Ibarat burung, manusia bisa “terbang” dengan normal, bila memiliki dua sayap. Sayap ikhtiar, dan sayap tawakal. Layaknya kedua sayap, keduanya ada bagian masing-masing. Tidak perlu dipaksakan sama, begitu pun juga, keduanya tidak bisa dipertentangkan.
Masih ada saja orang yang menolak vaksin, dengan alasan tawakal; seakan orang yang masih memerlukan vaksin tawakalnya kurang. Logika semacam ini adalah logika awam rendahan yang menggelikan. Pasalnya, tawakal dan usaha harus berjalan beriringan. Termasuk dalam upaya antisipasi Covid-19 dengan vaksin.
Imam Ibnu Rajab dalam Jami’ul-‘Ulum wal-Hikam menjelaskan hakikat tawakal. Kata beliau, tawakal pada dasarnya menyandarkan usaha kita kepada Allah. Karena hanya Allah, zat yang memberi manfaat dan bahaya.
Beliau juga dengan tegas menerangkan hubungan antara tawakan dan usaha. Beliau mengatakan:
وَاْعْلمْ أَنَّ تَحْقِيْقَ التَّوَكُّلِ لَا يُنَافِي السَعْيَ فِي الْأَسْبَابِ الَّتِي قَدَّرَ اللهُ سُبْحَانَهُ المُقدُورَاتِ بِهَا ، وَجَرَتْ سُنَّتُه فِي خَلْقِهِ بِذَلِكَ ، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَ بِتَعَاطِي الأَسْباَبِ مَعَ أَمْرِهِ بِالتَّوَكُّلِ ، فَاْلسَّعْيُ فِيْ الأَسْبَابِ بِاْلجَوَارِحِ طَاعَةٌ لَهُ ، وَالتَّوَكُّلُ بِالْقَلْبِ عَلَيْهِ إِيْمَانٌ بِهِ
“Ketahuilah, tawakal sama sekali tidak menghilangkan usaha, sebagaimana Allah kehendaki serta selaras dengan sunatullah. Karena Allah memerintah manusia untuk berusaha, di samping Allah menyuruh makhluknya untuk bertawakal. Berusaha secara jasmani, itu merupakan ketaatan. Tawakal dengan hati merupakan keimanan.”
Tawakal perintah Allah, agar rohani kita hanya bergantung kepada Allah. Usaha juga perintah Allah, agar jasmani berikhtiar. Keduanya harus beriringan. Bila tidak, hidup kita tidak normal, laksana burung yang terbang dengan satu sayap.
Semoga dengan keterangan singkat ini, kita bisa memahami dengan bijak upaya pemerintah terkait penyebaran vaksin.
Muhammad ibnu Romli | Annajahsidogiri.id