Tulisan kali ini agak berbeda dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Kami tidak lagi membahas seputar persoalan keyakinan menyimpang ala ‘Wahabi’. Sebab kami rasa sudah banyak artikel-ilmiyah yang ditulis oleh berbagai pakar yang menjungkirbalikkan pemikiran mereka. Di sini sengaja kami mendudukkan fakta. Menyingkap sedikit bukti apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Wahabi dalam upaya mereka memasarkan ajarannya. Yaitu dengan cara memalsukan, mengubah teks, serta mendistorsi kitab-kitab karya ulama klasik. Demikian tidaklah mengherankan sebab hal itu merupakan sebagian dari ajaran mereka. Muhammad bin Abdul Wahhab menulis dalam kitab ad-Durar as-Saniyyah (1/228) berikut:
وَلَا نَأْمُرُ بِإِتْلَافِ شَيْءٍ مِنَ اْلمُؤَلِفَاتِ أَصْلًا إِلَّا مَا اشْتَمَلَ عَلَى مَا يَوْقِعُ النَاسَ فِي الشِّرْكِ كَرَوْضِ الرِّيَاحِيْن أَوْ يَحْصُلُ بِسَبَبِهِ خَلَلٌ فِي اْلعَقَائِدِ كَعِلْمِ اْلمَنْطِقِ فَإنَّهُ قَدْ حَرَّمَهُ جَمْعٌ مِنَ اْلعُلَمَاءِ عَلَى أَنا لَا نفحص عَنْ مِثْلِ ذَلِكَ وَكَالدَّلَائِل
“Tidaklah kami perintahakan merusak (termasuk memalsukan) kitab karya ulama, kecuali jika kitab tersebut menyebabkan orang-orang syirik, seperti kitab Raudhur Rayahin, atau menyebakan cacat akidah seperti ilmu mantik, sebab telah diharamkan oleh sekelompok ulama. Sehingga kita tidak perlu meneliti keharaman tersebut, juga seperti Dalailul Khairat.”
Ada banyak cara yang mereka lakukan untuk mendistorsi kitab karya ulama klasik. Di antaranya lewat tangan para pentahkik mereka, atau dengan cara membeli lembaga penerbit, untuk kemudian kitab terbitan tersebut mereka ubah secara serampangan.
Selanjutnya akan kami beberkan bebera bukti pendistorsian ala orang-orang Wahabi:
1. Al-Adzkâr karya Imam an-Nawawi
Pada kitab Al-Adzkâr edisi tebitan Darul Huda, Riyad, dengan pentahkik ‘Abdul Qadir al-Arnauth, terdapat teks di salah satu pasal pada kitab tersebut yang berbunyi:
فَصْلٌ فِيْ زِيَارَةِ مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ وَاَذْكَارِهَا اِعْلَمْ اَنًّهُ يُسْتَحَبُّ مَنْ اَرَادَ زِيَارَةَ مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ اَنْ يَكْثُرَ مِنَ الصلاة عليه……….الخ
Pada teks kitab yang digaris bawahi tampak tertulis Masjidi Rasulillah (ziarah masjid Rasulullah). Padahal, jika kita merujuk pada mayoritas cetakan-cetakan kitab al-Adzkar yang lain, akan kita temukan perbedaan; tertulis dengan Qabri Rasulillah (ziarah kubur Rsulullah).
Berikut redaksi asalnya:
فَصْلٌ فِيْ زِيَارَةِ قَبْرِ رَسُوْلِ اللهِ وَاَذْكَارِهَا اِعْلَمْ اَنَّهُ يَنْبَغِيْ لِكُلِّ مَنْ حَجًّ اًن يَّتَوَجَّهَ اِلَى زِيَارَةِ رَسُوْلِ اللهِ …….الخ
“Fasal pembahasan ziarah kubur Rasulullah dan zikir-zikir yang dibaca. Ketahuilah bahwa bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, seyogianya mampir untur ziarah ke makam Rasulullah …”
Bca Juga : Sejarah Wahabi dan Catatan Kelamnya
2. Hasyiah as-Shawi karya Imam as-Suyuthi
Di dalam kitab tersebut mereka membuang sebagian teks sebab dirasa bertentangan dengan keyakinan yang mereka pegang. Bukti ini dapat kita jumpai pada kitab Hasyiah as-Shawi yang diterbitkan oleh penerbit Darul Kutub al-Islamiyah, Beirut dengan pentanhkik Muhammad Abdus Salam Syahin:
وَقِيْلَ هَذِهِ اْلاَيَات نزلتْ فِي اْلخَوَارِجِ الذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاَمْوَالِهِمْ اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَاَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللهِ اولئك حِزْبُ الشَيْطَان اَلا اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ اْلخَاسِرُوْنَ نَسْأَلُ اللهَ اَن يَّقْطَعَ دَابِرَهُمْ
Demikian sangatlah berbeda bila kita merujuk versi aslinya:
وَقِيْلَ هَذِهِ الايَات نَزَلَتْ فِيْ الخَوَارِجِ الذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلً الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاَمْوَالِهِمْ لِمَا هُوَ مُشَاهِدُ الأنَ فِيْ نَظَائِرِهِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ اْلحِجَازِ يُقَالُ لَهُمْ الوَهَّابِيًّة يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ عَلَى شَيْئٍ اَلَا اِنَّهُمْ هُمُ اْلكَاذِبُوْنَ اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَاَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللهِ اولئك حِزْبُ الشَيْطَان اَلا اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ اْلخَاسِرُوْنَ نَسْأَلُ اللهَ اَن يَّقْطَعَ دَابِرَهُمْ
“Menurut suatu pendapat, ayat ini turun terkait kelompok Khawarij; kelompok yang mendistorsi takwil Qur’an dan hadis sertas menghalalkan darah dan harta-harta orang muslim. Zaman ini, mereka tampak muncul di daerah Hijaz, biasa dikenal dengan sebutan ‘Wahabi’. Mereka mengira dirinya benar, padahal mereka adalah orang-orang yang berdusta.”
3. ‘Aqidatus–Salaf Ashhâbul–Hadîs karya Abu Usman Ismail as-Shabuni
Kasusnya kurang lebih sama dengan apa yang mereka lakukan terhadap kita Al-Adzkâr.Mereka mengubah tulisan Qabri Rasulillah menjadi Masjidi Rasulillah. Berikut teksnya sebagaimana terdapat pada terbitan ad-Dar as-Salafiyah, Kuwait, Cetakan pertama, 1397 H:
(اَمَّا بَعْدُ) فَاِنِّيْ لما وردت آ مد طبرستان، وبلاد جيلان مُتَوَجِّهًا اِلَى بَيْتِ اللهِ الحَرَامِ وَزِيَارَةِ مَسْجِدِ نَبِيه محمد صلى الله عليه وسلم……..الخ
Si pentanhkik kitab tersebut, di bagian footnote, menjelaskan bahwa teks yang asli berupa Qabri bukan Masjidi. Namun, demikian keliru, menurutnya, karena perjalanan yang disyariatkan dalam Islam adalah perjalanan ke masjid Nabi bukan ziarah kubur sebagaimana penjelasan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
فِي اْلاَصْلِ (قَبْر) وَهُوَ خطَأٌ لِاَنَّ اْلمَشْرُوْعَ السَفَرُ بِقَصْدِ زِيَارَةِ مَسْجِدِ النَّبِي لَا قَبْرَهُ لِاَنَّهُ ثَبَتَ عَنْهُ عَلَيْهِ السَلاَمُ اَنَّهُ قَالَ لَا تَشد الرِحَال اِلَّا اِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِد المَسْجِد الحَرَام وَمَسْجِدِيْ هَذَا وَاْلمَسْجِدْ (اَلْاَقْصَى) رَوَاهُ الشَيْخَان وَغَيْرُهُمَا
Kesimpulan, bahwa cukup miris memang hanya karena ambisi untuk mengajak umat Islam mengikuti ajarannya. Mereka sampai-sampai berani memalsukan kitab-kitab klasik karya ulama agung. Sebenarnya masih banyak lagi kitab hasil distorsi orang-orang Wahabi. Namun kiranya tiga contoh di atas sudah cukup untuk memberikan gambaran betapa fakta di lapangan, pendistorsian kitab melalui tangan-tangan orang Wahabi betul-betul ada.
Abd Jalil | Annajahsidogiri.id