Biografi merupakan salah satu bentuk penulisan yang memiliki tujuan untuk menggambarkan dan menyampaikan kisah hidup seseorang, baik secara keseluruhan maupun dalam konteks tertentu.
Dalam biografi, penulis berusaha untuk menggali dan menyusun berbagai aspek kehidupan individu, termasuk latar belakang keluarga, pendidikan, pencapaian, serta pengalaman-pengalaman yang membentuk karakter dan perjalanan hidupnya. Biografi tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi sejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan pembelajaran bagi pembaca.
Melalui pemaparan yang mendalam, biografi dapat memberikan wawasan tentang nilai-nilai, tantangan, dan keberhasilan yang dialami oleh tokoh-tokoh penting, baik dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, politik, maupun kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, biografi memiliki peranan penting dalam memperkaya pengetahuan kita tentang keberagaman pengalaman manusia dan kontribusi mereka terhadap masyarakat. Nah, tulisan ini merupakan upaya dan usaha menuju kesana.
Nasab dan kelahiran
Syekh Abdul Hâmid bin Muhammad Alî Quds bin Abdul Qâdir al-Khatîb adalah salah satu ulama Mekkah pada abad ke 14 H dan salah satu penganut madzhab Syâfi´i di tanah suci Masjidil Haram. Silsilah nasabnya bersambung dengan Syekh Abdul Qâdir al-Khatîb bin Abdullah as-Syâfi’i, yang lahir di Yaman[1], dan beliau adalah kakek dari pihak ayah sekaligus guru Syekh Abdul Hâmid .
Kelahiran Syekh Abdul Hâmid Quds diperkirakan terjadi di Mekkah pada tahun 1280 H, menurut pendapat al-Zirakli. Namun, terdapat beberapa pendapat berbeda mengenai tahun kelahiran beliau. Dalam kitab al-Mukhtashar min Nasyr al-Nûr wa al-Zahâr, beliau diperkirakan lahir pada tahun 1277 H/1860 M. Sementara itu, dalam Siyar wa Tarâjim disebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 1280 H/1863 M. Selain itu, dalam kitab Kanz al-Najâh wa al-Surûr, beliau disebutkan lahir pada tahun 1277 H atau 1278 H.
Wafatnya
Syekh Abdul Hâmid Quds meninggal di Mekkah pada usia 54 tahun, bertepatan pada tanggal 9 Rajab 1334 H / 1915 M di Dar al-Buqari di al-Zahir.[2]
Guru-gurunya
Beliau mendapat pendidikan di Masjidil Haram di tangan banyak ulama pada masa itu, misalnya: Sayyid Ahmad Zaini Dahlân, Syekh Muhammad Sulaimân Hasbullâh, Syekh Umar Baganid, Syekh Abdul Rahmân Al-Dahan, Syekh Said Yamani, dan Sayyid Ustmân Syatha. Dan juga beliau ditemani oleh saudaranya yaitu Sayyid Bakri Syatha pengarang kitab I´ânah at-Thâlibîn dalam mencari ilmu.
Ketekunan dalam bidang ilmu
Syekh Abdul Hâmid Quds Adalah seorang qâri´ (penghafal Quran). Beliau juga menghafal belasan bahkan puluhan matan (nadzom) dalam segala bidang, baik dari bahasa hingga fikih dan semacamnya. Misalnya; al-Âjurûmîya, Alfîyah Ibnu Mâlik, ar-Rahbîyah, as-Sanûsîyah, as-Salam, az-Zubad, dan lain-lain.
Di antara kebiasaan beliau adalah memulai pelajaran setelah shalat Subuh hingga matahari terbit. Saking semangatnya, wajah beliau memancarkan aura kezuhudan dan ketakwaan.
Di samping itu, beliau memiliki kecerdasan yang tajam, kemampuan berbicara yang baik, dan kefasihan yang memukau. Beliau terkenal karena ketekunan, kecemerlangan, serta kecintaannya dalam mencari ilmu. Selain itu, beliau juga dikenal ramah dan santun.
Di antara sifat-sifat beliau adalah semangat tanpa batas dalam mencari ilmu dan kesabaran dalam proses pencariannya. Selain itu, beliau juga seorang penyair dan penulis. Dalam puisinya, terdapat gambaran tentang kesalehan, kezuhudan, dan ketulusan.
Beliau termasuk salah satu ulama Hijaz yang paling aktif dalam menulis dan menerbitkan karya tulis. Beberapa buku hasil karya beliau tersebar di kalangan pelajar ilmu di Hijaz, Levant, Mesir, Yaman, dan berbagai penjuru Timur.
baca juga: Maimuniyyah Gagal Paham
Karangan-karangannya
Karangan ilmiah beliau berjumlah kurang lebih tiga puluh kitab, meliputi fan biografi Nabi, Ushul Fikih, bahasa Arab dan lainnya. Dalam ilmu Balaghah atau syi‘ir Beliau juga banyak menyumbamgkan karya ke perpustakaan Masjidil Haram di Mekkah pada tahun 1370 H, yang dianggap sebagai perpustakaan terbesar kedua pada saat itu.
Di antara karya terpenting yang sering dikutip:
- Nufaẖat al-Qabûl wal Inbihâj fi Qishah al-Isra´ wal Mi´raj.
- Ad-Dzakhair al-Qudsiyah fi Ziyârati Khairil Bariyah.
- Risâlat fi al-Basmalat min Haytsu al-Balaghah.
- Syaraẖ ‘Ala Manzhûmât fi al–Khisâl al–Mukafirât lil Dhunûb
- Al-Jawâhir al-Wafiyat fi al-Akhlâq al–Maradhia
- Manzhûmât fi al-Akhlâq wal Adab al-Islâmi
- Fatẖ al-Jalîl al-Kâfi fi ´Ilmi al-´Arûd wal Qawâfi
- Lathâif al-Isyaraât ila Syarh Tashîl at-Thuruqât li Nazham al-Waraqât fi al-Ushûl al-Fiqhiyâ
- Kanz al-´Atha fi Tarjamah al-´Allamah as-Sayid Bakri Syatha.
- Bulûgh al-Marâm fi Mawlid al-Nabi.
- Irsyâd al- Muhtadi ila Syarh Kifâyah al-Mubtadi
- Thâli’us Sa’di ar-Râfi’ fi Syarh Ilm al-Badî‘.
- At-Tuẖfah al-Mardhiyah fi Tafsir al-Quran al-‘Azhim bi al-‘Ajamiyah.
- Al-Futuhât al-Qudsiât fi al-Tawasulât wal ´Adiâ
- Manzhûmât fi al-Isti´ânah wal Hikam.[3]
Dari ini kita mengetahui, bahwa Syekh abdul Hâmid Al Quds merupakan seorang ulama ahlussunnah yang kompeten untuk berjuang dalam agama. Merujuk pada kitab Irsyâd al- Muhtadi ila Syarh Kifâyah al-Mubtadi, beliau menuturkan bahwa madzhab fikih yang ia anut adalah adalah Syâfi´i dan aqidahnya adalah selaras dengan Syekh Abul Hasan al-Asy´ari. Wallahu a’lam.
Ubaidullah | Annajahsidogiri.id
[1] Syekh Abdul Hamid Kudus, Kanzun Najah was Surur, hlm.13, Dar al-Hawi, Beirut 2009
[3] Syekh Abdul Hamid Kudus, Kanzun Najah Was Surur. Beirut: Dar al-Hawi, 2009, hlm.25.