Dalam perhelatan muktamar suatu organisasi, ada peserta muktamar yang meneriaki seorang pembawa acara (MC) yang mengucapkan lafal “Sayyidina Muhammad”. Ternyata, ketika ditelusuri, tokoh dari organisasi tersebut tidak terbiasa dengan ucapan “Sayyidina” sebagai penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Baca Juga: Mari Hormati Keluarga Nabi
Karena kejadian ini, penulis tertarik untuk membahas persoalan ini, serta ingin menjelaskan kebolehan mengatakan “Sayyidina” kepada Nabi Muhammad. Namun sebelumnya,
kita harus tahu terlebih dahulu arti dari kalimat “Sayyid” itu sendiri. Sayyidî Syekh Muhammad Bâ’atiyah menjelaskan, bahwa “Kata Sayyidina jika dimaknai secara mutlak, maka yang dimaksud adalah Allah. Akan tetapi jika dikehendaki makna lain bisa bermakna: Orang yang diikuti kaumnya, orang yang banyak pengikutnya, dan orang yang mulia di antara kelompoknya” (Ghâyatus-Shahâbah halaman 39). Sedangkan dalam kitab Ghayâtul-Munâ (halaman 32) karya Sayyidî Muhammad Bâ’atiyah menyebutkan, “Sayyid ialah orang yang memimpin kaumnya atau yang banyak pengikutnya”.
Ketika kita sudah mengetahui arti “Sayyid”, kitab al-Adzkâr (halaman 4) karya Imam Nawawi menjelaskan, “Memutlakkan kata sayyid kepada selain Allah itu boleh”. Dalam kitab Raddul Mukhtâr juga diterangkan: “Disunnahkan mengucapkan Sayyid karena ziyâdah al-ikhbâr al-waqi’ itu menunjukkan tatakrama, dan itu lebih baik daripada meninggalkannya”.
Membungkam Larangan Menyebut “Sayyidina”
Kemudian, jika peserta muktamar tadi berpijakan dengan suatu Hadis yang menjelaskan:
لا تسيدوني في الصلاة
”Jangan kau men-sayyid-kan aku dalam salat”
Hadis ini, kita bisa menolaknya dengan penjelasan kitab al-Maqâshid al-Hasanah (halaman 463), “Hadis ini merupakan hadis maudlû’ (palsu). Ini tanggapan al-Hâfidz as-Sakhâwi bahwa hadis ini tidak ada asalusulnya dan salah dalam lafaznya”. Maka sudah jelas, bahwa hadis ini bukan dari Rasulullah.
Dan jika berpijak dengan syahadat yang tidak menyebut kata ‘Sayyidina’, kita bisa memberi komentar bahwa memang syahadat tidak diiringi ‘Sayyidina’, namun terbukti dalam syahadat ada kata pemuliaan yang begitu agung, yakni gelar ‘Rasulullah’ (utusan Allah). Bukankah Allah tidak akan menyandingkan nama-Nya kecuali dengan kekasih-Nya? Artinya, kalimat “Rasulullah” sudah sangat mulia dengan tanpa menyandingkan lafal “Sayyidina”.
Dari sini, kita bisa paham bahwa menyandingkan kata ‘Sayyidina’ kepada Nabi Muhammad adalah boleh dan sangat dianjurkan.
Semoga kita dengan senantiasa menyebut “Sayyidina” kepada Nabi Muhammad, kelak di akhirat kita akan mendapatkan syafaatnya, di saat para nabi yang lain tidak bisa memberi syafaat kepada umatnya.
Zuhdi Arif | Annajahsidogiri.id