضَا بِقَضَاءِ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّ اللهَ تَعَبَّدَ العِبَادَ بِالدُّعَاءِ لِيَسْتَخْرِجَ الدُعَاء مِنْهُمْ صَفَاء الذِّكْرِ وَخُشُوْعِ اْلقَلْبِ وَرقة التَضَرُّعِ وَيَكُوْنُ ذَلِكَ جَلَاء لِلْقَلْبِ وَمِفْتَاحًا لِلْكَشْفِ وَسَبَبًا لِتَوَاتُرِ مَزَايَا اللُطْفِ
“…Dengan ini juga diketahui bahwa berdoa memohon ampunan dan keterjagaan dari dosa-dosa dan lainnya tidak bertentangan dengan rida terhadap ketetapan Allah. Sebab Allah memerintahkan hamba-Nya beribadah dengan doa, sehingga doa itu menghasilkan kesucian zikir, kekhidmatan hati, dan kelembutan doa, sehingga menjadikan kejernihan hati, kunci keterbukaan hati, dan sebab bagi berentetnya keuntungan kebaikan.”
So, tidak benar jika dikatakan bahwa orang yang berdoa sama saja dengan tidak rida terhadap takdir dari Allah, justru Allah memerintahkan kita untuk selalu bersimpuh merendahkan diri dengan berdoa kepada-Nya
A. Sholahuddin Al ayyubi | Annajahsidogiri.id