Dalam hadis Jibril, Rasulullah SAW ditanya oleh malaikat Jibril AS mengenai hari kiamat, beliau tidak memberikan jawaban tetapi beliau memberikan gambaran-gambaran yang menjadi tanda hari kiamat. Di antaranya, akan terjadi masa-masa kebohongan, di mana orang yang jujur dianggap pembohong (salah), begitu sebaliknya pembohong dianggap benar, penghianat dianggap amanat, sedangkan orang yang amanah dianggap penghianat. inilah orang yang disebut Ruwaibidhah, Sebagaimana dalam hadis Nabi r yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak:
سَيَأْتِيْ عَلىَ النَّاسِ سَنَواتٌ خُدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيْهَا الْكاَذِبُ ويُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّاَدِقُ ويُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ ويُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ ويَنْطِقُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قِيْل: ومَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: الرَّجُلُ التَّافِه فِي أَمْرِ العَامَّةِ (رواه الحاكم
“Akan tiba pada manusia tahun-tahun kebohongan, saat itu orang bohong dianggap jujur, orang jujur dianggap bohong, penghianat dianggap amanat, orang amanat dianggap penghianat, ketika itu orang Ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya siapa Ruwaibidhah? Nabi menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi masalah orang umum.” (HR. Al-Hakim)
Baca Juga: Meramal Golongan Penghuni Surga
Barangkali kabar dari Rasulullah r di atas tepat untuk menggambarkan kedaan di zaman sekarang, di mana hal yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar, amanah bukan lagi hal yang harus disampaikan malah dilenyapkan dan diganti dengan kebohongan, seakan yang bohong itulah yang benar. Padahal Hadits Nabi r ini menunjukkan pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah r bersabda;
“Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur, maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya, maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud y).
Banyak cara yang dilakukan orang demi mewujudkan keinginannya, termasuk kebohongan. Mereka rela mati-matian berbohong di hadapan masyarakat demi masa depannya dan demi impiannnya terwujud, lalu banyak yang percaya dan mengikutinya. Mereka yakin penuh dengannya tanpa melihat nilai spiritiualnya, padahal sama sekali bukan ahlinya, apa yang akan terjadi? Amanah-amanah yang ada hanya menjadi buaian mulut semata. Hal inilah yang Rasululllah r sabdakan dalam sebuah hadis;
إِذَا ضُيِّعَتِ الأمانَةُ فانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ: كَيْفَ إضاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غيْرِ أَهْلِهِ فانْتَظِرِ السَّاعَةَ (رواه البخاري
“Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?” Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamat.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah t ).
Maka ketika kita menghadapi situasi kacau semacam itu, tak ada hal lain selain dengan kembali kepada ilmu dan ulama, yakni al-Quran dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih serta ahli ilmu yang mengikuti jalan Nabi r dan para sahabat y dalam hal ilmu, amal, dakwah, maupun jihad.
Fajar Shodiq/Tauiyah