Iman kepada takdir merupakan salah satu rukun iman yang enam. Banyak di antara kaum muslimin yang telah mengenal takdir, akan tetapi amat disayangkan ternyata masih terdapat berbagai kejadian yang justru menodai bahkan bertentangan dengan keimanan kepada takdir itu sendiri. Karena itulah setiap muslim wajib mengetahui dan membekali dirinya dengan pemahaman takdir yang benar. Berikut wawancara seputar takdir oleh Ach Shafwan Halim dari Buletin Tauiyah kepada Dr. KH. Nasiri Abadi Lc. MA.
Bagaimana penjelasan takdir menurut pandangan Kiai?
Takdir itu dibagi dua. Satu mubram, ialah ketentuan Allah ﷻ yang pasti terjadi dan tidak dapat berubah. Dua mu’allaq, yaitu ketentuan Allah ﷻ yang berada pada lembaran-lembaran para malaikat, yang telah mereka kutip dari Lauhul-Mahfuzh. Dalam konsep akidah, takdir mubram ini disebut qadar, sedangkan takdir mu’allaq adalah qada’nya.
Sebatas manakah Allah ﷻ menakdirkan hambanya?
Allah ﷻ tidak akan memberi beban pada hambanya kecuali sesuai kadar kemampuannya. Jika seorang hamba merasa terlalu berat, maka berat ini hanya menurut dia, sedangkan menurut Allah ﷻ dia dianggap mampu. Dalam surah al-Baqarah ayat 286 Allah ﷻ menegaskan:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani hamba kecuali menurut kemampuannya.” (QS Al-Baqarah [02]: 286).
Sebagian orang berkata, ”Jika memang taklif sesuai kadar kemampuan hambanya, kenapa yang saya alami sepedih ini, hingga saya tidak kuat menghadapinya” ?
Allah ﷻ Maha mengetahui kadar kemampuan seorang hambanya, mustahil Allah ﷻ memberi beban melebihi kadar kemampuan seorang hamba. Seorang hamba yang merasa tidak mampu terhadap ujian yang dihadapinya, maka bisa dipastikan bahwa dia orang yang imannya lemah dan keyakinannya rapuh, artinya dia belum mengerti dan yakin betul bahwa di balik ujian itu pasti ada hikmah yang akan kembali pada dirinya.
Dia harus diberi pemahaman yang lebih khusus bahwa kebijakan Allah ﷻ itu sesuai kehendak Allah ﷻ, bukan kehendak dia sendiri. Dan itu pasti yang terbaik baginya. Bukankah Allah ﷻ berfiman dalam surah al-Baqarah ayat 216 yang artinya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah ﷻ mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [02] : 216).
Baca juga : Miskonsepsi Rida pada Takdir Allah
Pesan Kiai?
Kunci hidup agar cepat menerima takdir yang ditentukan oleh Allah ﷻ ada tiga:
Pertama, ikhlas. Sifat ini bisa dimiliki jika orang tersebut sudah bisa menata hatinya dan mengkokohkan imannya. Nah, untuk mengokohkan iman itu, dengan cara memperbanyak membaca kalimat tauhid.
Kedua, harus banyak memahami bahwa segala sesuatu yang ada di dunia sudah diatur oleh Allah ﷻ. Dan apapun yang terjadi, akan kembali pada Allah ﷻ.
Ketiga, banyak menyadari bahwa semua yang Allah ﷻ ciptakan, pasti mempunyai hikmah tersendiri yang tidak semua umat Islam mengetahui hikmah tersebut. Dalam
Surat Ali ‘Imran ayat 191 Allah ﷻ berfirman:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, selamatkan kami dari siksa Neraka.” (QS Ali-Imran [03] : 191).
Ach Shafwan Halim | Annajahsidogiri.id