Istigasah merupakan salah-satu kegiatan yang biasa dilaksanakan oleh umat Islam Indonesia untuk meminta pertolongan pada Allah Swt. takkala mengalami kesukaran agar diperlihatkan jalan keluar dan diberikan ketabahan menghadapinya.
Baca Juga: Keputusan Final Ihwal Transfer Amal
Rasulullah memastikan pada umatnya, bahwa Allah akan memberikan perlindungan kepada pemohon pertolongan (beristigasah) dengan asma Allah sebagai wasilah. Rasulallah bersabda;
“Barang siapa bertempat di suatu tempat kemudian berkata; Aku meminta perlindungan dengan beberapa Asma Allah Yang Sempurna dari buruknya perkara yang telah Allah ciptakan, maka takkan ada sesuatu apa pun yang bisa mencelakakannya hingga ia pergi dari tempat tersebut.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Baihaqi).
Lumrahnya, mereka bertawasul terlebih dahulu dengan menyebut nama para nabi, ulama dan orang-orang saleh sambil berharap berkah sebelum memulai istigasah layaknya sabda Rasulullah;
“Sesungguhnya Sayyidina Umar meminta hujan (Istisqa’) dengan (perantara) Sayyidina Abbas dan berdoa ‘Ya Allah, sesungguhnya kami ketika mengalami kemarau panjang, maka kami bertawassul kepada-Mu dengan (perantara) Nabi-Mu. Dan sesungguhnya kami bertawassul dengan (perantara) paman Nabi kami (Sayyidina Abbas).’”(HR. Bukhari/540).
Namun hingga kini, masih saja ditemukan hujat masyarakat awam bahwa istigasah merupakan kegiatan syirik dengan hujah ‘tidak pernah dikerjakan Rasulullah semasa hidupnya.’ Padahal, secara jelas Allah Swt menunjukkan istigasah kepada-Nya di dalam surat al-Anfal ayat 9;
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu meminta pertolongan kepada Tuhan-mu, lalu diperkenankan bagi-Mu; ‘Sesunggunya aku akan mendapatkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
Walhasil, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa istigasah yang lumrah dikerjakan muslim Indonesia bukan merupakan aktivitas syirik selagi dinistbatkan kepada Allah, bukan selain-Nya. karena hal tersebut (penisbatan pada selain-Nya) dapat menyebabkan persekutuan hingga bisa membuatnya kufur. Allah berfirman;
وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِيْنَ
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. “(Qs. Yunus; 106).
Agus Hidayat | Annajahsidogiri.id