”Ketika kau melihat mereka, kau akan mengira mereka itu orang sakit, padahal tidak begitu.”
Al-Hasan mengumpamakan tanda-tanda para shahabat Nabi r dengan wajah orang yang sedang sakit. Itu karena mereka selalu bersujud pada Allah I dan tanda-tandanya memancar di wajah mereka. Namun belakangan, ada sebagian kalangan yang menyangsikan kemuliaan para shahabat. Mereka menyangka para shahabat telah berkhianat pada ahlibaitinnabi, merebut hak-hak keluarga Nabi r. Mereka ungkapkan sejarah yang menyatakan shahabat tidak dapat dipercaya.
Shahabat Nabi r atau as-shahabi adalah Muslim yang pernah bertemu langsung dengan Beliau r dan wafat tetap dalam keadaan memeluk agama Islam. Meskipun mereka tidak pernah meriwayatkan sesuatu apapun dari Beliau r atau masih kecil.
Mereka adalah umat terbaik yang pernah ada, mendapat garansi masuk surga. Riwayat mereka diterima tanpa harus diteliti keterpercayaan dan kecerdasannya. Bahkan orang yang mengikuti mereka juga mendapat jaminan surga dari Allah I. Allah I berfirman, ”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah I ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah I dan Allah I menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-taubah:100)
Pendukung ayat ini disebutkan dalam Hadis riwayat Ibnu Jarir. Ketika shahabat Umar sedang berjalan, ia bertemu seorang laki-laki membaca potongan surah at-Taubah ayat 100. Umar lalu menarik tangan laki-laki tadi dan bertanya, “Siapa yang membacakan ayat ini padamu?” Ia menjawab, “Ubay bin Kaab” Umar menimpali, “Jangan berpisah denganku sampai kita menemui Ubay”. Sesampainya ditempat Ubay, Umar bertanya, “Apa kau pernah membacakan ayat ini pada laki-laki itu?” Ubay menjawab “Iya, Aku melihat kalau kita sudah diangkat ke tingkatan yang tidak bisa dicapai orang setelah kita”. Ubay lalu menyebutkan pendukung ayat ini di surah al-Jumu’ah: 03, al-Hasyr: 104 dan al-Anfal: 75.
Klaim tentang kemuliaan para shahabat juga dapat dibuktikan melalui sejarah. Sejarah mencatat keseharian mereka yang tidak biasa, keistimewaan-keistimewaan yang tidak dapat dicapai manusia pada umumnya. Berikut kami sebutkan sebagian sejarahnya.
Sayyidina Umar pernah mengawasi seorang tua renta tunanetra di pinggiran kota Madinah. Ia ingin membantu memenuhi kebutuhan orang tua tadi. Syahdan, ketika Umar sampai di sana, dia temukan orang lain telah mendahuluinya. Umar lalu berniat untuk mendatangi orang tadi tidak hanya satu kali agar tidak didahului orang lain. Akhirnya ia berencana mengawasi orang yang selama ini telah mendahuluinya. Ternyata ia adalah shahabat Abu Bakar, pemimpin umat Islam pada masa itu.
Sebagai umat Islam generasi pertama, sudah sepantasnya jika para shahabat adalah orang-orang terpilih. Mereka adalah penentu keberlangsungan ajaran Islam dikemudian hari. Bukan hanya sebagai pejuang di medan perang, tetapi juga sekaligus menjadi pendakwah di seluruh jagat dunia. Mereka juga berperan membantu Nabi r ketika umat Islam masih minoritas. Dalam diri mereka tertanam jiwa beribadah. Ibadah bukan hanya sebagai ritus tanpa substansi. Tapi, ibadah juga sebagai bentuk pengabdian seorang hamba. Sifat-sifat mereka telah diramalkan dalam kitab Taurat dan Injil. Allah berfirman, “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS Alfath: 29).
Dengan sifat-sifat istimewa yang telah Allah I sebutkan dalam al-Quran, Taurat dan Injil maka sangat pantas sekali jika mereka mendapat penghargaan sebagai telad an seluruh umat manusia.