Kematian adalah hal niscaya. Semua makhluk hidup, besar maupun kecil; kuat ataupun lemah, pasti akan mencecap hal niscaya ini. Masalahnya, mendengar kata “mati” membuat bulu kuduk merinding. Gelap pengap, sepi sendiri, sempit impit, dan pedih siksa; berpisah dengan orang tersayang, belum rampung asa, dan karir yang terputus tengah jalan membuat kita menjauhi kata “mati” di kamus kita. Akan tetapi, benarkah kematian memang selalu menyajikan kesan menyeramkan? Berikut penjelasannya.
Imam Ibnu al-Mubarak,salah satu pembesar tabiin, memberikan penjelasan tentang keadaan orang mukmin menjelang kematiannya sebagaimana dikutip Imam Qurthubidalam kitab Tadzkirah-nya,“Saat jiwa orang mukmin mulai mencapai ajalnya, malaikat maut akan mendatanginya seraya berkata ‘Keselamatan menyertaimu, wahai kekasih Allah. Allah menyampaikan salam-Nya untukmu’.”
Baca Juga: Menyingkap Misteri Kematian Jin
Sebagai orang beriman, seharusnya kita mempersiapkan bekal yang akan dibawa kelak, sebagaimana sabda Nabi SAW “Orang cerdas adalah dia yang selalu menginstrospeksi diri dan beramal untuk hal setelah kematian.”(HR. Ahmad no. 16501)
Juga, kita perlu sadar bahwa dunia bagi orang mukmin tak ubahnya penjara sebagaimana hadis berikut,
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ – يَعْنِى الدَّرَاوَرْدِىَّ – عَنِ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ Artinya, “Dunia adalah penjara bagi orang yang beriman dan surgi bagi orang kafir. (HR Muslim)
Syaikh Abdur Rauf al-Munawi dalam karya tafsirnya, Faidul Qadir Syarh Jami’ Shaghir juz 3 hal 546 menjelaskan bahwa yang dimaksud “Dunia bagaikan penjara bagi orang mukmin” adalah jika dinisbatkan pada nikmat yang telah Allah janjikan kepada orang mukmin kelak di akhirat, maka dunia ini tak ubahnya penjara. Sedangkan maksud “Dunia tak ubahnya surga bagi orang kafir” adalah jika dibandingkan dengan siksa neraka yang akan mereka rasakan di akhirat, maka dunia ini sama halnya dengan surga.
Maka senikmat apapun kehidupan dunia yang didapat orang mukmin, tak seberapa jika dibanding balasan yang akan Allah berikan kepada mereka di akhirat. Pun, sengsara apapun kehidupan orang kafir di dunia ini, masih jauh lebih nikmat ditimbang siksa yang akan mereka dapatkan di neraka kelak. Setelah semua itu, masihkah kita sebagai orang mukmin takut akan kematian? Terakhir perlu kiranya kami cantumkan alasan mengapa Allah tidak membalas hamba-Nya yang beriman di dunia. Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandari, murid dari Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi memberikan alasan tersebut dalam karya tulis beliau al-Hikam “Allah menjadikan kehidupan akhirat sebagai tempat untuk membalas hamba-Nya yang beriman, karena kehidupan ini (dunia) tidak cukup untuk memuat apa yang hendak Allah berikan kepada mereka, dan karena begitu besarnya kebaikan mereka sehingga tidak pantas untuk dibalas di dunia yang tidak kekal ini.”
Akmal Bilhaq | Annajahsidogiri.id