Pembahasan pertama dalam kitab al-Ma’man mindh-Dhalalah ialah terkait kalimat tauhid, la ilaha illal-Lah. Dalam kitab tersebut, Syaikhina wa Murabbi Ruhina KH. A. Nawawi bin Abd. Djalil memaparkan ragam makna kalimat tauhid.
Makna Pertama
Makna pertama La ilaha illa-Lah ialah: tidak ada ‘yang disembah’ secara hak, selain Allah. Dalam al-Ma’man minadh-Dhalalah (7) disebutkan:
لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ فِيْ الْوُجُوْدِ اَيْ سِوَىْ الذَّاتِ العَلِيَّةِ اِلَّا اللهُ
“Tidak ada yang disembah secara hak (yakni selain zat yang Mahaluhur) kecuali Allah.”
Beliau memberikan penjelasan, bahwa yang dinafikan dalam makna pertama kalimat tauhid ialah zat ‘yang disembah’ secara hak selain Allah, sekaligus menetapkan bahwa ‘yang disembah’ secara hak hanyalah Allah. Beliau juga menambah penjelasan, bahwa kalimat tauhid sama-sekali tidak menafikan sesuatu yang disembah secara tidak hak. Berikut teks redaksinya:
هَذَا يَدُلُّ عَلَى اَنَّ الْمَعْبُوْدَ بِغَيْرِ الحَقِّ لَا يَنْفِى عَنْ غَيْرِ اللهِ لِاَنَّ مَا سِوَى اللهِ مِنَ الْمَخْلُوْقِ مَا يُعْبَدُ وَلَيْسَ مَعْبُوْدَا بِحَقٍّ كَالْاَصْنَامِ وَالشَّمْسِ وَغَيْرِهِمَا مِمَّا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ تَعَالَى
“Hal ini (penjelasan makna pertama kalimat tauhid) menunjukkan bahwa yang disembah secara tidak hak tidak dinafikan dari selain Allah. Karena selain Allah, dari kalangan makhluk, ada yang disembah, tetapi tidak secara hak. Semisal, berhala, matahari dan sesamanya yang tergolong sesembahan selain Allah.”
Makna Kedua
Makna kedua La ilaha illa-Lah ialah: tidak ada ‘yang berhak disembah’, selain Allah. Dalam al-Ma’man minadh-Dhalalah (7) disebutkan:
لَا مُسْتَحِقَّ لِلْعِبَادَةِ اَيْ سِوَى الذَّاتِ العَلِيَّةِ اِلَّا اللهُ
“Tidak ada yang berhak disembah (yakni selain zat yang Mahaluhur) kecuali Allah.”
Beliau memberikan penjelasan, bahwa yang dinafikan dalam makna kedua kalimat tauhid ialah zat ‘yang berhak disembah’ selain Allah, sekaligus menetapkan bahwa ‘yang berhak disembah’ hanyalah Allah.
Perbedaan kedua makna ini (antara makna pertama dengan makna yang kedua) ialah: kalau makna yang pertama masih meninjau ada yang menyembah. Sedangkan makna kalimat tauhid yang kedua tidak meninjau keberadaan yang menyembah. Dalam al-Ma’man minadh-Dhalalah (8), Syaikhina wa Murabbi Ruhina KH. A. Nawawi bin Abd. Djalil menjelaskan:
وَالْفَرْقُ بَيْنَ هَذَيْنِ المَعْنَيَيْنِ أَنَّ المَعْنَى الاَوَّلَ بِاعْتِبَارِ وُجُوْدِ العَابِدِ وَلِذَا عُبِدَ اللهُ حِيْنَ وُجُوْدِ العَابِدِ وَاِلَّا فَلَا وَأَنَّ مَعْنَى الثَّانِي بِلَا اعْتِبَارِ ذَلِكَ اَيْ سَوَاءٌ وُجِدَ الْعَابِدُ اَمْ لَا فَهُوَ مُسْتَحِقٌ لِلْعِبَادَةِ لِأَنَّهُ تَعَالَى اسْتَحَقَّ الْعِبَادَةَ دَائِمًا اَبَدًا قَبْلَ وُجُوْدِ الْمَخْلُوْقِ وَحِيْنَ وُجُوْدِهِ وَحِيْنَ فَنَائِهِ وَفِي كُلِّ حِيْنٍ
“Perbedaan kedua makna ini ialah, makna pertama masih meninjau keberadaan yang menyembah. Oleh karenanya, Allah disembah, ketika ada ada yang menyembah. Jika tidak ada, maka Allah tidak disembah. Makna yang kedua, tidak meninjau keberadaan yang menyembah, yakni baik ada yang menyembah atau pun tidak. Allah tetap berhak disembah. Karena Allah berhak disembah selamanya, baik sebelum keberadaan makhluk, ketika keberadaan makhluk, usai kebinasaan makhluk, dan setiap saat.”
Makna Ketiga
Makna ketiga La ilaha illa-Lah ialah: ‘tidak’ ada yang ‘tidak’ butuh kepada selain-Nya, dan selain-Nya membutuhkan kepada-Nya, kecuali Allah. Dalam al-Ma’man minadh-Dhalalah (9) disebutkan:
لَا مُسْتَغْنِيَ عَنْ كُلِّ مَا سِوَاهُ وَمُفْتَقِرَ اِلَيْهِ كُلُّ مَا عَدَاهُ غَيْرُ الذَّاتِ العَلِيَّةِ اِلَّا اللهُ
“Tidak ada yang tidak butuh kepada selain-Nya dan selain-Nya membutuhkan kepada-Nya (selain zat yang Maha luhur) kecuali Allah”
Beliau memberikan penjelasan, bahwa yang dinafikan dalam makna ketiga ialah zat yang tidak butuh kepada selain-Nya, dan selain-Nya membutuhkan kepada-Nya. Dengan makna yang ketiga pula, menetapkan zat yang tidak butuh kepada selain-Nya, dan selain-Nya membutuhkan kepada-Nya hanya kepada Allah.
Semoga artikel ini bermanfaat, serta penulis dan pembaca dapat berkumpul dengan Syaikhina wa Murabbi Ruhina KH. A. Nawawi bin Abd. Djalil, kelak di akhirat. Amin!
Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id