Sebenarnya tidaklah pantas, sebagai umat yang kelak mengharapkan syafaat Nabi Muhammad, mempertanyakan keadaan orang tua Nabi, yakni Sayid Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Killab dan Sayidah Aminah binti Wahb bin Zuhrah, apakah keduanya akan kekal dalam neraka?
Baca Juga: Nabi Ibrahim bukan Pembohong
Karena, mempertanyakan bahkan menuduh keduanya akan kekal dalam neraka bersama orang kafir merupakan tindakan yang menyakiti hati beliau. Barang siapa menyakiti hati Rasulullah akan mendapatkan azab yang pedih, sebagaimana firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 61;
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (61)
“Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah akan mendapatkan azab yang pedih”. (QS. at-Taubah [09]: 61).( Sumber: Prof. Dr. Ali Jum’ah/Menjawab Dakwah Kaum Salafi. Penerjemah, Abdul Ghafur. Khatulistiwa Press, 2013)
Lalu, bagaimana bila kita menemui pernyataan tersebut, sebuah tuduhan yang menyebutkan bahwa orang tua Nabi kekal dalam neraka? Maka, ketahuilah!
Kedua orang tua Nabi hidup pada masa fatrah yang merupakan masa kekosongan dariterutusnya seorang rasul, dan tidak adanya syariat yang berlaku. Selain itu, orang tua Nabi wafat jauh sebelum Nabi Muhammad terangkat menjadi rasul. Bahkan pendapat ulama Fikih, bahwasannya masa fatrah adalah masa antara Nabi Isa dengan Nabi Muhammad, sehingga tidak ada taklif (tuntutan kewajiban beribadah) karena memang terputusnya syariat Nabi Isa waktu itu.
ذَلِكَ أَنْ لَمْ يَكُنْ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا غَافِلُونَ (131)
“Demikian (para rasul diutus) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan suatu negeri secara zalim, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (belum tahu).” (QS. al-An’am [06]: 131)
Imam asy-Syathibi menjelaskan bahwa termasuk sunnatullah (ketetapan Allah) kepada makhluk-Nya yaitu Allah I tidak akan membalas bentuk pelanggaran kecuali setelah mengutus para rasul, baru ketika telah terutusnya nabi dan berlakunya syariat, maka orang-orang yang beriman akan menjadi lebih beriman, sedangkan yang kufur akan semakin kufur, masing masing akan mendapatkan balasan tersendiri.
Dengan demikian, adanya ayat yang jelas tersebut seharusnya bisa menegaskan bahwa ayah bunda Nabi Muhammad akan selamat, dan lagi oleh pendapat mayoritas ulama besar Ahlusunah bahwa keduanya termasuk orang yang beriman.
Baca Juga: Malaikat Lebih Berhak Menjadi Nabi, Benarkah?
Jadi, bagaimana mungkin, kedua sosok yang berperan penting dalam lahirnya makhluk paling sempurna dan menjanjikan syafaat pada umatnya, akan kekal dalam neraka? Shollu ‘ala Nabi Muhammad! Wallahu a’lam.
Musafal Habib|Annajahsidogiri.id