Termasuk dari perintah agama adalah beriman kepada hal-hal gaib, karena Islam menuntut kepada pemeluknya untuk percaya kepada hal-hal yang tidak kasat mata, seperti iman kepada Allah ﷻ, malaikat, alam barzakh, hari akhir, dan lain sebagainya. Termasuk di antaranya adalah percaya kepada kematian yang harus diyakini oleh umat Islam, bahkan yang seharusnya dipercayai setiap manusia karena tidak diragukan lagi bahwa kematian akan mendatangi setiap yang bernyawa, sebagaimana firman Allah ﷻ dalam Al-Qur‘an: yang artinya, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran [3]: 185).
Segala sesuatu yang ada pasti akan sirna dan hanya Allah ﷻ yang kekal, sebagaimana dalam Al-Qur‘an disebutkan: yang artinya, “Segala sesuatu pasti sirna kecuali dzat Allah ﷻ.” (QS. Al-Qashash [28]: 88).
Ruh sendiri juga termasuk perkara gaib sebagaimana kematian, ia merupakan sesuatu yang lembut serta samar (tidak kasat mata) dan menyatu dengan anggota tubuh. Ruh ini erat kaitannya dengan kematian, sebab ketika ruh terlepas dari tubuh manusia, maka ia akan mati.
Senada dengan hal ini, Syekh Izzuddin bin Abdis-Salam dalam kitab Tuhfatul-Murîd menuturkan bahwa ruh terbagi menjadi dua. Pertama, ruh yaqadhah (jiwa di waktu terjaga) yakni ruh yang Allah ﷻ tempatkan pada diri manusia ketika dia terjaga dan ketika ruh itu keluar dari tubuh manusia, maka manusia akan tertidur dan ruh tersebut akan melihat mimpi-mimpi. Kedua, ruh hayah (jiwa kehidupan) yakni ruh yang Allah ﷻ letakkan pada jasad, yang dengannya manusia hidup. Ketika ruh ini lepas dari tubuh, maka manusia akan meninggal.
Karena manusia tidak mengetahui tentang hakikat ruh yang melekat pada dirinya sendiri, maka bagaimana ia bisa mengetahui hakikat kematian yang erat kaitannya dengan ruh itu sendiri. Adapun manusia yang dikendaki mengetahui tentang ruh dan kematian oleh Allah ﷻ, baik nabi ataupun wali, maka ia hanya mengetahui apa yang Allah ﷻ kehendaki, bukan hakikat ilmu tersebut secara keseluruhan, karena hanya Allah ﷻ yang Maha Mengetahui segalanya, sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, katakanlah ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan kalian tidak diberi pengetahuan tentangnya kecuali sedikit.”(QS. al-Isra’[17]: 85).
Muhammad Nauval Musthofa | Annajahsidogiri.id