Sahabat setia #SerialAkidahAwam kita beralih kepada nazam Aqîdatul-Awâm berikutnya, yakni pembahasan Allah “wajib” wujud. Syekh Ahmad al-Marzuki, pengarang kitab Aqîdatul-Awam mengatakan:
فَـاللهُ مَـوْجُـوْدٌ قَـدِيْمٌ بَاقِـي ۞ مُخَـالِـفٌ لِلْـخَـلْقِ بِاْلإِطْـلاَقِ
“Allah itu wajib ada, qadîm, kekal, serta berbeda dengan makhluk secara mutlak”
Allah “Wajib” Ada
Allah “wajib” ada dan mustahil tiada memiliki arti: selamanya Allah pasti ada. Dengan begitu, keberadaan Allah tidak berawal (qidam). Jika berawal, berarti sebelum ada, Allah pernah tiada. Itu mustahil.
Begitu juga, keberadaan Allah tidak berakhir (baqa’), sebab bila berakhir, berarti Allah bisa tiada. Bagaimana hal itu mungkin, padahal Allah itu ‘pasti’ ada!
Berarti, sifat Allah “wajib” wujud mencakup sifat “wajib” Allah setelahnya, yakni qidam dan baqa’.
Ayat al-Quran perihal Sifat Wujud Allah
اَللّٰهُ الَّذِىۡ رَفَعَ السَّمٰوٰتِ بِغَيۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَهَا ثُمَّ اسۡتَوٰى عَلَى الۡعَرۡشِ وَسَخَّرَ الشَّمۡسَ وَالۡقَمَرَؕ كُلٌّ يَّجۡرِىۡ لِاَجَلٍ مُّسَمًّىؕ يُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ يُفَصِّلُ الۡاٰيٰتِ لَعَلَّكُمۡ بِلِقَآءِ رَبِّكُمۡ تُوۡقِنُوۡنَ * وَهُوَ الَّذِىۡ مَدَّ الۡاَرۡضَ وَجَعَلَ فِيۡهَا رَوَاسِىَ وَاَنۡهٰرًا ؕ وَمِنۡ كُلِّ الثَّمَرٰتِ جَعَلَ فِيۡهَا زَوۡجَيۡنِ اثۡنَيۡنِ يُغۡشِى الَّيۡلَ النَّهَارَ ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّـقَوۡمٍ يَّتَفَكَّرُوۡنَ
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia istawa di ‘Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.
Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.”
(QS. ar-Ra’d [13]:2-3)
قُلۡ مَنۡ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ قُلِ اللّٰهُؕ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah Tuhan langit dan bumi?’ Katakanlah, ‘Allah’.”
(QS. ar-Ra’d [13]:16)
اَفِى اللّٰهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِؕ
“Apakah ada keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrahim [14]:10)
Syekh Izzuddin al-Bayanunî menjelaskan bahwa ayat tersebut menjelaskan bahwa Tuhan itu wujud, dengan menjelaskan semesta yang menakjubkan ini, pasti membutuhkan pencipta. Keterangan ini bisa Anda temukan dalam kitab Khulâshatul-Kalâm (11).
Lantas, Kenapa dalam Nazam Menggunakan Kata مَـوْجُـوْدٌ?
Dalam kitab Ghayatul-Marâm (9), dijelaskan bahwa ada isim maf’ul yang tidak bermakna sasaran pekerjaan. Termasuk kata maujûd, memiliki arti ada, bukan diadakan. Lebih jelas lagi, dalam kamus al-Mishbâh al-Munîr, Imam Ahmad bin Muhammad al-Muqri al-Fayumi menjelaskan bahwa maujûd memiliki arti: kebalikan tiada (ma’dûm).
Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id