Pluralitas adalah keragaman atau kemajemukan hidup, ketika menjadi suatu pemahaman maka berubah menjadi pluralisme; pemahaman tentang realitas. Pada tataran selanjutnya, paham ini muncul guna menyamaratakan dan mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan, salah satu dalil andalan kaum pluralisme:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِـِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi’in …. mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.” (QS al-Baqarah:62)
Baca Juga: Lima Karakteristik Islam Liberal
Dengan potongan ayat ini mereka memunculkan pernyataan bahwa semua orang bebas memilih dan mengikuti agama apa saja, asal Tuhannya sama. Hal ini sangat menggelikan, sebab dalam ayat tersebut ada redaksi terjemah yang sengaja dipotong untuk menjadi pembenar pendapat nyeleneh mereka.
Sebenarnya, maksud adanya pahala pada ayat tersebut adalah kepada umat nasrani, shabiin dan lainnya, dengan catatan mereka bersyahadat; bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Adapun bila mereka yang tidak bersyahadat, dalam arti tidak masuk Islam, maka mereka tidak akan meraih pahala yang dijanjikan. Hal ini dengan jelas dalam redaksi lengkat ayat tesebut:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”
Ayat tersbut turun berkenaan dengan kejadian yang menimpa sahabat Salman RA yang bertanya kepada Nabi SAW mengenai masalah temannya yang percaya akan adanya Nabi akhir zaman, lalu Nabi menjawab: “yang penting syahadat, kalau tidak maka Kafir.” Lalu turunlah Ayat tersebut. (Asbabun-Nuzul: 1/6)
Paham pluralitas di atas yang nantinya melahirkan gagasan toleransi antar agama. Gagasan ini akan memunculkan kesimpulan bahwa semua agama benar, sebagaimana tercatat dalam visi misi pluralisme agama pada Parlemen Agama-Agama 1893di Chicago, Amerika Serikat. Hal ini sangat berbahaya, sebab akan merusak sekat dan merobohkan tembok pembatas antar agama.
M. Fadil | Annajahsidogiri.id