Dalam akidah Ahlusunah wal-Jamaah, wajib bagi setiap mukalaf –orang yang telah mencapai usia balig dan berakal sehat– untuk mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah ﷻ yang berjumlah 20. Hal tersebut telah dituturkan oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka. Di antaranya, Imam Muhammad bin Yusuf as-Sanusi dalam kitab Ummul-Barâhîn menjelaskan:
فَمِمَّا يَجِبُ لِمَوْلاَنَا جَلَّ وَعَزَّ عِشْرُوْنَ صِفَةً
“Di antara yang wajib bagi tuhan kita (Allahﷻ) adalah dua puluh sifat”
Begitupula para ulama lainnya dalam kitabnya masing-masing, dengan redaksi yang berbeda-beda.
Dari konsep ini, terkadang menimbulkan pertanyaan “Kenapa sifat wajib bagi Allah hanya 20? Kenapa tidak 10, 30 atau lainnya? Atau, Kenapa tidak 99 saja sebagaimana Asmaulhusna? apa kira-kira yang membuat para ulama mengkonsep sifat-sifat yang wajib bagi Allah ﷻ menjadi 20.
Perlu ditekankan sejak awal, bahwa sifat-sifat wajib bagi Allah ﷻ itu tidak terbatas jumlahnya, sebagaimana yang telah di tuliskan di atas. Dalam pernyataan Imam Muhammad bin Yusuf as-Sanusi di atas tercantum lafaz (فَمِمَّا) yang berarti ‘di antara’, dengan artian sifat 20 tersebut hanyalah sebagian dari sifat-sifat yang wajib yang dimiliki Allahﷻ. Sebab, pada hakikatnya sifat Allah tak terbatas jumlahnya, Allah wajib bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan wajib bersih dari segala sifat kurang dan cacat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Muhammad Nawawi al-Banteni dalam kitabnya Nûruzh-Zhalâm Syarhu ‘Aqîdatil-Awâm (hal 7):
أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ بِالشَّرْعِ أَنْ يَعْرِفَ عِشْرِيْنَ صِفَةً مُفَصَّلَةً مَعَ اِعْتِقَادِ أَنَ لِلَّهِ تَعَالَى وَاجِبَاتٍ وَكَمَالَاتٍ لَاتَتَنَاهَى
“Secara syariat, wajib bagi setiap mukallaf untuk mengetahui 20 sifat secara terperinci, serta meyakini bahwa Allah memiliki sifat wajib dan sempurna yang tak terbatas jumlahnya”.
Kemudian para ulama membagi sifat khabariyah (sifat-sifat yang tertera dalam Al-Quran dan Hadis) menjadi dua bagian. Pertama, shifatudz-dzât. Yaitu sifat yang menjadi syarat mutlak ketuhanan Allah ﷻ. Ketika Allah wajib bersifatan dengan shifatudz-dzât, maka Allah mustahil memiliki sifat kebalikannya. Di antara contoh shifatudz-dzât adalah 20 sifat yang wajib bagi Allahﷻ. Contoh: jika Allah wajib bersifatan Baqa’ (tiada akhir bagi wujud Allah), maka Allah mustahil Fanâ’ (rusak). Begitu juga sifat-sifat wajib Allah yang 20 lainnya. Kedua, shifatul-af‘âl. Shifatul-af‘âl adalah sifat yang merupakan perbuatan Allah dan ketika Allah bersifatan dengan shifatul-af‘âl maka sifat kebalikannya tidak menjadi mustahil bagi Allah ﷻ. Contoh jika Allah itu bersifat Al-Muhyî (Maha Menghidupkan), maka tidak mustahil bagi Allah untuk bersifat sebagai Al-Mumît (Maha Menciptakan Kematian). Jika Allah itu bersifat Al-Mu‘thî (Maha Pemberi), maka tidak mustahil bagi Allah untuk bersifat sebagai Al-Mâni‘ (Maha Mencegah). Jika Allah itu bersifat An-Nâfi‘ (Maha Pemberi manfaat), maka tidak mustahil bagi Allah bersifat sebagai Ad-Dhâr (Maha Pemberi bahaya). Begitu juga shifatul-af‘âl lainnya. Ketika Allah bersifat dengan salah satunya, maka sifat kebalikannya itu tidak menjadi mustahil bagi Allah ﷻ.
Dari 20 sifat yang wajib bagi Allah yang diambil dari sifat dzât tersebut, baik Shifat Nafsiyah, Salbiyah, Ma’ani dan Ma’nawiyah dianggap cukup untuk mengantarkan kita pada keyakinan bahwa Allah ﷻ memiliki segala sifat kesempurnaan. Maha Suci Allah dari segala sifat kekurangan. Dengan mengetahui 20 sifat tersebut sudah cukup bagi kita sebagai bekal untuk membentengi akidah kita dari paham-paham menyimpang tentang Allahﷻ. Diantaranya seperti Mujasimah yang mengatakan bahwa Allah ﷻ memiliki anggota fisik seperti tangan, wajah dan lain-lain. Maka, pemahaman ini bisa kita tolak dengan sifat Mukhâlafatun lil-Hawâditsi. Qadariyah mengatakan bahwa Allah Maha Kuasa tapi tidak punya qudrah, Allah Maha Mengetahui tapi tidak punya sifat ‘ilmu, Allah Maha Berkehendak tapi tidak punya iradah dan lain-lain. Maka pemahaman semacam ini bisa kita tolak dengan mengetahui sifat ma’ani yang jumlahnya ada 7, yaitu qudrah, iradah, ‘ilmu, kalâm, sam‘, bashar dan ẖayâh. Demikian pula dengan sifat-sifat lainnya.
Alhasil, sifat wajib bagi Allah itu tak terbatas jumlahnya. Hanya saja, dengan 20 sifat itu telah bisa membentengi akidah kita dari berbagai penyimpangan dan kesesatan dalam Akidah. Wallâhu a‘lam bis-shawâb.
Muh Shobir Khoiri |AnnajahSidogiri.Id