Prolog
Dalam sejarah Islam, munculnya kelompok-kelompok ekstrem telah menjadi salah satu penyebab utama perpecahan umat. Di antara kelompok yang paling awal dan paling berbahaya dalam hal ini adalah Sekte Saba’iyah—sebuah gerakan yang dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba’, seorang tokoh kontroversial yang berasal dari kaum Yahudi, namun kemudian menampakkan diri sebagai seorang Muslim.
Asal-Usul Abdullah bin Saba’
Abdullah bin Saba’ dikenal sebagai tokoh Yahudi dari negeri Hijrah, Persia. Ia kemudian menampakkan keislaman, namun menyembunyikan niat jahatnya untuk merusak Islam dari dalam. Ia termasuk orang yang paling keras memusuhi Khalifah Utsman bin Affan. dan dikenal sebagai penyebar fitnah dan kerusakan internal umat Islam.
Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib. menjadi khalifah, Ibnu Saba’ melihat peluang untuk menyebarkan ajarannya. Ia mengklaim bahwa Ali adalah washi (penerus spiritual) Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana nabi-nabi terdahulu memiliki washi. Dari sinilah benih ghuluw (ekstremisme) mulai tumbuh dalam tubuh umat.
Baca Juga: Nderek Guru Dengan Bijak
Keyakinan- keyakinan Menyimpang Saba’iyah
Setelah wafatnya Sayidina Ali, Ibnu Saba’ tidak hanya menolak kematian beliau, tetapi juga menyebarkan keyakinan-keyakinan yang sangat menyimpang:
- Penolakan terhadap kematian Sayidina Ali.
Ibnu Saba’ menyebarkan kabar bahwa yang terbunuh bukanlah Ali, melainkan setan yang menyerupai Ali, sedangkan Ali sendiri telah diangkat ke langit sebagaimana Nabi Isa as.
- Mengaitkan Ali dengan fenomena alam
Ia mengatakan bahwa suara guntur adalah suara Ali, dan kilat adalah senyumannya. Ia menyuruh pengikutnya mengucapkan salam kepada Ali saat mendengar guntur.
- Keyakinan bahwa Ali akan kembali ke dunia
Ia menyatakan bahwa Ali belum mati dan akan turun kembali ke bumi untuk memerintah dunia dengan dua sayapnya. Bahkan, ketika orang-orang membawa kabar kematian Ali dan menunjukkan bukti fisik, Ibnu Saba’ tetap berkata:
“Jika kalian datang kepadaku dengan membawa otaknya dalam kantong, aku tetap tidak percaya bahwa ia telah mati.”
- Peleburan antara akidah Yahudi, Nasrani, dan Islam
Ibnu Saba’ juga meminjam ajaran dari Yahudi dan Nasrani, seperti keyakinan bahwa seseorang disalib menggantikan Nabi Isa, lalu ia menyamakan hal itu dengan peristiwa wafatnya Ali, seolah yang terbunuh hanyalah orang yang menyerupai Ali.
- Inisiator pemberontakan
Ibnu Saba’ memilih beberapa orang untuk menyebarkan fitnah terhadap Khalifah Usman di berbagai penjuru negeri, sehingga muncullah para penunjuk rasa yang mengepung kediaman Khalifah Usman dan berakhir dengan tragedi terbunuhnya sang Khaifah.
Baca Juga: Sabaiyah, Bibit Perdana Syiah
Bahaya Ekstremisme
Sekte Saba’iyah dianggap sebagai cikal bakal lahirnya kelompok ekstrem Syiah yang melebih-lebihkan kedudukan Ali hingga ke tingkat ketuhanan atau kenabian. Ini tentu menyimpang dari ajaran Islam yang lurus dan menghormati para sahabat tanpa melampaui batas.
Sikap ghuluw seperti ini telah dikecam keras oleh para ulama, karena membuka pintu kepada pemalsuan agama, penyesatan akidah, dan pengkultusan tokoh.
Epilog
Kisah Saba’iyah dan Ibnu Saba’ menjadi peringatan penting bagi umat Islam agar waspada terhadap fitnah pemikiran ekstrem yang bisa menyusup lewat klaim cinta kepada Ahlul Bait. Islam mengajarkan keadilan dalam mencintai dan menempatkan para sahabat dan Ahlul Bait pada kedudukan yang pantas sesuai tuntunan Nabi ﷺ.
Cinta kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib. adalah sebuah keharusan sebagaimana kita mencintai sahabat yang lain, tetapi mengangkatnya hingga menyerupai Tuhan adalah kesesatan yang keluar dari ajaran Islam. Oleh karena itu, pemikiran seperti yang dibawa oleh Saba’iyah harus dijauhi dan dijelaskan bahayanya kepada generasi umat.
Fauzan Imron | Annajahsidogiri.id
Referensi:
Mukhtashar Tarikh Al-Madzahib Karya Prof. Asy-Syaikh Muhammad Abu Zahrah