Mengupas Tuntas Firkah-firkah dalam Islam
Sudah kita ketahui bahwa kepemimpinan tertinggi dalam agama Islam adalah Nabi. Tentunya, hal ini berlaku ketika Nabi Muhammad masih hidup, Sedangkan ketika Nabi Muhammad telah wafat, maka kepemimpinan berada di tangan Khulafa’ur-Râsyidin. Sesuai dengan urutannya, yaitu Sayidina Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Ketika khilafah berada di bawah naungan Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar, umat Islam memiliki rasa solidaritas tinggi kepada sesama saudara seiman. Saking jayanya umat Islam waktu itu, kekuasaan Islam meluas, sampai-sampai umat Islam bisa menaklukan wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Bangsa Persia dan Romawi.
Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Sayidina Usman, setelah kewafatan Umar sebab tusukan Abu Lu’luah di tubuhnya. Pada saat itulah umat Islam mulai luntur akan rasa kesolidannya. Lebih-lebih, usai tragedi yang dilakukan para pembelot Sayidina Usman. Fitnah-fitnah makin bertebaran di tengah umat Islam dan muncullah berbagai macam firkah dengan berbagai macam pandang yang berbeda.
Untuk mengetahui sejarah firkah-firkah itu secara mendalam, kitab karya Syekh Doktor Muhammad Said Ramadhan al-Buthi dengan judul al-Madzahib at-Tauhidiyah wal-Falsafah al-Mu‘ashirah, tentu sangatlah tepat. Kitab dengan jumlah 330 halaman ini bisa kita jadikan pegangan sehari-hari untuk menambah wawasan tentang firkah-firkah Islam pada era salaf.
Dalam kitab ini, beliau menjelaskan bahwa terbentuknya firkah-firkah Islam disebabkan oleh dua faktor: faktor politik dan faktor keyakinan (iktikad). Pertama-tama, beliau menjelaskan kelompok Islam yang lahir karena faktor politik. Beliau menyampaikan bahwa terdapat empat permasalahan pokok dalam politik. Pertama, bolehkah mengangkat dua pemimpin dalam satu periode? Kedua, apakah pemimpin itu harus dari suku Quraisy? Ketiga, apakah pemimpin harus dari keluarga Nabi? Dan yang terakhir, apakah pemimpin harus selalu maksum dari dosa? Empat hal inilah pokok pembahasan dalam kelompok Islam yang lahir karena faktor politik. Dengan empat pembahasan ini lahirlah dua kelompok besar dalam Islam, Yaitu Syiah dan Khawarij. kemudian beliau melanjutkan pembahasan tentang awal munculnya kedua kelompok ini dan seperti apa bentuk pemikirannya.
Baca Juga: Jalâul-Afhâm Solusi Optimal Memahami Aqîdatul-Awâm
Setelah selesai menjelaskan tentang Syi’ah dan Khawarij, beliau melanjutkan pembahasan mengenai kelompok Islam yang muncul disebabkan faktor keyakinan. Beliau memfokuskan pada kelompok Muktazilah dan Murji’ah terlebih dahulu. Beliau tidak langsung menjelaskan kelompok Asy‘ari dan Maturidi, Karena kelompok Asy‘ari dan Maturidi muncul setelah adanya kelompok Muktazilah dan Murji’ah. Sebagaimana sebelumnya, beliau menjelaskan sejarah munculnya kedua kelompok tersebut, lalu dilanjutkan dengan penjelasan bentuk-bentuk pemikirannya. Beliau memaparkan poin-poin terbesar dalam akidah Muktazilah. Seperti, keesaan Allah, sifat adilnya Allah, janji dan ancaman Allah serta masih banyak pembahasan-pembahasan lainnya. Begitu pula dengan kelompok Murji’ah. Beliau menjelaskan bentuk pemikiran Murji’ah seperti seseorang bebas untuk melakukan sebuah kemaksiatan asalkan dia masih mempunyai keimanan. Tentunya pemikiran seperti ini sangat bertentangan dengan akidah Ahlusunah.
Semoga dengan adanya kitab ini, para pembaca bisa lebih mengenal kelompok-kelompok dalam Islam dengan bentuk-bentuk pemikirannya. Dengan mengenalnya, kita dapat membedakan antara kelompok yang benar yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad dan kelompok yang menyimpang dari ajarannya, agar kita tidak terjerumus pada ajaran-ajaran yang menyesatkan.
Deni Arisandi | annajahsidogiri.id