Menurut suatu pendapat, ahli bait diartikan dengan istri-istri Nabi, sedangkan secara istilah, ahli bait adalah keluarga Nabi SAW yang mencakup istri, anak cucu dan kerabat dekat beliau dari marga Bani Hasim dan Bani Muthalib berdasarkan pendapat Imam Syafi’i dari pemahaman ayat:
وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلٰى فِيْ بُيُوْتِكُنَّ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ وَالْحِكْمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ لَطِيْفًا خَبِيْر
Artinya, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sungguh, Allah Mahalembut, Maha Mengetahui.”
Baca Juga: Ketika Nabi Dicaci
Orang orang Syiah menganggap para ahli bait sebagai orang suci, bahkan sebagian dari mereka sampai menyamakan para imam setara dengan derajat kenabian. Akan tetapi, orang Syiah memiliki pemahaman berbeda dengan Ahlusunah Wal Jamaah dalam memaknai ahli bait itu sendiri, orang-orang Syiah cenderung pilah-pilih dalam mengategorikan keluarga Nabi yang termasuk ahli bait.
Selain itu, kepemimpinan dalam sebuah imamah menurut Syiah harus dari golongan ahli bait. Akan tetapi, mereka menjadikan dan mengangkat imam hanya dari keturunan Sayidina Husain. Jadi, mereka menolak dan mengingkari kepemimpinan khalifah-khalifah Islam sebelum imam yang mereka sepakati. Namun demikian, meski Syiah menjadikan sebagian ahli bait sebagai imam mereka, bukan berarti sebagian ahli bait tersebut bersedia menjadi imam mereka.
Baca Juga: Sudah Syiah, Menuduh Orang Lain Syiah
Imam Syiah yang notabene adalah ahli bait Nabi justru menolak secara terang-terangan pada Syiah yang menyuci-sucikan mereka sebagai imamnya, seperti salah satu ungkapan Sayidina Ali dalam kitab Nahjul Balaghah, “Ali bin Abi Thalib berdoa (seperti yang mereka nukilkan), “Ya Allah, aku telah bosan dengan mereka (Syiah) dan mereka pun telah bosan denganku. Maka gantikanlah untukku orang-orang yang lebih baik dari mereka dan gantikan untuk mereka seorang yang lebih jelek dariku….”
Dari sini Sayidina Ali terlihat risau dengan keberadaan mereka yang semakin membabi buta. Beliau bahkan mendoakan mereka dengan doa yang menggambarkan keburukan Syiah saat itu. Berikut ungkapan ungkapan imam-imam Syiah yang cenderung menginginkan ketiadaan dan kehancuran Syiah.
وسيهلك في صنفان: محب مفرط يذهب به الحب إلى غير الحق، ومبغض مفرط يذهب به البغض إلى غير الحق ، وخير الناس في حالا النمط الاوسط، فالزموه والزموا السواد الاعظم فإن يد الله على الجماعة.
Artinya, “Akan binasa tentangku dua kelompok. Pertama, kelompok yang mencintai secara berlebihan sehingga kecintaannya membawa kepada yang tidak benar. Kedua, kelompok yang membenci yang kebenciannya membawa kepada yang tidak benar. Sebaik-baik manusia adalah yang moderat (tengah atau adil) maka ikutilah ia, ikutilah kelompok terbesar (maksudnya waktu itu yaitu para sahabat dan tabiin) karena tangan Allah ada di atas jemaah.” (Nahjul Balaghah” (2/8).
Kelompok binasa pertama adalah RafidLah. Kecintaan Rafidlah kepada Ali seperti kecintaan orang Kristen kepada Yesus. Kecintaan yang membawa kesesatan dan kebinasaan.
Khalifah Ali berkata:
ان معاويه خير لي من هؤلاء الذين يزعمون لي شيعة
Artinya, “Sesungguhnya Muawiyah lebih baik bagiku dari pada mereka yang mengaku sebagai Syiahku.” (al-Ihtijaj, 2/290)
Hasan bin Ali berkata, “Demi Allah, menurutku Muawiyah lebih baik daripada orang-orang yang mengaku sebagai Syiahku, mereka berupaya untuk membunuhku dan mengambil hartaku.”
Husain bin Ali berdoa, “Ya Allah, jika Engkau beri mereka (Syiah) kehidupan hingga saat ini, maka porak-porandakan mereka dan jadikanlah mereka berkeping-keping. Janganlah Engkau jadikan para pemimpin (yang ada) ridha kepada mereka (Syiah) selama-lamanya. Karena kami diminta membantu mereka, tetapi akhirnya justru mereka memusuhi kami dan membunuh kami.” (al-Irsyad, karya al-Mufid hlm. 341, dinukil dari as-Syiah wa Ahlul Bait, hlm. 302)
Ali bin Husain Zainal Abidin berkata, “Mereka (Syiah) bukan dari kami, dan kami bukan dari mereka.” (Rijalul Kisysyi, hlm. 111, dinukil dari asy-Syiah wa Ahlul Bait, hlm. 303)
Muhammad al-Baqir berkata, “Kalau seandainya semua manusia ini Syiah, niscaya tiga perempatnya adalah orang-orang yang ragu dengan kami dan seperempatnya adalah orang-orang dungu.” (Rijalul Kisysyi, hlm. 179 kutipan dalam kitab asy-Syiah wa Ahlul Bait, hlm. 303)
Jakfar Ash-Shadiq berkata, “Allah SWT berlepas diri dari orang-orang yang benci terhadap Abu Bakar dan Umar.” (Siyar A’lamin Nubala’, karya Ad-Dzahabi, 6/260).
Beliau juga berkata,
ما أنزل الله من آية في المنافقين إلا وهــي في من ينتحـــل التشيع
Artinya, “Tidak ada ayat satupun yang Allah turunkan tentang orang munafiq melainkan ia ada pada orang yang bermadzhab tasyayyu’” (Rijal Kasysyi hal. 154; ungkapan yang sama riwayat Abul Hasan dalam Rijal Kasysyi hal. 254)).
Jakfar as-Shadiq rahimahullah berkata,
إن ممن ينتحل هذا الأمر لمن هو شرٌّ من اليهود والنصارى والمجوس والذين أشركوا”
“Sesungguhnya antara orang yang mengikuti ini sebagai budaya ada yang lebih jahat dari Yahudi, Nasrani, orang majusi dan orang-orang syirik” (Rijal al-Kasysyi 252).
Itulah beberapa ungkapan imam-imam Syiah yang meinginginkan kehancuran Syiah karena keterlaluan dan kesesatannya.
Lantas bagaimana tanggapan para ahli bait kepada sahabat yang menurut Syiah sebagian dari ahli bait membenci dan mencaci sahabat terlebih Sayidina Abu Bakar dan 3 khalifah selanjutnya karena dianggap merampas hak kepemimpinan Sayidina Ali.
Untuk membahas hal ini perlu diketahui bahwa para sahabat Rasulullah adalah komunitas shalih yang telah dipuji oleh Allah dalam al-Qur’an. Seperti ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang keridaan Allah SWT pada sahabat muhajirin dan anshar. Allah berfirman,
وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Artinya, “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS: at-Taubah 100)
لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ
Artinya, “Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.” (QS: al-Fath 18)
Sementara dalil hadis tentang keagungan para sahabat, Rasulullah SAW bersabda,
خيركم قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
Artinya, “Sebaik–baik kalian adalah zamanku kemudian orang-orang setelah kalian, kemudian orang-orang setelahnya”.(HR. Bukhori).
Hadis ini menjadi dalil bahwa para sahabat Rasulullah SAW adalah generasi terbaik setelah beliau wafat. Nabi juga melarang keras mencaci para sahabat. Nabi bersabda,
ومن أذاهم فقد أذاني ومن أذاني فقدأذى الله
Artinya, “Barang siapa yang mencela mereka (sahabatku) berarti telah mencela diriku, dan barang siapa yang mencelaku, berarti telah mencela Allah SWT.”
Salah satu dai fenomenal Timur Tengah, Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri pernah mengatakan, “Kami ahli bait berguru kepada guru-guru yang sambung ke Nabi yang tentunya melalui sahabat.”
Suatu ketika seseorang mendatangi beliau dan berkata, “Wahai Sayid Ali, engkau adalah sadah kami dari Ahli bait, mengapa engkau tidak mengikuti mazhab-mazhab pendahulumu?” Lalu beliau menjawab, “Apa yang kamu maksud dengan mazhab pendahuluku?” Orang itu menjawab lagi, “Seperti Sayidina Jakfar as-Shadiq”.
Baca Juga: Lima Kesalahan Umar Shahab dalam Satu Paragraf
Begitu juga dengan Habib Umar pernah menyatakan bahwa pujian-pujian Nabi kepada para sahabat juga termasuk tanda bahwa orang-orang Syiah salah paham dan mungkin memang sangat benci kepada sahabat sehingga mereka tidak bisa menerima jika sahabat rasul dipuji.
Pada hakikatnya semua kalangan ahli bait yang dimaksud oleh Rasulullah SAW tidak pernah berani mencaci para sahabat, justru mereka menginginkan penganut Syiah sirna. Jika ada seorang mengaku ahli bait kemudian mencaci sahabat mungkin hanya sebagian kecil atau oknum-oknum yang mengatasnamakan dirinya ahli bait.
Jumlah sahabat Nabi Muhammad SAW, baik kalangan muhajirin dan anshar, yang konon jumlahnya mencapai 1240.000 orang, yang tidak dikafirkan oleh orang Syiah hanyalah 3 orang yaitu Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi. Jadi, sudah jelas bahwa mereka tebang pilih dalam penentuan ahli bait.
Uwais Al-Qoroni | Annajahsidogiri.id